Kita perlu mengkaji ulang makna dan gambaran urbanisasi. Desa-desa di Pulau Jawa sudah makin mengkota. Kita perlu menengok perkembangan ini sebagai masalah urbanisasi.
Oleh
Redaksi
·0 menit baca
Sehabis Lebaran, kita kerap membahas urbanisasi sebagai kedatang penduduk desa ke kota untuk mencari pekerjaan. Apakah ada perubahan dalam urbanisasi?Kota besar masih menjadi daya tarik bagi pendatang yang ingin mencari pekerjaan dan kesempatan hidup yang lebih baik. Namun, tanpa keterampilan yang memadai, mimpi mereka dapat berbalik menjadi masalah sosial baru, seperti pengangguran dan kemiskinan.Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil DKI Jakarta memprediksi, ada kenaikan jumlah warga pendatang di Jakarta hingga 40.000 setelah Lebaran 2023. Jumlah pendatang di Jakarta umumnya naik setiap tahun. Pada 2020 tercatat ada 113.814 pendatang. Angka ini naik menjadi 139.740 orang pada 2021, kemudian naik lagi menjadi 151.752 orang pada 2022.”Mereka yang datang ke kota besar punya motivasi soal ekonomi sebagai akibat dari keterbatasan lapangan kerja (di tempat asal). Kota di anggap sebagai sumber ekonomi karena ada lapangan kerja,” kata sosiolog Universitas Gadjah Mada, Arie Sudjito (Kompas, 27/4/2023).Membaca semua ini, urbanisasi sepertinya sama setiap tahunnya. Pertama Jakarta masih menjadi fokus dan kedua Jakarta tetap dianggap menjadi gantungan para pencari kerja. Kisah dan ceritanya juga tak beda. Orang sepertinya berbondong-bonong dengan wajah lelah menuju Jakarta. Kemudian berlanjut dengan cerita pilu. Mereka ada yang menjadi korban penipuan atau terjaring operasi yustisi sehingga harus dipulangkan ke daerah asal.
Ada pertanyaan yang muncul terkait dengan gambaran urbanisasi seperti ini. Apakah Jakarta masih menjadi pusat dari tujuan orang melakukan urbanisasi? Jakarta sudah menjadi kota mahal. Hanya orang-orang tertentu yang mampu membiayai hidup di kota ini. Keluarga-keluarga muda lebih memilih hidup di pinggir kota. Bahkan, tak sedikit orang Jakarta sendiri memilih untuk ke pinggir.Pergerakan orang dengan menggunakan angkutan darat dari luar kota kini juga lebih banyak bertujuan kota-kota di pinggir Jakarta seperti Tangerang, Tangerang Selatan, Depok, dan Bekasi. Mereka tidak lagi berhenti di Jakarta tetapi langsung menuju kota-kota itu. Intinya ada banyak orang yang bertujuan kota-kota itu dibandingkan Jakarta. Pertumbuhan pusat-pusat industri di beberapa kota di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur juga memperlemah anggapan urbanisasi yang selalu bertujuan Jakarta. Dengan UMR yang didapat para pekerja tergolong hidup layak di daerah. Mereka tidak perlu lagi ke Jakarta.Kita perlu mengkaji ulang makna dan gambaran urbanisasi. Desa-desa di Pulau Jawa sudah makin mengkota. Kita perlu menengok perkembangan ini sebagai masalah urbanisasi. Proses migrasi di wilayah-wilayah seperti ini lebih menarik untuk dicermati ketika Lebaran sehingga pengambil keputusan bisa mengembangkan ekonomi secara lebih baik. Riset tentang migrasi ini mungkin malah bisa memberi ide bagi para pebisnis untuk mengembangkan usaha baru.