Pengendalian inflasi di perdesaan dicapai melalui jaminan ketersediaan pangan dan energi di perdesaan dengan harga terjangkau. Dana desa dapat digunakan untuk membiayai diversifikasi sumber pangan dan energi di desa.
Oleh
SIWI NUGRAHENI
·4 menit baca
Inflasi menghantui dunia. Inflasi tahunan pada September 2022 di Amerika Serikat yang berada di atas 8 persen, di negara-negara Eropa secara rata-rata angkanya menyentuh 10 persen, menjadi rekor tertinggi dalam 40 tahun terakhir. Inflasi di sejumlah negara bahkan ada yang di atas 50 persen, seperti Turki (80 persen), Argentina (78 persen), dan Iran (52 persen).
Hantu inflasi juga mengintai Indonesia. Badan Pusat Statistik mencatat, inflasi tahunan pada September 2022 sebesar 5,9 persen, tertinggi sejak 2014. Meski angka inflasi di Indonesia ini tidak sebesar di negara-negara yang disebut atas, kecenderungan harga masih akan naik di masa yang akan datang seiring dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri.
Sebagian besar inflasi dunia saat ini disebabkan kenaikan harga energi dan pangan. Oleh karena itu, pengendalian harga energi serta pangan menjadi salah satu kunci untuk menahan laju inflasi. Di tengah ancaman inflasi di Indonesia, dana desa diharapkan dapat ikut berperan dalam pengendalian inflasi di perdesaan.
Sisi permintaan dan penawaran
Jika pasar didefinisikan sebagai titik bertemunya permintaan dan penawaran, penyebab naiknya harga barang adalah kenaikan permintaan atau turunnya penawaran (pasokan). Kenaikan permintaan bisa terjadi karena uang yang beredar di masyarakat lebih besar daripada barang yang tersedia. Hasrat belanja masyarakat menggebu, sedangkan pasokan barang terbatas. Akibatnya, harga-harga barang naik.
Demand-pull inflation atau kenaikan harga karena peningkatan permintaan biasanya terjadi musiman, seperti pada bulan Ramadhan (menyambut Idul Fitri) atau menjelang pergantian tahun. Harga-harga akan kembali turun, atau paling tidak berhenti meningkat, seiring menurunnya keinginan masyarakat untuk membelanjakan uang.
Inflasi juga terjadi karena gangguan di sisi penawaran. Gagal panen yang mengerek harga pangan naik menjadi salah satu pemicu inflasi. Kondisi geopolitik akhir-akhir ini memaksa pasokan gandum dunia berkurang sehingga menyebabkan gandum di pasar global lebih mahal dari sebelumnya.
Di tengah situasi sulit ini, dana desa digunakan untuk mengendalikan inflasi di perdesaan dan mengurangi dampaknya. Hal ini terutama dikaitkan dengan inflasi dari sisi penawaran dua komoditas: pangan dan energi.
Cost push inflation terjadi karena meningkatnya biaya produksi. Tersendatnya pasokan energi dari Rusia ke Eropa memicu kenaikan harga minyak dunia dan menjadi penyebab inflasi. Di Indonesia, kenaikan harga BBM serta depresiasi rupiah terhadap dollar AS juga menjadi pemicu inflasi di masa lalu.
Di tengah situasi sulit ini, dana desa digunakan untuk mengendalikan inflasi di perdesaan dan mengurangi dampaknya. Hal ini terutama dikaitkan dengan inflasi dari sisi penawaran dua komoditas: pangan dan energi.
Pengendalian inflasi di perdesaan dicapai melalui jaminan ketersediaan pangan dan energi di perdesaan dengan harga yang terjangkau. Dana desa dapat digunakan untuk membiayai berbagai upaya diversifikasi sumber pangan serta energi, terutama yang berasal dari wilayah sendiri dan sekitar, serta langkah-langkah meningkatkan efisiensi dalam pengadaannya.
Dalam kondisi paling buruk, dana desa dapat digunakan untuk membantu kelompok masyarakat yang paling terdampak. Dengan demikian, dana desa menjadi instrumen yang sangat komprehensif sekaligus fleksibel.
Peluang di desa
Desa didorong untuk menggali berbagai kemungkinan sumber pangan dan energi lokal untuk mengamankan pasokan. Dalam konteks beras, swasembada selama tiga tahun berturut-turut (2019-2021) membuktikan bahwa tugas pengamanan pasokan beras tidak mustahil dicapai. Upaya yang sama perlu dilakukan untuk sumber pangan lain yang masih tergantung dari impor, seperti jagung, kedelai, dan produk hewani beserta turunannya.
Selain menambah jangkauan jenis komoditas pangan yang menjadi target swasembada, perlu juga dilakukan pembenahan dalam hal penyimpanan dan pengolahan pascapanen.
Masih ingat beras bantuan presiden yang terpaksa ditimbun karena rusak akibat penyimpanan yang tidak memadai? Perlu diingat pula laporan ekstensif harian Kompas tentang sampah pangan. Hasil produksi yang berakhir sia-sia, sebuah pemborosan sumber daya.
Kerja sama petani tanaman pangan dengan peneliti dan pemilik modal tidak hanya akan meningkatkan efisiensi di sektor produksi pangan, tetapi juga membuka kesempatan kerja.
Banyak hal dapat dilakukan untuk mengurangi kerusakan pangan, tetapi intinya adalah kolaborasi. Secara teknis, ada peluang menerapkan hasil kerja para peneliti di bidang pengolahan hasil pertanian. Secara finansial, ini adalah kesempatan para wirausahawan memperkenalkan produk baru. Kerja sama petani tanaman pangan dengan peneliti dan pemilik modal tidak hanya akan meningkatkan efisiensi di sektor produksi pangan, tetapi juga membuka kesempatan kerja.
Langkah antisipasi inflasi dengan menggunakan dana desa juga dapat digunakan untuk kemandirian desa dalam jangka panjang. Pengembangan sumber energi lokal, misalnya, akan mengurangi ketergantungan desa pada pasokan energi dari luar. Hal ini akan menjadi langkah besar untuk kehidupan desa dalam jangka panjang.
Sudah banyak contoh desa yang mengembangkan sumber energi terbarukan, seperti micro-hydro/pico-hydro dan energi surya sebagai sumber pembangkit listrik. Kini saatnya menggali potensi biomassa (selain biogas) sebagai sumber energi untuk keperluan dapur. Selama sumber energi bersifat terbarukan, bukankah ini peluang untuk diterapkan secara permanen menuju desa mandiri energi?
Penggunaan dana desa untuk menanggulangi inflasi yang awalnya digunakan untuk tujuan jangka pendek memiliki peluang untuk mencapai tujuan pembangunan desa dalam jangka panjang: desa yang mandiri dan produktif.
Editor:
NUR HIDAYATI
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.