Ada kecenderungan peningkatan persentase anak balita ”wasting”, yakni yang berat badannya di bawah standar kurva pertumbuhan menurut standar Organisasi Kesehatan Dunia. Negara perlu beri perhatian pada masalah ini.
Oleh
BRIAN SRIPRAHASTUTI
·3 menit baca
Dalam rangka Peringatan Hari Gizi Nasional Ke-63 pada 25 Januari 2023, Kementerian Kesehatan mengangkat tema ”Cegah Stunting dengan Protein Hewani”.
Kementerian Kesehatan menginisiasi kerja lintas kementerian/lembaga untuk mengisi Hari Gizi Nasional ini. Tengkes (stunting) masih jadi salah satu masalah genting dalam pembangunan manusia Indonesia.
Kantor Staf Presiden melakukan pemantauan melalui sistem pemonitoran dan evaluasi pada rencana aksi percepatan penurunan tengkes yang diampu Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional bersama Kementerian Kesehatan, Kemendikbudristek, Kementerian Agama, Kementerian Dalam Negeri, serta Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
Beberapa isu kontemporer terkait tengkes perlu mendapat perhatian bersama. Ada kecenderungan peningkatan persentase anak balita wasting, yakni anak balita yang berat badannya di bawah standar kurva pertumbuhan menurut standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), meski di sisi lain terdapat penurunan angka (prevalensi) tengkes.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia 2021, sebagaimana disampaikan Presiden Joko Widodo pada Rakor Kepala Daerah di Sentul (17/1/2023), angka tengkes pada 2021 sebesar 24,4 persen dan turun menjadi sekitar 21 persen pada 2022. Kerja keras kita selama ini untuk menurunkan prevalensi tengkes mulai mendapatkan hasil, tetapi ke depan perlu untuk mengantisipasi kondisi wasting pada anak balita.
Momentum Hari Gizi Nasional ini menjadi pintu masuk untuk mengampanyekan pentingnya gizi seimbang untuk pertumbuhan janin dan anak balita, terutama konsumsi protein hewani setiap hari.
Masih tingginya tingkat anemia pada ibu hamil, yakni satu dari dua ibu hamil; masih tingginya bayi dengan berat badan lahir rendah; belum optimalnya pencatatan panjang badan ketika lahir; dan masih rendahnya cakupan ASI eksklusif adalah beberapa isu yang perlu diperhatikan pada 2023.
Mengisi kesenjangan
Masih terdapat kesenjangan (gap) pada pola makan ibu hamil, ibu menyusui, serta pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) yang tinggi protein hewani. Gap ini harus diisi, melalui kampanye, sosialisasi, dan edukasi. Kita perlu lebih konsisten untuk mempromosikan ASI hingga usia dua tahun.
ASI eksklusif bisa membantu mengurangi risiko tengkes pada bayi melalui peningkatan pertumbuhan, peningkatan sistem imun, peningkatan kesehatan mental dan emosional, serta penurunan risiko obesitas. Dalam aspek kesehatan masyarakat, penting untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap protein hewani, termasuk melalui program pemberian makanan tambahan dan pemanfaatan sumber pangan lokal.
Selain itu, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya konsumsi protein hewani serta memberikan edukasi tentang cara memasak dan mengolah makanan yang mengandung protein hewani sehingga kandungan gizi dan nutrisi di dalamnya tetap terjaga.
Pemenuhan hak dasar anak merupakan fondasi penting bagi anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara berkualitas dan optimal sesuai usia.
Perlu langkah serius untuk tak mempromosikan susu formula atau susu pertumbuhan lainnya ke bayi hingga selesai masa kritikal 1.000 HPK, kecuali ada indikasi medis, mendapatkan rekomendasi dokter, dan patuh kepada kode etik pemasaran minuman pengganti ASI.
Kerja sama
Orangtua dan negara ini bertanggung jawab memenuhi hak dasar anak sesuai UU dan Konvensi Hak Anak, yaitu hak mendapatkan identitas, status kebangsaan, pendidikan, perlindungan dan nondiskriminasi, bermain, makanan sehat, rekreasi, dan jaminan kesehatan.
Pemenuhan hak dasar anak merupakan fondasi penting bagi anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara berkualitas dan optimal sesuai usia. Makanan bergizi dan seimbang wajib diberikan kepada anak agar perkembangan fisik/tubuh sehat, tak mudah terserang penyakit infeksi, dan untuk kecerdasan kognitif emosional.
Protein hewani tak harus mahal. Protein hewani dapat diakses masyarakat dengan harga terjangkau dan sedapat mungkin memanfaatkan potensi sumber daya hewani di sekitar. Misalnya, ikan kembung yang kaya omega 3 (DHA). Dibandingkan ikan salmon, ikan kembung menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan memiliki kandungan nutrisi dan omega 3 lebih tinggi dan memberi manfaat kepada ibu hamil dan ibu menyusui untuk mencukupi gizi bayi.
Hari Gizi Nasional menjadi momentum bagi seluruh anak bangsa untuk memperkuat kerja sama sinergis dan kolaboratif dalam upaya percepatan penurunan tengkes di Indonesia.
Brian Sriprahastuti Tenaga Ahli Utama Kedeputian Bidang Pembangunan Manusia Kantor Staf Presiden