Lansia di Era "New Normal"
Hari Lanjut Usia Nasional 2023 merupakan momentum untuk membuka wawasan dan pandangan masyarakat bahwa lansia harus dilindungi, dimuliakan, dan ditempatkan pada posisi yang sesuai, terutama di era normal baru ini.

Ilustrasi
Tema peringatan Hari Lanjut Usia Nasional atau HLUN, 29 Mei tahun ini, adalah ”Lansia Terawat, Indonesia Bermartabat”.
Pesan dari tema ini adalah agar para penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia dapat terpenuhi hak asasi, hak sipil, dan hak sosialnya melalui kebijakan yang berpihak kepada warga lansia.
Berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus 2015 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2020, jumlah warga lansia di Indonesia 10,7 persen dari total jumlah penduduk atau sekitar 28 juta orang. Rinciannya, perempuan 52,3 persen dan laki-laki 47,7 persen.
Proyeksi BPS ini juga menggambarkan persentase penduduk lansia terus meningkat hingga 2045, yaitu dari 9 persen pada 2015 menjadi hampir 20 persen pada 2045.
Berdasarkan data tersebut, sudah sepantasnya kita memberikan perhatian khusus terhadap penduduk lansia dalam program pembangunan kita, apalagi dengan jumlah warga lansia yang akan terus bertambah secara signifikan dari tahun ke tahun.
Baca juga : Lindungi Lansia, Penularan Covid-19 Masih Mengancam
Lansia dan ”new normal”
Pandemi Covid-9 yang melanda dunia sejak Desember 2019 berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Kelompok lansia menghadapi risiko signifikan tertular seiring dengan penurunan kondisi fisiologi mereka akibat proses degeneratif.
Berdasarkan data WHO, lebih dari 95 persen kematian akibat Covid-19 terjadi pada penduduk usia lebih dari 60 tahun. Lebih dari 50 persen dari semua kematian itu terjadi pada mereka yang berusia 80 tahun atau lebih. Sebanyak delapan dari 10 kematian terjadi pada individu dengan setidaknya satu komorbiditas, khususnya mereka dengan penyakit kardiovaskular, hipertensi, dan diabetes atau berbagai kondisi kronis lainnya.
WHO juga mengingatkan agar masyarakat memastikan warga lansia mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Semua penduduk lansia harus diperlakukan dengan hormat dan bermartabat dengan berprinsip leave no one behind atau tidak meninggalkan siapa pun di belakang.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2023%2F03%2F19%2F4d9f8f41-bc91-486d-878d-513b36fcf5cc_jpg.jpg)
Tampak sejumlah lansia dirawat di panti jompo Yayasan Kisah Nyata dan Jeritah Hati (KNDJH) di Kota Malang, Jawa Timur, Rabu (15/03/2023). Panti terdiri dari lansia yang tak diinginkan atau ditelantarkan oleh keluarganya.
Pandemi Covid-19 menjadi semacam blessing bagi para warga lansia. Jika selama ini isu penduduk lansia tidak pernah muncul ke permukaan dan kurang mendapatkan perhatian, momentum pandemi ini bisa dijadikan sebagai momen yang tepat untuk mengangkat isu penduduk lansia.
Momentum untuk menegakkan komitmen bersama guna melindungi dan memenuhi hak penduduk lansia dengan memberikan edukasi dan pemahaman kepada seluruh keluarga di Indonesia bahwa warga lansia harus dilindungi, dimuliakan, dan ditempatkan pada posisi yang sesuai.
Optimalkan seluruh potensi yang dimiliki oleh warga lansia dan kita harus memandang penduduk lansia sebagai aset yang berharga bagi kemajuan bangsa. Janganlah memandang warga lansia sebagai obyek, melainkan sebagai subyek pembangunan.
Warga lansia harus mendapatkan perhatian khusus agar tetap sehat menghadapi era new normal. Kajian yang lebih mendalam terkait implementasi program atau kebijakan yang berpihak pada warga lansia harus segera dilakukan demi kepentingan terbaik dan kesejahteraan penduduk lansia.
Warga lansia harus mendapatkan perhatian khusus agar tetap sehat menghadapi era new normal.
Selain dari sisi kesehatan, hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah masalah sosial ekonomi. Penduduk lansia harus mendapatkan akses dalam hal edukasi dan pendampingan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan new normal ini.
Perlu ada perubahan cara pandang masyarakat bahwa penduduk lansia bukanlah beban keluarga, melainkan potensi pembangunan apabila hak-haknya dipenuhi dan potensinya dioptimalkan.
Untuk mewujudkannya, dibutuhkan peran dari penduduk lansia itu sendiri, keluarga, dan lingkungannya sehingga warga lansia tetap optimistis dengan perubahan pola hidup di era new normal ini dengan tetap melakukan aktivitas-aktivitas positif yang sesuai dengan protokol kesehatan Covid-19.
Untuk itu, penerapan peraturan mengenai new normal yang berlaku di Indonesia, khususnya bagi warga lansia, harus diimbangi dengan pengetahuan budaya yang bermanfaat.
Perubahan pola hidup memang sudah dirasakan oleh masyarakat, khususnya warga lansia, sejak masa awal pandemi. Meskipun begitu, tetap perlu ada penyesuaian kembali cara hidup di era new normal yang akan membawa corak baru pada kehidupan penduduk lansia.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2019%2F08%2F19%2Fbbe603d4-0b26-4082-98c6-0d1254ee6d40_jpg.jpg)
Warga lansia berbelanja di Pasar Ngancar, Kecamatan Banyudono, Boyolali, Jawa Tengah, Minggu (18/8/2019). Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang memiliki warga lansia terbanyak di Nusantara.
Tiga faktor
Setidaknya terdapat tiga faktor yang dapat menjaga keseimbangan warga lansia dalam keluarga di era new normal ini.
Yakni, faktor biologi dengan memenuhi kebutuhan fisik warga lansia dengan meningkatkan daya tahan tubuh, faktor psikologis dengan memenuhi kebutuhan mental penduduk lansia untuk disayangi dan dilindungi, serta faktor sosial budaya lewat sikap dan perilaku yang membuat warga lansia dihormati dalam keluarga.
Setidaknya ada sembilan langkah untuk melindungi warga lansia dari kemungkinan infeksi Covid-19 dan agar penduduk lansia sehat dan bahagia. Salah satunya menjaga asupan nutrisi yang baik dan kebutuhan cairan dengan minum air hangat yang cukup tanpa menunggu haus.
Berikutnya, tetap mendorong penduduk lansia melakukan olahraga dengan intensitas ringan dengan durasi total 30 menit setiap hari. Olahraga tidak hanya bisa berpengaruh pada kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental. Contoh olahraga yang dapat dilakukan warga lansia tepuk tangan keras-keras selama satu menit dan mengayunkan tangan ke atas dan ke bawah 100 kali pada pagi, siang, dan malam.
Baca juga : Lansia Bukanlah Manusia Sia-sia
Lalu, menghindari stres karena stres dapat menurunkan imunitas tubuh, memacu adrenalin, serta meningkatkan tekanan darah dan gula darah. Istirahat atau tidur yang cukup, 4-9 jam setiap hari. Saat tidur tubuh melakukan penggandaan sel darah putih dan sel lainnya yang sangat berperan dalam sistem kekebalan tubuh.
Menjaga kebersihan lingkungan juga perlu dilakukan, salah satunya dengan rajin mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer. Di samping itu, meningkatkan ketakwaan dan keimanan. Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa ibadah, bersedekah, bersyukur, bersabar, dan berpuasa terbukti mampu meningkatkan stamina dan kekebalan tubuh.
Tak kalah penting tetap beraktivitas, seperti mengembangkan hobi. Juga meninggalkan hal-hal yang tidak perlu. Tidak melakukan perjalanan atau bepergian apabila tidak ada kebutuhan mendesak. Upaya lain, tetap melakukan kegiatan sosial dengan mengurangi interaksi sosial secara langsung. Interaksi bisa dilakukan secara virtual sehingga mereka tetap terhubung dengan keluarga dan lingkungan serta tak merasa kesepian. Di samping itu, kesehatan mental dan fisik tetap terjaga.
Joko Susanto, Dosen Keperawatan Gerontik Program Studi D3 Keperawatan Fakultas Vokasi Universitas Airlangga; Praktisi Keperawatan.