Dana Pandemi memiliki peran unik dan penting untuk membuat dunia lebih aman. Dengan fokus pembiayaan untuk mengembangkan kapasitas pencegahan, kesiapsiagaan, serta respons, diharapkan kian banyak nyawa diselamatkan.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Belajar dari pandemi Covid-19 yang telah mendera lebih dari dua tahun, presidensi G20 Indonesia meresmikan Dana Pandemi untuk atasi kesenjangan pembiayaan.
Saat ini, Dana Pandemi hasil komitmen dari 24 donor—baik anggota G20, bukan G20, maupun beberapa lembaga filantropi—sudah mencapai 1,4 miliar dollar AS. Dana yang akan dikelola Bank Dunia itu diharapkan masih akan terus bertambah dari komitmen pihak-pihak lain.
Pandemi yang berlangsung sejak Maret 2020 memang telah memberikan pembelajaran luar biasa. Sistem kesehatan, bahkan di negara maju sekalipun, tak siap menghadapi situasi darurat berskala besar. Kapasitas pelayanan kesehatan dasar, fasilitas kesehatan, sumber daya manusia, sistem diagnostik, dan ketersediaan laboratorium ternyata tidak mencukupi ketika terjadi kesakitan serta kematian yang masif.
Meski berbagai upaya telah dilakukan, dari pembatasan aktivitas masyarakat, penerapan protokol kesehatan, hingga vaksinasi massal, Covid-19 tak mudah dikalahkan. Hingga Senin (14/11/2022), 640.386.940 orang terinfeksi Covid-19 dan 6.615.538 orang di antaranya meninggal.
Penyebab lain yang tak kalah penting adalah kesenjangan, baik dalam hal akses layanan maupun infrastruktur kesehatan, terutama di negara miskin dan berkembang.
Sebenarnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah membangun sistem tanggap darurat, misalnya dengan mengirim 250 juta perangkat perlindungan ke seluruh dunia, memperkuat ratusan laboratorium dengan dukungan teknis, hingga memperjuangkan keadilan dan pemerataan vaksin. Namun, mudahnya virus bermutasi dan bersirkulasi membuat peningkatan angka kasus tidak mudah dikendalikan.
Pandemi Covid-19 telah memicu krisis kesehatan, sosial, dan ekonomi terbesar dalam sejarah modern, melebihi dampak Perang Dunia II. Dana Moneter Internasional (IMF) menyebutkan, pertumbuhan ekonomi global turun 4,4 persen, terburuk sejak Depresi Besar 1930-an. Akibatnya, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) terhenti, 200 juta orang kehilangan pekerjaan menurut Organisasi Buruh Internasional (ILO), dan tidak kurang dari 100 juta jiwa masuk kemiskinan ekstrem.
Kita bersyukur berbagai strategi mengatasi pandemi telah menunjukkan jalan terang. Meski jumlah kasus positif masih naik turun, pandemi mulai bergerak menuju endemi. Di titik inilah dunia membutuhkan kemitraan. Dengan demikian, dunia lebih siap apabila terpaksa menghadapi ancaman serupa. Kita berdoa agar pandemi tidak terjadi lagi, tetapi dunia yang makin tanpa batas dan mobilitas manusia yang kian luas bisa menjadi faktor pemicunya.
Dalam hal ini, Dana Pandemi memiliki peran unik dan penting untuk membuat dunia lebih aman. Dengan fokus pembiayaan untuk mengembangkan kapasitas pencegahan, kesiapsiagaan, serta respons, kita berharap semakin banyak nyawa bisa diselamatkan, terutama di negara yang berpendapatan rendah dan sedang.