Berpuasa ternyata dapat meningkatkan kecerdasan otak. Terdapat peningkatan fungsi kognitif seperti fungsi eksekutif (pengambilan keputusan), atensi, dan memori. Lantas apa yang menyebabkan kecerdasan otak meningkat?
Oleh
ABDUL GOFIR
·3 menit baca
Puasa Ramadhan merupakan kewajiban Muslim. Inilah agenda spiritualitas yang menurut hasil penelitian dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan.
Di sisi lain, saat ini ada puasa non-spiritual yang sedang digemari, yakni intermitten fasting. Ini adalah suatu metode yang ampuh untuk menurunkan berat badan, indeks massa tubuh, dan lemak tubuh.
Penelitian terbaru banyak yang menghubungkan puasa dengan perubahan fungsi kecerdasan otak. Pembaca mungkin bertanya, apa itu perbedaan puasa Ramadhan dan intermitten fasting? Apakah manfaat puasa bagi metabolisme tubuh dan apa dampaknya terhadap fungsi kecerdasan? Apakah puasa bisa berperan meningkatkan kecerdasan otak?
Puasa Ramadhan dimulai sejak 1 Ramadhan dari awal subuh dan berakhir dengan terbenamnya matahari selama sebulan penuh. Ibadah puasa berbeda dengan fasting intermitten karena mempunyai makna religi serta ketentuannya tidak hanya menghindari makan dan minum, tetapi juga hal yang membatalkannya.
Dampak berkurangnya konsumsi kalori tubuh saat puasa Ramadhan, selain terhadap berat badan, adalah juga penurunan lemak tubuh, kolesterol jahat, dan gula darah. Hanya saja, jika waktu antara buka puasa dan makan sahur tak ada pembatasan kalori, jenis makanan atau minuman yang dikonsumsi, maka efek penurunan berat badan, lemak tubuh, kolesterol jahat, dan gula darah akan menjadi tidak lebih baik daripada intermitten fasting.
Tinjauan sistematis dari Correia dkk (2021) memaparkan bahwa puasa Ramadhan dapat memberikan efek baik bagi kesehatan setara dengan fasting intermitten. Perbedaan keduanya terutama lebih pada efektivitas parameter komposisi tubuh, sedangkan puasa Ramadhan lebih kepada kesehatan mental spiritual.
Ilustrasi
”Intermitten fasting”
Intermitten fasting adalah sebuah konsep diet dengan pola pembatasan waktu makan, baik dalam jangka waktu harian maupun mingguan. Metode harian, menetapkan dalam 24 jam, hanya diperbolehkan makan dalam waktu 8 jam, sedangkan 16 jam sisanya diharuskan berpuasa.
Metode lain yang bisa dilakukan adalah dalam satu minggu, dua hari melakukan diet, sedangkan lima hari lainnya tidak. Jumlah kalori harian yang dimakan pada intermitten fasting boleh dibatasi ataupun tidak dibatasi, tetapi masih diperbolehkan minum air putih di jam-jam puasa.
Tidak hanya untuk kepentingan kesehatan, intermitten fasting memang mirip dengan pelaksanaan puasa beberapa agama.
Metabolisme saat puasa
Serangkaian proses metabolisme tubuh kita terjadi ketika berpuasa. Dengan berpuasa, akan terjadi peningkatan proses pemecahan lemak dan gula simpanan yang akan diurai menjadi keton dan glukosa.
Menurut Gudden dkk (2021), keton akan menjadi bahan bakar serta sumber energi yang lebih utama, lebih cepat digunakan oleh otak. Sementara Brochii dkk (2022) menyatakan, selain kaya akan energi, keton bersifat neuroprotektif, melindungi fungsi kognitif.
Zat sinyal tubuh lainnya, insulin like growth factor-1 (IGF-1) menurun saat berpuasa sehingga mencegah terjadinya berbagai penyakit, seperti retinopati diabetik, penyakit pembuluh darah, kanker, dan diabetes, pada orang yang berisiko tinggi, seperti penderita obesitas (Rezaee dkk, 2023).
Berpuasa ternyata dapat meningkatkan kecerdasan otak.
Otak dan puasa
Berpuasa ternyata dapat meningkatkan kecerdasan otak. Penelitian Boujelbane dkk (2022) menyatakan, terdapat peningkatan fungsi kognitif seperti fungsi eksekutif (kemampuan menganalisis dan mengambil keputusan), atensi (pemusatan perhatian), dan memori (daya ingat). Lantas apa yang menyebabkan kecerdasan otak meningkat?
Bastani dkk (2017) menyimpulkan bahwa selama berpuasa terdapat peningkatan produksi zat di otak, seperti serotonin, dopamin, brain-derivad neurotrophic factor (BDNF), dan nerve growth factor (NGF), yang memengaruhi plastisitas neuron (sel saraf). Neuroplastisitas otak adalah proses adaptasi fungsional neuron terhadap perubahan lingkungan, yang akan meningkatkan proses belajar dan memori.
Selain itu, Gudden dkk (2021) memaparkan bahwa produksi BDNF juga memicu biogenesis mitokondria (pembentukan dan perbaikan komponen penyedia energi sel), serta meningkatkan proses autofagi. Autofagi bermanfaat untuk menghancurkan neuron yang rusak sehingga terjadi plastisitas dan regenerasi neuron.
Iqbal dkk (2023) menyimpulkan saat puasa Ramadhan terjadi penurunan indeks massa tubuh, lemak tubuh, dan peningkatan memori spasial. Hasil pencitraan otak magnetic resonance imaging (MRI) menunjukkan terdapat hubungan antara perbaikan lemak tubuh dan volume amigdala. Amigdala merupakan bagian otak yang memengaruhi fungsi kognitif.
Beberapa hal tersebut menunjukkan puasa Ramadhan memiliki peran dalam meningkatkan fungsi kecerdasan.
Ilustrasi
Kualitas berpuasa
Manfaat kesehatan pada puasa Ramadhan dapat diperoleh secara maksimal jika asupan kalori diperhatikan saat berbuka puasa dan aktivitas rutin dilakukan seperti hari biasa.
Berpuasa, baik dalam bentuk puasa Ramadhan sebagai kewajiban religius maupun intermitten fasting, tetap mempertimbangkan aspek kesehatan. Usahakan untuk tidak berlebihan dalam asupan makanan saat puasa, menjaga kecukupan cairan dan elektrolit, menerapkan pola tidur sehat, dan tetap produktif.
Selamat berpuasa. Semoga menjadi orang yang bertakwa.
Abdul GofirDosen FK-KMK UGM dan Konsultan Neurologi di RSUP Dr. Sardjito