Ketika perang berlarut-larut dan sanksi atas Rusia terus ditingkatkan, rasanya tekanan terhadap anggota Uni Eropa kian besar. Situasi ekonomi yang sulit dan tak berkesudahan dapat memicu ketidakpuasan.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Perang Rusia-Ukraina tak kunjung berakhir. Berbagai sanksi telah dijatuhkan atas Rusia, tetapi negara itu tetap mampu melanjutkan perang.
Sejak Rusia menyerang Ukraina pada Februari lalu, sanksi dijatuhkan oleh Amerika Serikat (AS) serta Uni Eropa (UE) terhadap Rusia. Tujuannya, melemahkan Rusia dan elite negara itu sehingga diharapkan lama-lama Moskwa mengakhiri serangan. Namun, tampaknya tujuan tak tercapai. Hingga sekarang, perang masih berlangsung.
Tidak hanya institusi, sasaran sanksi juga meliputi individu. Adapun bidang yang dikenai sanksi antara lain keuangan serta perdagangan.
Pada Jumat (16/12/2022), paket sanksi kesembilan dari UE atas Rusia mulai berlaku. Kali ini, UE menjatuhkan sanksi bagi 141 orang dan 49 perusahaan atau institusi dari Rusia.
Menurut The New York Times, untuk delapan paket sanksi terdahulu, sejak Februari lalu, UE telah memasukkan total 1.236 orang dan 155 perusahaan ke dalam daftar penerima sanksi. Wujudnya termasuk pembekuan aset. Sanksi itu juga melarang perdagangan produk dari total 1.000 kategori serta ratusan subkategori.
Hampir keseluruhan impor minyak dari Rusia sudah diembargo. Berdasarkan nilai, sepertiga ekspor UE ke Rusia dan dua pertiga impor dari negara itu telah dilarang.
Penerapan sanksi menimbulkan perdebatan di antara anggota UE. Ada kelompok yang menginginkan sanksi lebih keras. Mereka meliputi negara yang berada di dekat Rusia atau Ukraina, seperti Lituania dan Polandia. Di sisi lain, ada kelompok tak menyetujuinya. Salah satu pertimbangannya, sanksi membuat pasokan energi seret sehingga rakyat susah. Harga-harga pun meroket.
Sungguh tidak mudah bagi anggota UE untuk menghadapi situasi ini. Di satu sisi, mereka dikehendaki mendukung Ukraina yang pemerintahannya sekarang pro-Barat. Di sisi lain, anggota UE harus menghadapi kenyataan rakyatnya mengalami kesulitan atau terdampak sanksi atas Rusia.
Bagaimanapun, serangan Rusia ke Ukraina tidak bisa dibenarkan. Tidak boleh ada satu pun negara di dunia ini yang dibenarkan menyerang negara lain.
Akan tetapi, ketika perang berlarut-larut dan sanksi terus ditingkatkan, rasanya tekanan terhadap anggota UE kian besar. Situasi ekonomi yang sulit dan tak berkesudahan dapat memicu ketidakpuasan serta berujung pada gejolak politik.
Oleh karena itu, solusi atas perang di Ukraina harus segera dicapai. Inti persoalan, yang antara lain berkaitan dengan relasi Eropa-Rusia serta perimbangan kekuatan di wilayah perbatasan Rusia sebelah barat, perlu dicari jalan keluarnya. Semua problematika ini sesungguhnya tidak baru, tetapi sudah muncul pada ratusan, bahkan mungkin ribuan, tahun silam. Sudah seharusnya Eropa mampu mengatasinya.