Dilema Sanksi Rusia Membuat Uni Eropa Terbelah Pendapat
Uni Eropa telah menjatuhkan paket sanksi terbaru untuk Rusia. Akan tetapi, kini Uni Eropa merasakan dampaknya.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
KOMPAS/DENTY PIAWAI NASTITIE
Suasana di kantor Komisi Eropa di Brussels, Belgia, Rabu (10/4/2019).
BRUSSELS, SENIN – Uni Eropa membahas mengenai penetapan harga maksimal gas demi mengatasi krisis energi yang melanda benua tersebut. Berbagai sanksi yang dijatuhkan atas Rusia mulai menjadi bumerang bagi sebagian dari 27 negara anggota Uni Eropa. Perdebatan terjadi di dalam blok itu membahas bentuk dan berat sanksi atas Rusia karena belum berhenti menginvasi Ukraina.Pada hari Senin (19/12/2022), para pemimpin Uni Eropa (UE) harus menetapkan harga gas.
Komisi Eropa bulan lalu mengusulkan agar harga gas maksimal 275 euro untuk setiap megawatt jam. Akan tetapi, Ceko yang tengah memegang presidensi UE mengusulkan agar batas maksimal justru diturunkan menjadi 188 euro per megawatt jam.
Tujuannya agar biaya energi tidak menguras kantong masyarakat yang kepayahan melalui musim dingin dengan persediaan listrik dan panas yang terbatas. Di saat yang sama, harga gas yang murah turut memastikan sektor industri tetap berjalan. Apabila industri berkurang drastis, perekonomian Eropa ambruk.
Namun, Jerman, Belanda, dan Austria menolak usulan Ceko. Alasannya karena apabila harga terlalu murah, negara-negara pengekspor gas enggan menjual ke Eropa. Akibatnya, Eropa justru merugi. Mereka menawarkan harga yang lebih kompromistis, yaitu 200 euro per megawatt jam.
AP/NATACHA PISARENKO
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen (kiri) berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Kyiv, Ukraina, Sabtu (11/6/2022).
Berdebat
Pening di UE ini merupakan dampak penjatuhan paket sanksi ke Rusia yang semakin berasa. Pekan lalu, pada Jumat (16/12), paket sanksi kesembilan atas Rusia efektif berjalan. Kali ini, UE menjatuhkan sanksi untuk 141 orang dan 49 perusahaan ataupun lembaga dari Rusia. Proses menuju pengambilan keputusan sanksi itu alot. Negara-negara tetangga Rusia, antara lain Polandia, Lituania, dan negara di kawasan Baltik menginginkan sanksi yang lebih keras untuk Rusia. Menteri Luar Negeri Lituania Gabrielius Landsbergis mengemukakan alasan bahwa mereka merasakan langsung dampak invasi Rusia ke Ukraina.
Pada 15 November, di tengah-tengah pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi G20, rudal Ukraina tidak sengaja meledak di perbatasan dengan Polandia. Walaupun itu kecelakaan, UE dan tujuh negara terkaya di dunia (G7) sepakat bahwa itu adalah rembesan dari perang Rusia-Ukraina. Apabila invasi tidak terjadi, wilayah perdesaan yang semestinya tentram tidak akan menajdi tempat penyimpanan senjata.
Tetangga-tetangga Rusia mengusulkan agar sanksi diperluas ke para pengusaha pertanian dan pupuk. Akan tetapi, hal itu ditolak oleh anggota-anggota UE sisanya. Menurut mereka, langkah itu terlalu berisiko. Padahal, keran ekspor pupuk Rusia baru dibuka kembali setelah Turki dan Perancis beserta dan sejumlah negara sahabat Rusia di Timur Tengah dan Afrika melobi Presiden Vladimir Putin.
Setelah usulan ditolak, Lituania dan kawan-kawan mengusulkan agar Gazprombank juga dimasukkan ke dalam paket sanksi. Ini adalah lembaga keuangan yang menangani pembayaran jual beli energi ke Rusia. Usulan ini dipertimbangkan dan rencananya dibahas lebih lanjut pada tahun 2023, belum diketahui jadwal pastinya.
AP PHOTO/MARTIN MEISSNER
Foto yang diambil pada 18 Maret 2022 memperlihatkan pembangkit listrik tenaga gas RWE AG di Lingen, Jerman, sedang beroperasi. Pemerintah Jerman, Kamis (23/6/2022), menaikkan level kedaruratan energinya setelah perusahaan gas Rusia, Gazprom, memutuskan mengurangi pasokan gas alam ke Jerman hingga 60 persen. (AP Photo/Martin Meissner)
“Tidak adil jika keputusan UE disetir negara-negara kaya ataupun besar seperti Jerman,” kritik anggota Parlemen Eropa dari Polandia Radoslaw Sikorski.
Walaupun begitu, tidak semua penentang usul sanksi berat ini dari negara-negara UE yang kaya. Salah satu yang menentang sanksi atas Rusia ini adalah Hongaria. Mereka beralasan bahwa sanksi jauh lebih merugikan masyarakat Hongaria karena negara itu sangat bergantung kepada pasokan gas dan minyak dari Rusia. Demikian pula dengan investasi asing langsung yang banyak berasal dari perusahaan-perusahaan Rusia.
Duta Besar Ceko untuk UE Edita Hrda menjelaskan, keadaan sangat sulit bagi sejumlah anggota UE. “Reputasi pemerintah masing-masing sangat bergantung dari penetapan sanksi ini. Jika salah langkah, bisa-bisa pemerintah sekarang tamat riwayatnya oleh rakyat mereka sendiri,” tuturnya.
Di Rusia, Wakil Menlu Sergey Grushko kepada kantor berita TASS mengatakan, pemerintah akan menanggapi sanksi sesuai dengan kepentingan Rusia. Menurut dia, langkah UE menjatuhkan paket sanksi terbaru itu semakin dekat dengan bunuh diri. Inflasi meroket, cadangan energi terbatas, dan akhirnya industri mereka akan mengurangi produksi.
Pekan lalu, UE menetapkan batas maksimal pembelian minyak Rusia, yakni 65 dollar Amerika Serikat per barel. Padahal, Rusia sudah menjual minyak mereka dengan harga sangat murah, yaitu 60 dollar AS per barel. Artinya, dengan sanksi UE itu Rusia tetap menuai untung. (Reuters)