Pemilu Presiden Turki pada 14 Mei 2023 nanti juga menjadi arena pertarungan antara Ali Ali Babacan dan Ahmet Davutoglu melawan Erdogan. Mereka merupakan politikus asal AKP, partai yang kini berkuasa di Turki.
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN, DARI KAIRO, MESIR
·5 menit baca
Akhirnya kubu oposisi Turki yang terdiri dari enam partai, sepakat mengajukan ketua partai Rakyat Republik (CHP), Kemal Kilicdaroglu, sebagai calon tunggal presiden kubu oposisi melawan incumbent, Presiden Recep Tayyip Erdogan pada pemilu presiden dan parlemen 14 Mei 2023 nanti. Koalisi enam partai tersebut yang juga disebut koalisi keumatan, adalah partai Rakyat Republik (CHP) pimpinan Kemal kilicdaroglu yang beraliran sosial demokratik/tengah kiri, Partai IYI (kebaikan) yang beraliran liberal konservatif (IYI) pimpinan Meral Aksener, partai Saadet (SP) yang beraliran Islamis kanan pimpinan Temel Karamollaoglu, partai Demokrat (DP) yang beraliran tengah-kanan pimpinan Gultekin Uysal, partai Demokrasi dan Progresif (DEVA) pimpinan Ali Babacan, serta partai Masa Depan (GP) pimpinan Ahmet Davutoglu.
Koalisi enam partai itu sempat retak karena ketua Partai IYI (kebaikan) yang beraliran liberal konservatif, Meral Aksener, menolak Kilicdaroglu sebagai calon tunggal presiden kubu oposisi. Aksener pun memilih keluar dari kubu enam partai oposisi yang juga dikenal dengan sebutan “meja enam”.
Aksener ngotot agar kubu oposisi Turki mencalonkan Wali Kota Ankara, Mansur Yavas, atau Wali Kota Istanbul, Ekrem Imamoglu, sebagai calon tunggal presiden dari kubu oposisi. Menurut Eksener hanya Ekrem Imamoglu dan Mansur Yavas yang mampu bersaing dan bisa menumbangkan Presiden Erdogan.
Yavas maupun Imamoglu sama-sama berasal dari CHP. Imamoglu berhasil menang gemilang atas calon dari AKP (partai Keadilan dan Pembangunan) yang berkuasa, Binali Yildirim, pada pemilu wali kota Istanbul tahun 2019. Yavas juga menang gemilang atas calon dari AKP, Mehmet Ozhaseki, pada pemilu wali kota ibu kota Ankara tahun 2019.
Eksener menginginkan prestasi gemilang Imanoglu dalam pemilu wali kota Istanbul dan Yavas dalam pemilu wali kota Ankara tahun 2019, bisa terulang lagi dalam pemilu presiden 14 Mei 2023, bila salah satu dari dua tokoh dari CHP itu tampil sebagai calon tunggal presiden kubu oposisi.
Namun Kemal Kilicdaroglu menolak keinginan Eksener tersebut dan bersikukuh hanya dirinya yang paling pantas sebagai calon tunggal presiden dari kubu oposisi untuk melawan Erdogan. Akhirnya Wali Kota Ankara, Mansur Yavas, dan Wali Kota Istanbul, Ekrem Imamoglu, membujuk Eksener agar kembali kedalam barisan enam meja, demi persatuan kubu oposisi untuk dapat mengalahkan Erdogan.
Eksener lantas menyatakan siap kembali kedalam barisan kubu oposisi dengan syarat Wali Kota Ankara, Mansur Yavas, atau Wali Kota Istanbul, Ekrem Imamoglu, harus menjadi wakil presiden jika kubu oposisi memenangkan pemilu presiden 14 Mei nanti. Syarat Eksener itu disampaikan oleh Yavas dan Imamoglu kepada calon presiden dari kubu oposisi, Kemal Kilicdaroglu. Dan Kemal Kilicdaroglu langsung menyetujui syarat Eksener tersebut, dan Eksener langsung mengumumkan kembali kedalam barisan enam meja.
Bersatu
Kembalinya Eksener dan IYI ke barisan meja enam, adalah sangat penting dan berarti, karena IYI merupakan kekuatan politik terbesar kedua setelah CHP dalam barisan kubu oposisi. Kembalinya Eksener ke kubu oposisi tersebut, membuat kekuatan barisan kubu oposisi kembali penuh, Hal itu merupakan pertama kali dalam sejarah pentas politik Turki, bahwa kubu oposisi yang berasal dari berbagai latar belakang ideologi, bisa bersatu untuk menghadapi pemilu parlemen dan presiden.
Karena itu, posisi kubu oposisi dalam menghadapi pemilu parlemen dan presiden 14 Mei nanti jauh lebih kuat dibanding posisi kubu oposisi saat pemilu tahun 2018 yang terpecah-pecah. Pada pemilu presiden tahun 2018 Erdogan menang telak, lantaran kubu oposisi terpecah belah dan masing-masing partai politik mengajukan calon presiden sendiri-sendiri.
Pada pemilu presiden tahun 2018, CHP mencalonkan wakil ketuanya, Muharrem Ince, sebagai presiden, SP mencalonkan ketuanya, Temel Karamollaoglu, dan IYI mencalonkan ketuanya, Meral Aksener. Masih ada lagi partai Patriotik (Vatan) yang mengajukan ketuanya sebagai calon presiden, yaitu Dogu Perincek.
Merujuk pada pemilu 2018 itu, maka dalam menghadapi pemilu 14 Mei 2023 ini, peluang calon tunggal presiden dari kubu oposisi, Kemal Kilicdaroglu, diprakirakan bakal mampu menyaingi Erdogan cukup besar. Kemal Kilicdaroglu dan Erdogan dalam pentas politik Turki dikenal sebagai musuh bebuyutan. Tak heran bila orang memandang bahwa hanya Kemal Kilicdarogu yang secara kharisma bisa menyaingi Erdogan.
Apalagi saat ini Kemal Kilicdaroglu didukung pula dari kekuatan Islam politik, yakni Partai Demokrasi dan Progresif (DEVA) pimpinan Ali Babacan, dan Partai Masa Depan (GP) pimpinan Ahmet Davutoglu yang keduanya merupakan pecahan dari AKP (partai Keadilan dan Pembangunan) yang berkuasa.
Kubu oposisi berharap, suara loyalis Ali Babacan dan Davutoglu dalam AKP bisa beralih ke kubu oposisi dan Kemal Kilicdaroglu. Tentu akan menjadi pertaruhan Ali Babacan dan Davutoglu, sejauh mana popularitas dan elektebilitas mereka dalam pemilu 14 Mei 2023 nanti.
Jika Kemal Kilicdaroglu meraih suara besar dan mampu mengalahkan Erdogan, maka sudah pasti merupakan andil besar Ali Babacan dan Davutoglu. Akan tetapi sebaliknya bila perolehan suara Kemal Kilicdaroglu kecil dan kalah jauh dari Erdogan, maka berarti bergabungnya Ali Babacan dan Davutoglu tidak berpengaruh apa-apa.
Ini selanjutnya menunjukkan bahwa Ali Babacan dan Davutoglu bukan siapa-siapa dalam tubuh AKP dulu dan juga dipentas politik nasional Turki saat ini. Prestasi mereka menduduki posisi strategis dalam pemerintahan AKP, seperti Ali Babacan menjabat menteri keuangan dan Davutoglu menjabat menteri luar negeri, hanya berkat dikatrol oleh Erdogan.
Oleh karena itu, pemilu 14 Mei 2023 nanti menjadi arena pertarungan antara Ali Babacan/DEVA dan Davutoglu/GP melawan Erdogan/AKP. Akan sangat ditunggu bagaimana perolehan suara Kemal Kilicdaroglu setelah bersatunya kubu oposisi dan juga didukung penuh oleh Ali Babacan/DEVA dan Davutoglu/GP pada pemilu 14 Mei 2023 nanti.