China menurunkan tingkat keketatan, tetapi tidak berkompromi dengan aksi protes.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Penguncian berlebihan di sejumlah wilayah memicu aksi protes warga hingga Selasa. Hal itu membuat otoritas melonggarkan langkah-langkah pengetatan.
Cheng Youquan, salah satu pejabat Administrasi Pencegahan dan Kontrol Penyakit, Beijing, Selasa (29/11/2022), mengatakan, keluhan publik dipicu pengetatan berlebihan, melampaui 20 langkah, yang diluncurkan pada 11 November.
Sebagian dari 20 langkah tersebut meminta ”hindari pengetatan berlebihan”, pastikan pasokan barang dan jasa tidak terganggu, demikian juga mobilitas warga. Level cycle threshold maksimum 35, cegah karantina terpusat, utamakan karantina di rumah dengan waktu lebih singkat.
Pelaksanaan di lapangan berbeda. Pengetatan disamaratakan, menurut Wang Liping, peneliti di Chinese Center for Disease Control and Prevention (CDC). Otoritas di Hefei, ibu kota Provinsi Anhui, terpaksa mengeluarkan perintah untuk tidak melakukan 16 hal, termasuk tidak boleh menyegel dan mengelas pintu rumah tinggal yang menjalani karantina.
Akan tetapi, sulit bagi petugas lapangan memilah-milah 20 langkah tersebut. Ada dualisme antara keinginan pemerintah dan rakyat. Otoritas mencanangkan ”zero Covid-19” dan berhasil menekan kematian, yakni 5.200 orang. Namun, Yang Zhanqiu, wakil direktur di Departemen Biologi Patogen Wuhan University, mengatakan, sangat susah menghilangkan atau meminimalkan virus, atau butuh waktu lama.
Kebijakan ”zero Covid” menyebabkan warga tinggal di rumah berbulan-bulan. Tiga tahun ”zero Covid” telah menyebabkan kehidupan banyak orang terhuyung-huyung hingga menekan kehidupan pribadi. Aturan sebanyak 20 yang diluncurkan sebenarnya bertujuan memenuhi aspirasi rakyat, yang mengeluhkan tekanan akibat kebebasan mobilitas, hingga mengganggu sopir-sopir truk logistik.
Pengetatan sembarangan membuat warga tidak kuat dan menyerukan kebebasan. Warga China melihat dunia lain dengan kompromi atau hidup dengan Covid. ”Buka mata dan lihat dunia,” demikian sebuah slogan di Peking University.
Menambah suasana genting adalah ucapan berlebihan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak bahwa era keemasan hubungan dengan China berakhir karena wartawan BBC ditangkap walau sudah dilepas. Presiden AS Joe Biden juga mencanangkan pemantauan situasi di China.
Otoritas China peka terhadap campur tangan asing. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Zhao Lijian, Selasa (29/11/2022), di Beijing, mengatakan, wartawan seharusnya tidak terlibat aktivitas di luar tugasnya.
China telah mengulur dengan menurunkan tingkat keketatan, tetapi tidak berkompromi dengan aksi protes. ”Kemungkinan aksi protes memicu demonstrasi lebih luas sangat kecil,” kata Hu Ping, editor majalah Beijing Spring (Eurasia View, 29 November).