Ujaran atau kalimat ”waktu dan tempat kami persilakan” sering diucapkan pembawa acara dalam acara-acara resmi. Tahukah Anda bahwa kalimat tersebut salah kaprah?
Oleh
Yuliana
·2 menit baca
Pernahkah Anda mendengar ucapan ”waktu dan tempat kami persilakan” ketika MC atau pembawa acara mempersilakan seseorang untuk memberikan sambutan, mempresentasikan materi, atau semacamnya pada acara, baik formal maupun nonformal? Jawabannya pasti pernah.
Sebenarnya, tidak sedikit di antara kita yang menyadari bahwa kalimat yang diucapkan itu salah. Namun, kesalahan itu sebagaimana berbagai kesalahan berbahasa lainnya yang kerap terjadi dan berulang-ulang karena terus dibiarkan, pada akhirnya lama-lama dianggap benar.
Bapak Anjar yang diingatkan lagi itu mengatakan, ”Saya enggak mau. Wong yang dipersilakan waktu dan tempat, bukan saya.”
Saya jadi teringat guru sekolah saya yang, ketika dipersilakan untuk memberikan sambutan pada acara ulang tahun sekolah, tidak beranjak dari tempat duduknya. Waktu itu, teman saya sebagai ketua panitia acara berujar, ”Kita akan mendengarkan sambutan dari Bapak Anjar. Waktu dan tempat kami persilakan.”
Karena Bapak Anjar tak kunjung naik ke panggung, ketua panitia kemudian mengingatkan lagi agar Bapak Anjar naik ke panggung untuk memberikan sambutan.
Bapak Anjar yang diingatkan lagi itu mengatakan, ”Saya enggak mau. Wong yang dipersilakan waktu dan tempat, bukan saya.”
Kata silakan adalah kata kerja yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti ’sudilah kiranya’ (kata perintah yang halus). Bapak Anjar benar, yang dipersilakan memang waktu dan tempat, bukan dia. Analoginya sama dengan, misalnya, menyuruh benda mati atau tak bernyawa untuk memberikan sambutan. Kan, lucu.
Padahal, pembawa acara cukup mengatakan, misalnya, ”Bapak Anjar, kami persilakan untuk memberikan sambutan” atau ”Kami persilakan Bapak Anjar untuk memberikan sambutan”.
Dengan demikian, kalimat waktu dan tempat kami persilakan adalah kalimat yang salah kaprah, tidak logis.
Kalimat lain yang kurang lebih sama adalah untuk mempersingkat waktu, waktu dan tempat kami persilakan. Ini pernah saya dengar dalam sebuah acara megah di sebuah hotel di Jakarta. Ujaran pembawa acara itu salah kaprah karena waktu tidak bisa disingkat, dan lagi-lagi yang dipersilakan si waktu dan tempat.
Kesalahkaprahan demikian diharapkan tidak terjadi lagi.