”Reparenting” (1)
”Reparenting” menempatkan seseorang dalam peran orangtuanya sehingga mereka dapat membuat perubahan yang diperlukan pada ide dan konsep bawah sadar ini.
Pengalaman pengasuhan orangtua yang kurang kondusif di masa kecil acap berpengaruh kuat pada cara kita berperilaku secara kurang menguntungkan di masa dewasa. Namun, tetap ada upaya untuk mengatasinya, salah satunya adalah melakukan reparenting.
Pembahasan mengenai reparenting (perbaikan pengasuhan diri) akan saya bagi ke dalam dua bagian. Tulisan pertama ini membahas pengertian, siapa yang memerlukan, dan apa manfaatnya. Sementara bagian kedua mendatang akan membahas bagaimana memulai dan melakukan prosesnya.
Pengertian dan tujuan
Jodi Clarke (2022), konselor profesional yang berspesialisasi dalam topik isu emosional, menjelaskan bahwa reparenting terjadi ketika orang dewasa bertindak untuk memenuhi kebutuhan emosional atau fisik mereka sendiri yang tidak terpenuhi di masa kecilnya. Kebutuhan ini dapat mencakup perhatian, rasa aman, rutinitas, kelekatan, pengelolaan emosi, dan kasih sayang.
Orangtua atau pengasuh mungkin belum memenuhi semua kebutuhan anaknya; ketika anak tumbuh menjadi dewasa, mereka mungkin perlu belajar bagaimana memberikan apa yang kurang dari diri mereka sebagai seorang anak untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan dirinya.
Penting untuk dipahami bahwa orangtua hanya dapat mengasuh dari tingkat kesadaran mereka sendiri. Jadi, kita tak perlu melihat adanya kesalahan dari orangtua. Sebagai manusia, mereka telah melakukan yang terbaik yang dapat dilakukan dengan tingkat kesadaran mereka.
Meneliti bagaimana masa kecil kita berdampak negatif pada pandangan tentang diri sendiri, relasi, dan persepsi kita tentang dunia dapat memberi kekuatan untuk menulis ulang pesan-pesan ini dan menjalani kehidupan yang lebih bahagia.
Maggie Holland (2023), konselor kesehatan mental, juga berpandangan sama. Menurut dia, reparenting mengacu pada saat orang dewasa berusaha memahami bagaimana kebutuhan masa kecilnya tidak terpenuhi dan kemudian bekerja untuk memenuhinya sendiri. Reparenting paling sering dilakukan dengan terapis berlisensi, tetapi juga dapat dilakukan secara mandiri.
Tujuan reparenting adalah untuk memenuhi kebutuhan pribadi yang tidak terpenuhi di masa kecil seseorang. Karena anak-anak mengambil sebagian besar isyarat dari orangtuanya, anak yang tumbuh dengan orangtua yang tidak mampu atau tidak mau membimbing mereka sering kali mengembangkan kesalahpahaman tentang kebutuhan tertentu. Selain itu, anak-anak belajar bagaimana berperilaku dalam membentuk keterikatan yang sehat, berkomunikasi, menetapkan harapan, dan mengelola konflik dari sosok orangtua. Reparenting menempatkan seseorang dalam peran orangtuanya sehingga mereka dapat membuat perubahan yang diperlukan pada ide dan konsep bawah sadar ini.
Kita cenderung protektif dan defensif di sekitar pengalaman masa kecil kita walau sebenarnya kita memiliki kesempatan untuk memulihkan diri dan secara sadar memilih perilaku yang berbeda sebagai orang dewasa, terlepas dari apa yang telah kita alami di masa lalu. Reparenting adalah tanggung jawab pribadi kita. Siapa pun dapat memulai proses reparenting-nya sendiri, tetapi membutuhkan waktu, komitmen, dan kesabaran.
Siapa yang memerlukan?
Maggie Holland menjelaskan, ada populasi tertentu yang memerlukan terapi reparenting karena sebagian besar telah mempelajari pola perilaku, emosional, atau relasional yang tidak sehat sampai taraf tertentu. Orang-orang yang pernah mengalami pelecehan emosional, fisik, dan seksual atau pengabaian emosional dan fisik dalam pengasuhan masa kecilnya cenderung menganggap metode terapeutik ini sangat bermanfaat.
Reparenting dapat membantu orang dewasa memahami mengapa perilaku orangtua seperti itu berbahaya dan bagaimana membuat mereka bisa menjadi lebih baik. Memahami dari mana pola mereka berasal dapat membantunya membuat pilihan yang disengaja dan perubahan untuk bergerak maju.
Manfaat
Reparenting dapat memiliki dampak yang menguntungkan bagi kehidupan banyak orang. Meneliti bagaimana masa kecil kita berdampak negatif pada pandangan tentang diri sendiri, relasi, dan persepsi kita tentang dunia dapat memberi kekuatan untuk menulis ulang pesan-pesan ini dan menjalani kehidupan yang lebih bahagia.
Baca juga : Mengembalikan Pengasuhan Anak ke Tangan Keluarga
Secara lebih terperinci, Jodi Clarke menguraikan berbagai kegunaan melakukan reparenting.
1. Belajar memberi nama dan mengekspresikan emosi
Banyak hal yang kita pelajari tentang pemrosesan dan pengaturan emosi dipengaruhi oleh keluarga asal kita. Beberapa keluarga sangat terbuka dengan bahasa emosional dan berbagi, sementara yang lain tidak memiliki budaya mengidentifikasi, mengungkapkan, atau berbagi pengalaman emosional. Dalam proses reparenting, kita dapat belajar menemukan bahasa yang jelas untuk pengalaman emosional kita serta membagikannya dengan orang lain secara sehat.
2. Belajar membuat batasan
Mempelajari cara menetapkan batasan sering kali menjadi bagian dari proses reparenting. Adalah umum bagi anak-anak untuk belajar bagaimana menyenangkan orang, tetapi tidak sadar akan kebutuhan mereka sendiri. Sebagai orang dewasa, hal ini bisa menjadi masalah karena, tanpa batasan, dia mungkin merasa tidak bahagia, tidak aman, atau lebih mudah lelah setelah berinteraksi dengan orang lain.
Kita semua memiliki preferensi tentang bagaimana kita diperlakukan, yang akan menumbuhkan rasa harga diri dengan mengungkapkan batasan kita. Reparenting dapat menawarkan pengalaman emosional korektif di mana kita dapat mengidentifikasi atau mengklarifikasi batasan yang diinginkan serta belajar mengambil risiko emosional untuk menetapkan dan mempertahankan batasan ini.
3. Mengubah cara memandang diri
Pesan negatif tentang diri sendiri pasti dapat memengaruhi cara kita berhubungan dengan orang lain dan cara kita menjelajahi dunia. Reparenting memungkinkan kita untuk tidak hanya menantang pesan lama yang tidak sehat tentang siapa mereka, tetapi membantu mengembangkan pandangan diri yang jujur, sehat, dan positif. Selama berproses, kita dapat mengalami perubahan atau transformasi sejati dalam memandang diri sendiri.
Baca juga : Rindu Masa Kecil
4. Mengubah cara melihat orang lain
Pengalaman masa kecil yang menyakitkan secara emosional dapat secara dramatis memengaruhi cara seseorang memandang orang lain dan membuat mereka percaya bahwa kebanyakan orang tidak aman. Praktik berbagi dan pengambilan risiko emosional dalam proses reparenting dapat menawarkan pengalaman emosional korektif yang memungkinkan kita merasa aman dengan orang yang dekat dan tepercaya.
5. Mempelajari hubungan yang sehat
Anak-anak menyerap banyak pesan tentang relasi, terutama dari orangtua dan anggota keluarga lainnya. Apa yang kita pelajari saat tumbuh dan berkembang memengaruhi cara kita berhubungan dengan keluarga, teman, dan orang penting lainnya. Misalnya, jika hubungan kita dengan orangtua sepihak, di mana mereka tidak pernah mendengarkan apa yang kita katakan ketika masih kecil, kita mungkin menerima perilaku yang sama dari pasangan saat dewasa.
Reparenting dapat membantu memahami bahwa tidak apa-apa mengomunikasikan apa yang kita rasakan dan butuhkan dari pasangan. Atau, jika kita terbiasa dikritik keras sebagai seorang anak, kita mungkin menjadi sangat sensitif untuk menerima segala bentuk kritik dari pasangan. Melalui reparenting, kita dapat belajar bahwa ada cara sehat untuk menerima dan memberikan kritik yang diperlukan dalam hubungan fungsional. Kita dapat mempelajari cara-cara yang efektif untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat dengan orang lain.
Agustine Dwiputri, Psikolog; Dosen PTT di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia