Dengan jalinan hampir 75 tahun, tidak rumit bagi Indonesia dan Filipina mempererat hubungan. Ini terlihat jelas dari kunjungan Presiden Filipina ke Indonesia.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Rentang waktu hampir tiga perempat abad bukanlah waktu yang pendek bagi Indonesia-Filipina untuk merenda hubungan. Terjalin sejak tahun 1949, hubungan kedua negara dapat dikata, mengutip ucapan Presiden Filipina Ferdinand ”Bongbong” Marcos Jr, tak lagi sekadar hubungan tetangga atau sahabat. Hubungan ini sudah seperti kerabat, kata Marcos Jr saat bertemu Presiden Joko Widodo dalam kunjungan kenegaraan di Istana Kepresidenan Bogor, Senin (5/9/2022).
Meski baru pertama kali ke Jakarta, putra mendiang Presiden Ferdinand Marcos Sr (memerintah Filipina kurun 1965-1986) itu merasa ”seperti di rumah sendiri”. Ucapan itu bisa saja bagian dari basa-basi diplomatik. Namun, jika merunut masa-masa sebelumnya, catatan sejarah memperlihatkan eratnya hubungan RI dan Filipina, negara tetangga di utara.
Kedua negara sama-sama pendiri Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) bersama Malaysia, Singapura, dan Thailand. Dalam hampir empat dekade terakhir, relasi Jakarta-Manila semakin erat seiring munculnya beragam tantangan, dari isu ekonomi, maritim, keamanan, hingga stabilitas kawasan. Dalam menyikapi isu-isu kawasan, seperti Laut China Selatan atau krisis Myanmar, Indonesia-Filipina seolah berada dalam satu tarikan napas yang sama.
Para pemimpin Filipina juga tak akan pernah lupa, misalnya, pada peran Indonesia dalam mendamaikan pemerintahan di Manila dan Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) pada pertengahan 1990-an. Dengan eratnya hubungan, meski butuh sekitar 20 tahun, Indonesia-Filipina menyelesaikan sengketa tumpang tindih perbatasan zona ekonomi eksklusif (ZEE).
Tak banyak ganjalan dalam hubungan kedua negara. Karena itu, siapa pun pemimpin yang berkuasa, jalinan hubungan tersebut tidak banyak berubah. Setelah dilantik jadi Presiden Filipina, Juni 2022, Marcos Jr pun memilih Indonesia sebagai negara tujuan lawatan pertamanya. Hal ini bukan saja lantaran posisi strategis Indonesia di kawasan ataupun global, tahun ini menjadi Ketua G20, tahun depan Ketua ASEAN, melainkan juga ada kesamaan cara pandang pemimpin kedua negara.
Presiden Joko Widodo dan Marcos Jr sama-sama percaya pada hubungan perdagangan dan pentingnya stabilitas sebagai salah satu kunci membangun negara, terutama setelah pandemi. Lima butir kesepakatan berhasil dijalin dalam kunjungan Marcos Jr. Selain kesepakatan perdagangan, kedua pemimpin menyepakati peningkatan kerja sama infrastruktur dan industri strategis, kerja sama perbatasan, kerja sama pertahanan dan keamanan, serta kerja sama kawasan.
Poin-poin kesepakatan itu sangat relevan dengan tantangan saat ini. Menarik, poin-poin kesepakatan tersebut sudah dibahas pada level teknis, tak lagi pada level kebijakan politik atau diplomatik. Pada titik inilah, kesepakatan itu diharapkan segera memberikan manfaat konkret bagi kedua negara.