Perilaku merokok memiliki risiko yang besar terjadinya penyakit kronis. Bagi kebanyakan perokok, berhenti merokok tidaklah mudah. Perlu dukungan orang-orang terdekat dan akses pada layanan henti rokok yang memadai.
Oleh
SAMSURDJAL DJAUZI
·5 menit baca
Suami saya merokok sejak SMP. Pada waktu itu keluarganya mendapat kesulitan untuk membiayai sekolahnya. Akibatnya, dia pulang sekolah berkeliling menjajakan rokok. Sambil berdagang, dia ikut-ikutan merokok dan kebiasaan tersebut sulit dilepaskannya. Dia merokok terus-menerus sampai SMU. Ketika masuk universitas, dia malu diketahui merokok sehingga dia berhenti merokok. Hanya berhasil selama setahun, kemudian dia merokok lagi meski sambil sembunyi agar tak diketahui teman-temannya. Sewaktu akan menikah dengan saya, dia sudah berjanji akan berhenti merokok. Namun, juga hanya ditepatinya selama satu setengah tahun. Sehabis saya melahirkan, dia mulai merokok lagi meski dia tak berani merokok di dalam rumah atau di dekat keluarga.
Saya tak ingin bertengkar sehingga saya membawanya ke dokter. Dokter menasihatinya untuk berhenti merokok dan mengurangi berat badan. Dia memang gemuk, punya darah tinggi dan kolesterolnya juga tinggi. Dokter menjelaskan bahwa dia menderita sindrom metabolik. Jika tak mengubah gaya hidup, sindrom metabolik dapat berkembang menjadi diabetes melitus serta mungkin akan timbul penyakit penyerta lain seperti penyakit jantung, stroke, atau paru. Saya tentu merasa khawatir karena anak saya masih kecil. Suami saya termasuk pekerja keras. Dia punya bisnis yang sedang berkembang. Dia sering makan siang di luar rumah dan juga harus sering bepergian ke luar kota. Saya pegawai bank dan saya dapat bekerja secara teratur. Kehidupan saya lebih mudah untuk menyesuaikan dengan gaya hidup sehat.
Sebenarnya suami saya mempunyai kepedulian yang baik terhadap masalah kesehatan. Dia banyak membaca artikel kesehatan dan mengikuti ceramah pakar kesehatan. Namun, sampai sekarang badannya gemuk, olahraga kurang, suka makan yang lezat, konsumsi gula dan garamnya juga tinggi. Saya sering berdiskusi dengan dia dan menjaga agar dia tak tersinggung. Saya ingin sekali suami saya dapat mengamalkan gaya hidup sehat. Berhenti merokok, menurunkan berat badan, berolahraga teratur, serta mengatur makanan. Saya berusaha untuk mendampinginya dan memberi semangat. Namun, tampaknya suami saya susah mengubah perilakunya.
Saya amat khawatir dengan kebiasaan merokoknya. Jumlah rokok yang diisap melebihi dua puluh batang per hari. Saya mendengar bahwa ada rumah sakit yang mempunyai layanan klinik henti rokok. Saya ingin sekali untuk membawa suami saya berkonsultasi. Mungkin klinik khusus ini punya pengalaman bagaimana membantu orang menghentikan kebiasaan merokok untuk selamanya. Mohon informasi di mana di Jakarta ada klinik henti rokok. Saya berharap jika suami saya berhasil menghentikan kebiasaan rokoknya, kebiasaan untuk hidup sehat yang lain akan lebih mudah dilaksanakan. Terima kasih atas penjelasan Dokter.
M di J
Anda benar, salah satu penyebab penting penyakit adalah perilaku. Cukup banyak perilaku yang mengundang penyakit, baik penyakit akut maupun kronik. Perilaku seks yang tak aman dapat berujung menjadi penyakit infeksi seksual. Perilaku malas berolahraga dapat menyebabkan obesitas, penyakit jantung, serta penyakit lain. Perilaku suka minum alkohol dapat menyebabkan risiko penyakit hati. Konsumsi garam yang tinggi berisiko menyebabkan hipertensi. Sementara konsumsi gula belebihan dapat berisiko menimbulkan diabetes melitus terutama bagi yang mempunyai keluarga diabetes melitus.
Mengubah perilaku untuk menjaga kesehatan merupakan hal yang amat penting. Namun, seperti pengalaman suami Anda, mengubah perilaku memerlukan perjuangan oleh yang bersangkutan serta dukungan teman dan keluarga. Pada umumnya, orang yang berupaya berhenti merokok setelah cukup lama berhenti akan menghadapi berbagai tantangan. Sering akan kembali ke kebiasaan lama, merokok kembali. Kembali ke kebiasaan lama dapat disebabkan oleh pengaruh teman atau suasana psikologi tertentu. Di negeri kita jumlah laki-laki yang merokok amat tinggi. Meski pada umumnya mereka sudah pernah mendengar bahwa merokok merusak kesehatan, mereka sering kali tergoda untuk kembali merokok.
Klinik henti rokok
Di luar negeri klinik henti rokok cukup banyak, pada umumnya rumah sakit jantung, kanker, atau paru punya layanan klinik henti rokok. Apa yang dilayani di sana? Klinik henti rokok akan membantu orang yang ingin berhenti merokok. Untuk berhenti merokok tidak cukup hanya dinasihati atau diberi tahu bahayanya. Mereka mungkin kemudian memahami merokok itu mengganggu kesehatan, namun dia tak dapat menahan godaan untuk kembali merokok.
Di klinik henti rokok pasien dilatih untuk berhenti merokok secara bertahap. Pasien harus memahami manfaat berhenti merokok. Pasien juga harus mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan orang kambuh merokok. Pasien dilatih bagaimana menghindari godaan untuk merokok. Acap kali godaan tersebut tak dapat dihindari. Pasien kembali merokok. Pendamping di klinik henti rokok tak akan menyerah, pendamping akan tetap memberikan dukungan sampai yang bersangkutan berhenti merokok. Sukarkah menghentikan kebiasaan merokok? Tiap orang mungkin berbeda-beda reaksinya. Namun, kebanyakan merasakan berhenti merokok tidaklah mudah.
Jadi, Anda harus sabar dan terus memberi dukungan. Pemerintah sudah semakin menyadari pentingnya upaya penyuluhan kesehatan dan pencegahan. Mencegah lebih murah daripada mengobati merupakan semboyan lama yang tetap masih relevan. Suami Anda masih muda, masih cukup waktu untuk secara pelahan membiasakan menerapkan gaya hidup sehat. Baik di rumah atau di kantor, hendaklah lingkungannya turut mendukung untuk melaksanakan gaya hidup sehat. Sekarang tidaklah sulit untuk mencari informasi bahkan berlatih untuk hidup sehat. Kita dapat mencari informasi di internet. Bahkan, latihan keterampilan hidup sehat bisa dilakukan dengan jarak jauh. Waktu juga dapat disesuaikan. Meski bekerja sepanjang hari, tetap dapat disediakan waktu untuk berolahraga dan latihan lain yang bermanfaat untuk hidup sehat.
Keluarga adalah tempat pertama untuk melatih gaya hidup sehat. Anak-anak akan memperhatikan orangtua mereka. Jika orangtua mereka mengamalkan gaya hidup sehat, dia juga akan terpengaruh dan mulai melaksanakan gaya hidup sehat. Jadi, sebagai orangtua kita juga harus bertanggung jawab terhadap gaya hidup sehat anak kita. Di luar negeri, selain penyuluhan juga ada sanksi jika tak melaksanakan gaya hidup sehat. Seorang peserta asuransi kesehatan yang merokok mungkin harus membayar premi yang lebih mahal. Begitu pula jika tak berolahraga dan memiliki berat badan berlebih.
Pandemi Covid-19 mengajarkan kepada kita pentingnya menjaga kesehatan. Jika kesehatan terganggu, banyak aktivitas kita juga akan terganggu. Karena itu, menjaga kesehatan keluarga merupakan suatu kebiasaan yang harus diutamakan. Perilaku yang kurang mendukung untuk menjaga kesehatan harus diubah. Mengubah perilaku dilakukan secara bertahap dan penuh perjuangan. Karena itu, anggota keluarga lain perlu menunjukkan empati dan dukungan. Saya berharap seluruh keluarga Anda termasuk suami akan dapat melaksanakan gaya hidup sehat demi menjaga kesehatan diri dan keluarga.