logo Kompas.id
OpiniZiarah Kubur
Iklan

Ziarah Kubur

Kesucian dan kekeramatan bukanlah kategori substantif, melainkan kategori situasional. Sakralitas, di atas segalanya, adalah kategori penempatan yang dibuat manusia. Kekeramatan bisa diciptakan.

Oleh
Ahmad Najib Burhani
· 5 menit baca
Ahmad Najib Burhani
SALOMO TOBING

Ahmad Najib Burhani

Salah satu tradisi keagamaan yang secara kuat hidup di masyarakat Indonesia adalah ziarah kubur. Ini tidak hanya dilakukan oleh umat Islam, tetapi juga umat lain dengan nama yang berbeda. Tradisi ini sangat terlihat pada saat menjelang Ramadhan atau di bulan Ruwah dalam kalender Jawa, saat hari raya Idul Fitri, dan juga saat hari raya Natal. Masyarakat berkumpul di tempat tertentu atau datang ke kuburan untuk membaca Al Quran, berdoa untuk leluhur, tahlil, sekaligus membersihkan makam dan menaburinya dengan bunga.

Selain di hari besar, beberapa masyarakat di Jawa juga melakukan ziarah kubur setiap hari Jumat atau saat memiliki hajat (keperluan) tertentu, seperti ujian sekolah, menjelang pernikahan, dan upacara life cycle lain. Meski ada kelompok agama, baik Islam maupun Kristen, yang tidak melakukan atau bahkan menentangnya, tradisi ini tetap bertahan, dirawat, dan berkembang pada kelompok masyarakat lain.

Editor:
MOHAMMAD HILMI FAIQ
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000