Setelah berpuasa Ramadhan, saatnya umat manusia berpuasa emisi, bukan hanya untuk diri, melainkan juga untuk seluruh kehidupan di Bumi.
Oleh
AHMAD ARIF
·4 menit baca
Umat Muslim baru saja menyelesaikan puasa selama sebulan, sebagai bagian dari ritual untuk menyucikan tubuh dan jiwa. Kini saatnya umat manusia berpuasa emisi, bukan hanya untuk diri, melainkan juga untuk seluruh kehidupan di Bumi.
Dari puncak gunung hingga kedalaman laut, dampak perubahan iklim kian menguat. Laporan tahunan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) tentang Keadaan Iklim Global 2022 pada Jumat (21/4/2023) menunjukkan, kekeringan, banjir, dan gelombang panas telah memengaruhi masyarakat di setiap benua. Laporan dikeluarkan sehari menjelang peringatan Hari Bumi pada 22 April.
Tahun lalu, kekeringan dahsyat melanda Afrika Timur. Curah hujan di bawah rata-rata dalam lima musim berturut-turut, urutan terpanjang dalam 40 tahun. Sebanyak 2,3 miliar orang rawan pangan, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia. Proyeksi memperkirakan 767,9 juta orang menghadapi kekurangan gizi, hampir 10 persen dari populasi global.
Emisi dari satu miliarder dalam penerbangan luar angkasa akan melebihi emisi seumur hidup seseorang di miliaran orang termiskin di Bumi.
Di sisi lain, hujan yang memecahkan rekor terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2022 menyebabkan banjir besar di Pakistan. Ada lebih dari 1.700 kematian dan 33 juta orang terkena dampaknya, sementara hampir 8 juta orang mengungsi.
Di Eropa, gelombang panas memecahkan rekor selama musim panas. Di beberapa daerah, panas yang ekstrem dibarengi dengan kondisi yang sangat kering. Kematian yang terkait dengan gelombang panas di Eropa ini melebihi total 15.000 jiwa di seluruh Spanyol, Jerman, Inggris, Perancis, dan Portugal.
China juga mengalami gelombang panas terluas dan bertahan lama sejak pencatatan nasional dimulai, berlangsung dari pertengahan Juni hingga akhir Agustus 2022 dan mengakibatkan musim panas terpanas dengan selisih lebih dari 0,5 derajat celsius. Itu juga merupakan rekor musim panas terkering kedua.
Memasuki 2023, Asia telah merasakan paparan terik matahari yang ekstrem karena gelombang panas April yang brutal mencengkeram sebagian besar benua. Beberapa negara mencatat suhu tertinggi yang pernah tercatat, Bangladesh mengalami suhu tertinggi 51 derajat celsius, Thailand 45 derajat celsius, dan di India panas yang membakar telah menewaskan lebih dari selusin orang.
Perubahan skala planet di darat, di lautan, dan di atmosfer ini disebabkan oleh tingkat rekor gas rumah kaca yang memerangkap panas. Suhu rata-rata global pada tahun 2022 telah bertambah 1,15 derajat celsius di atas rata-rata tahun 1850-1900. Tahun 2015 hingga 2022 adalah delapan tahun terpanas dalam catatan instrumental sejak tahun 1850. Tahun 2022 menjadi tahun terpanas ke-5, terlepas dari pendinginan La Niña selama tiga tahun berturut-turut.
Konsentrasi dari tiga gas rumah kaca utama—karbon dioksida (CO2), metana, dan dinitrogen oksida—telah mencapai rekor tertinggi yang diamati. Data real time yang dikumpulkan WMO menunjukkan tingkat tiga gas rumah kaca terus meningkat pada tahun 2022.
Perangkap gas rumah kaca dan kenaikan suhu juga telah mencairkan gletser dan memicu kenaikan permukaan laut, yang kembali mencapai rekor tertinggi di tahun 2022. Tingkat kenaikan permukaan laut rata-rata global telah berlipat ganda antara dekade pertama catatan satelit pada 1993-2002 sebesar 2,27 milimeter (mm) per tahun menjadi 2013-2022 sebesar 4,62 mm per tahun.
Perubahan iklim telah memiliki konsekuensi penting bagi ekosistem dan lingkungan, tak hanya bagi manusia. Mekarnya bunga sakura di Jepang misalnya, yang telah didokumentasikan sejak tahun 801 Masehi, telah bergeser ke tanggal yang lebih awal sejak akhir abad ke-19 karena pengaruh perubahan iklim.
Kehidupan serangga juga yang paling banyak terpengaruh dampak perubahan iklim. Sebagian bertambah luas penyebarannya, seperti nyamuk pembawa berbagai parasit mematikan. Namun, lebah penyerbuk semakin menyusut populasinya.
Di lautan, saat suhu meningkat, peristiwa pemutihan karang massal dan wabah penyakit menular menjadi lebih sering terjadi. Selain itu, CO2 yang diserap ke laut dari atmosfer telah mulai mengurangi laju kalsifikasi pada organisme pembangun terumbu dan organisme terkait terumbu dengan mengubah kimiawi air laut melalui penurunan pH. Proses ini disebut pengasaman laut.
Jelas bahwa perubahan iklim merupakan ancaman global terbesar bagi kelangsungan kehidupan di Bumi. Bukti-bukti ilmiah sudah sedemikian jelas menunjukkan bahwa atmosfer bumi dan lautan sedang memanas dan perubahan ini terutama disebabkan oleh gas rumah kaca dari aktivitas manusia.
Sebagai penyebab perubahan iklim, manusia pula yang bisa menghentikan laju kehancuran ini, di antaranya dengan mengubah gaya hidup, mulai dari pilihan makanan, transportasi, hingga sumber energi. Setiap orang di Bumi memang berkontribusi dengan pemanasan global, sekalipun diet emisi terutama harus dilakukan mereka yang paling berduit. Laporan Institute for European Environmental Policy (IEEP) yang didukung Oxfam pada 2021 menunjukkan, orang-orang terkaya di Bumi menjadi penyumbang utama emisi, sementara dampak terbesar harus ditanggung yang paling miskin.
Dengan gaya hidup mewah seperti bepergian dengan pesawat jet atau kapal pesiar pribadi, sebanyak 1 persen dari populasi di Bumi yang masuk kategori terkaya rata-rata melepaskan 70 ton CO2 per orang per tahun. Jejak karbon orang-orang terkaya dihitung tidak hanya yang berhubungan langsung dengan gaya konsumsi, tetapi juga yang terkait dengan investasi mereka, termasuk di pertambangan, yang meningkat hingga 70 persen pada tahun 2019.
Penyumbang terbesar emisi dari kalangan berduit adalah gaya perjalanan mereka. Kapal pesiar misalnya menambahkan sekitar 7.000 ton emisi per tahun. Studi di Annals of Tourism Research (2019) menemukan, emisi dari satu miliarder dalam penerbangan luar angkasa akan melebihi emisi seumur hidup seseorang di miliaran orang termiskin di Bumi.
Sebagaimana diingatkan Mahatma Gandhi, Bumi seharusnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, tetapi tidak akan pernah cukup untuk memenuhi keserakahan sedikit orang. Upaya untuk diet emisi seharusnya menjadi bagian dari kesalehan sosial.