Di sinilah kita kembali mengingatkan kebutuhan literasi keuangan kepada semua pihak, terkhusus pada pemkerja migran. Pekerja migran perlu mendapat perhatian lebih karena mereka memegang uang dalam jumlah besar dan mudah.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Masalah pekerja migran tak habis. Kali ini kita terenyak dengan kasus penggandaan uang dan pembunuhan yang menimpa mereka. Seorang perempuan pekerja migran bernama Hana mengungkapkan, dirinya menjadi korban penipuan komplotan Wowon Erawan asal Cianjur, Jawa Barat. Hana nyaris dibunuh para pelaku sepulang dari Arab Saudi, akhir 2022. Hana adalah satu di antara 11 korban penipuan yang telah ditelusuri polisi dari riwayat transaksi di rekening tabungan komplotan Wowon Cs.
Para pelaku mengelabui korban agar percaya bahwa mereka bisa menggandakan uang dengan trik tertentu. Korban diminta menemui mereka dan membawa sejumlah uang, lalu mempraktikkan trik memperbanyak uang dalam amplop. Setelah itu, korban diminta menyetorkan uang secara rutin untuk diambil hasilnya kemudian hari. Tidak hanya itu, pelaku juga mengajak korban merekrut pekerja migran lain untuk ikut serta (Kompas, 27/1/2023). Sampai saat ini di luar korban penipuan diketahui ada sembilan korban yang dibunuh ketiga pelaku.
Kita sangat prihatin dengan kejadian ini. Para pekerja migran yang telah bekerja keras demi keluarganya dan juga menyumbang devisa bagi negara jatuh ke tangan orang-orang yang sangat keji. Nilai uang mereka sangat besar dan sangat berarti bagi keluarganya. Tidak hanya merampok uangnya, para pelaku juga menghilangkan nyawa mereka.
Penggandaan uang menjadi modus para pelaku. Tawaran mereka sangat menggiurkan. Dalam tempo singkat nilai uang bisa berlipat. Kita makin prihatin karena kasus seperti ini terus berulang. Masyarakat mudah sekali terlena dengan tawaran-tawaran mendapatkan uang berlimpah atau investasi dengan bunga yang sangat tinggi dalam waktu singkat.
Di sinilah kita kembali mengingatkan kebutuhan literasi keuangan kepada semua pihak, terkhusus kepada pemerja migran. Pekerja migran perlu mendapat perhatian lebih karena mereka memegang uang dalam jumlah besar dan mudah menjadi sasaran kejahatan. Selama ini lembaga keuangan lebih berfokus pada remitansi para pekerja migran. Saatnya mereka dan juga otoritas masuk ke literasi keuangan mereka.
Melalui kedutaan besar, lembaga keuangan, agen, dan juga otoritas kita perlu memulai langkah-langkah literasi bagi para pekerja migran. Dengan bahasa yang sederhana, literasi diharapkan bisa dipahami para pekerja migran. Tentu berawal dari pengelolaan dana, kemudian risiko yang dihadapi ketika mereka memegang uang, tawaran investasi yang tidak masuk akal, hingga langkah yang lebih lanjut, yaitu investasi setelah menjadi pekerja migran.
Perlidungan pekerja migran sepertinya harus mulai masuk ke soal-soal keuangan pekerja migran di samping selama ini telah dilakukan dalam hal perlidungan hukum dan juga perlindungan fisik. Pekerja migran tentu ingin kembali dengan rasa bangga dan aman.