Pasangan Pemarah?
Salah satu bahaya besar memiliki pasangan pemarah adalah Anda juga menjadi pemarah. Bagaimanapun, kemarahan bisa sangat menular. Selalu tetap setia pada diri sendiri. Kemarahan pasangan adalah miliknya untuk dihadapi.
Hidup dengan pasangan yang memiliki masalah kemarahan bisa jadi menyulitkan. Kemarahan merugikan relasi atau kehidupan pernikahan jika tidak ditangani dengan benar. Mari bersama mengetahui cara memadamkan bara apinya.
Orang yang mudah kesal dan marah melihat dirinya hanya bereaksi terhadap dunia yang dipandang tidak adil. Mereka sering merasa tersinggung dengan apa yang dianggap sebagai ketidakpekaan secara umum terhadap ”kebutuhan” mereka dan cenderung merasa diserang oleh setiap upaya yang menunjukkan bahwa mereka telah bertindak tidak adil.
Kondisi kemarahan dan kebencian menampilkan pemikiran yang sempit dan kaku yang justru memperkuat dan memperbesar hanya aspek negatif dari suatu perilaku atau situasi. Karena itu, dalam kondisi semacam ini sulit sekali bernegosiasi dengannya. Peredaan dan penenangan diri perlu didahulukan.
Tampilan dan alasan
Rachael Pace (2021) mengatakan bahwa tampilan seorang yang pemarah itu relatif, tergantung temperamennya. Kebanyakan menunjukkannya secara verbal dengan nada tinggi dan volume suara yang keras ataupun perilaku kasar lainnya. Namun, ada beberapa yang suka menyendiri saat marah, mereka memilih diam, tidak mengucapkan sepatah kata pun karena tidak ingin mengatakan hal yang salah.
Berurusan dengan kemarahan dimulai dengan memutuskan berapa banyak kemarahan dia yang ingin Anda toleransi dan apa yang tidak akan Anda izinkan.
Beberapa yang lain, meski marah, tampak tetap menjalankan urusan sehari-hari seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Namun, tingkah laku dan sikapnya akan memberi tahu Anda bahwa mereka sangat marah dan Anda harus berhati-hati dalam berperilaku di sekitar mereka.
Lebih lanjut dijelaskannya bahwa pasangan bisa marah karena berbagai alasan dan sering kali Anda tidak mengetahuinya. Namun, yang sangat penting adalah memperhatikan bahwa pasangan tidak selamanya marah.
Beberapa alasan yang berhasil ditemukannya antara lain adanya kekecewaan karena harapan tak terpenuhi, frustrasi dalam relasi intim/seksual, masalah hormonal, ketidakstabilan secara finansial, stres terkait pekerjaan, isu personal yang berkaitan dengan masa lalunya, kecemburuan, rasa diabaikan atau tidak diperhatikan, rasa tidak aman karena sikap Anda, dan pengalaman pelecehan di masa lalu.
Baca juga: Kritik Batin
Mungkin ada beberapa alasan yang lebih spesifik antara perempuan dan laki-laki mengenai penyebab mereka menjadi pemarah, tetapi dalam tulisan ini pembahasan tidak dibedakan.
Strategi menghadapi
Sebenarnya, menghadapi kemarahan sangatlah individual, bergantung pada kondisi pasangan dan situasinya. Yang pasti, pertama-tama perlu memahami rasa sakit pasangan yang telah mengakar dengan mengamatinya dari waktu ke waktu dan mengetahui bagaimana dia berperilaku ketika sedang marah.
Baca juga: Menyiasati Kemarahan
Berikut saya gabungkan pandangan ahli mengenai strategi menghadapi pasangan yang pemarah, secara umum (Barbara Markway, 2015, psikolog klinis dan Sylvia Smith, 2022, yang disetujui oleh Angela Welch, terapis perkawinan).
1. Tetap tenang
Mempertahankan ketenangan Anda mungkin tidak mudah dilakukan, terutama ketika berurusan dengan pasangan yang sedang marah dan menyerang Anda. Pantau pernapasan Anda dengan menarik napas dalam-dalam secara perlahan. Tetap tenang adalah strategi sementara untuk digunakan di saat panas. Lepaskan stres Anda sendiri. Anda harus menahan reaksi alami Anda untuk sementara waktu.
2. Tidak melawan amarah dengan amarah
Meninggikan suara, mengacungkan jari, atau berbicara dengan tidak hormat kepada pasangan akan menambah bahan bakar ke dalam situasi yang sudah memanas. Gunakan suara yang rendah, tenang, bahkan monoton. Marah sebagai tanggapan atas kemarahan pasangan sebenarnya kontraproduktif. Sikap tenang, damai, dan dewasa Anda dapat membantu pasangan menyadari betapa buruk perilakunya dan pada gilirannya nanti membantu Anda memahami cara menangani pasangan yang sedang marah.
3. Mendengarkan
Ini adalah langkah penting dalam berurusan dengan pasangan yang pemarah. Semua orang ingin merasa didengarkan, diterima, diakui. Saat Anda mendengarkan, benar-benar berfokus pada apa yang dikatakannya, bukan apa yang ingin Anda katakan selanjutnya.
Baca juga: Amarah dan Arogansi di Jalanan yang Tak Pernah Surut
Hindari tersenyum karena mungkin terlihat seperti mengejeknya. Demikian pula humor terkadang dapat meringankan suasana hati, tetapi lebih sering justru berisiko dan bisa menjadi bumerang. Tidak bertindak defensif meski sulit karena Anda ingin membela diri bila disalahkan atau apa yang dilontarkan pasangan tidak benar. Namun, usahakan tidak terpancing, biarkan pasangan mereda dahulu, baru dibicarakan setelah mereda.
4. Periksa perilaku Anda
Anda harus jujur pada diri sendiri. Apakah ada sesuatu yang Anda lakukan atau tidak lakukan yang memicu atau memperburuk kemarahan pasangan? Di lain pihak, Anda harus berhati-hati untuk tidak menyerap semua kesalahan yang dia limpahkan. Ingat bahwa Anda hanya bertanggung jawab atas tindakan Anda sendiri, bukan tindakan dia. Jika Anda merasa perlu meminta maaf atau membuat penyesuaian dalam perilaku Anda, maka lakukanlah dan lanjutkan.
5. Tetapkan batasan
Ketika Anda memiliki dan menghadapi pasangan yang pemarah, sangat penting bagi Anda untuk menetapkan batasan yang tegas. Berurusan dengan kemarahan dimulai dengan memutuskan berapa banyak kemarahan dia yang ingin Anda toleransi dan apa yang tidak akan Anda izinkan. Beri tahu pasangan Anda setelah mereda dan bersiaplah untuk mempertahankan garis batas tersebut secara konsisten. Misalnya, katakan secara tegas, ”Tolong jangan bicara seperti itu padaku, aku merasa terhina.”
Batasan adalah cara yang bagus untuk menghadapi pasangan yang negatif dan mengakui bahwa semua hubungan membutuhkan rasa saling menghormati agar bisa membangun dan memelihara hubungan yang sehat.
6. Tunjukkan welas asih
Mereka yang sedang marah sering kali adalah seseorang yang sangat terluka dan memilih menggunakan amarahnya untuk melindungi diri sendiri. Ancaman atau ketidakamanan sekecil apa pun dapat menyebabkan mereka makin berkobar sebagai bentuk mekanisme pertahanan diri.
Baca juga: Kemarahan Si Muda
Hal ini dapat dilakukan melalui kesabaran dan kasih sayang dengan mengatakan hal-hal yang baik, bukan mengkritik, mengejek, ataupun menyindir. Pasangan yang marah mungkin tidak mengatakannya, tetapi dia membutuhkan Anda untuk merasakan sakit dan penderitaannya. Meskipun perilakunya mungkin membuat frustrasi, Anda perlu menciptakan rasa aman secara emosional, dengan menunjukkan cinta kasih dan dukungan, Anda mungkin menemukan bahwa banyak kemarahan dapat diredakan.
7. Tetap menjadi diri sendiri
Salah satu bahaya besar memiliki pasangan pemarah adalah Anda juga menjadi pemarah. Bagaimanapun, kemarahan bisa sangat menular. Selalu tetap setia pada diri sendiri. Kemarahan pasangan adalah miliknya untuk dihadapi, bukan milik Anda untuk diterima. Saat secara konsisten dan sabar mengekspresikan emosi Anda dengan cara yang dewasa dan sehat, Anda akan membantu pasangan belajar melakukan hal yang sama.
Salam bahagia.
Agustine Dwiputri, Dosen PTT di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Psikolog Klinis