Dengan jatuh bangun dan berbagai tantangannya, Yayasan Pulih berulang tahun ke-20 pada Minggu, 24 Juli 2022, ini. Kami mengucap syukur dan akan terus bekerja bersama komponen masyarakat untuk memulihkan harapan.
Oleh
KRISTI POERWANDARI
·4 menit baca
Menjelang 24 Juli, saya selalu teringat kejadian yang tidak pernah terlupakan. Dua puluh satu tahun lalu, September 2001, saya beruntung dapat dikirim oleh Komnas Perempuan bersama-sama dengan Kamala Chandrakirana dan Livia Iskandar melakukan kunjungan belajar ke Afrika Selatan. Waktu itu kami sedang sejenak istirahat di penginapan di Johannesburg ketika TV menyiarkan berita sangat mengejutkan.
Ada penyerangan besar-besaran ke Menara Kembar New York oleh kelompok teroris menggunakan pesawat komersial yang dibajak (Catatan terakhir yang kini dapat kita baca dari media adalah: teridentifikasi sekitar 3.000 orang tewas, belum yang terluka parah dan harus mengalami disabilitas, tak terhitung kehancuran infrastruktur dan trauma yang tersisa setelah kejadian).
11 September 2001
Dunia berubah sejak 11 September 2001. Seperti orang-orang yang mendengarkan berita tersebut, kami amat terkejut. Livia dan saya melanjutkan obrolan yang telah kami bahas sejak beberapa tahun sebelumnya. Kami makin tersadar tentang betapa psikologi belum banyak berkecimpung menangani persoalan-persoalan sosial dalam masyarakat. Padahal, dimensi dan implikasi psikologisnya dapat sangat besar. Entah itu polarisasi politik, konflik berkekerasan, kekerasan berbasis jender, sulitnya akses ekonomi dan persoalan kemiskinan, ataupun bencana alam hingga bencana buatan manusia.
Di Johannesburg itu kami bertekad harus segera merealisasi mimpi untuk dapat mengajak para pekerja psikologi menekuni bidang yang kurang populer, tetapi sangat penting. Membangun gerakan psikologi yang memiliki kepedulian sosial. Bersedia dan terdorong untuk bekerja di lapangan hingga pelosok, untuk menjemput bola.
Di Johannesburg pula kami menemukan nama ”Pulih”. Membayangkan individu, keluarga, kelompok atau komunitas yang sangat terkacaukan secara psikologis dan sosial oleh berbagai persoalan yang lebih makro dan struktural. Dengan fasilitasi dari pekerja psikologi, mereka kemudian dapat tergerak dan bekerja sama untuk menyembuhkan diri. Bukan saja kembali ke kondisi awal sebelum pengalaman menyakitkan, melainkan dapat tangguh dan terus bertumbuh menjadi lebih baik.
Hampir 21 tahun setelah 11 September 2001, saya membuka Kompas cetak di depan saya, berita-berita yang kita baca masih relatif sama. Dan, mungkin memang akan tetap sama.
Dengan jatuh bangun dan berbagai tantangannya, Yayasan Pulih berulang tahun ke-20 pada Minggu, 24 Juli 2022, ini. Kami mengucap syukur dan akan terus bekerja bersama-sama dengan komponen masyarakat lainnya untuk memulihkan harapan, menguatkan ketangguhan, dan memastikan pertumbuhan.
Situasi kini
Jabodetabek dan daerah-daerah lainnya tergenang banjir. Kasus kekerasan seksual masih terus terjadi, banyak di antaranya dilakukan oleh orang penting dan berkuasa, seperti pemilik sekolah dan ulama. Ada insiden baku tembak antarsesama polisi yang menyebabkan tewasnya Brigadir J dan menyisakan tanda tanya besar di benak masyarakat. Seorang bupati tersangka kasus korupsi kabur dibantu ajudan. Ada kelompok terorganisasi yang menyebarkan pornografi anak. Diberitakan pula kejahatan luar biasa oleh kelompok kriminal bersenjata yang menyerang di Nduga, Papua, dan menyebabkan sepuluh warga tewas.
Di tingkat internasional, ada sengketa perairan antara China dan negara-negara Asia Tenggara, yang semoga tidak berlanjut lebih parah. Krisis ekonomi di Sri Lanka membuat massa menduduki istana dan gedung-gedung pemerintahan serta memaksa Presiden Rajapaksa mundur dan melarikan diri. Sejak Februari, perang Rusia–Ukraina masih berlangsung, menghadirkan banyak kesakitan dan penderitaan.
Manusia menghadapi persoalan yang sama dari waktu ke waktu. Bukan hanya antarindividu, konflik dan ketegangan pun terjadi antarkelompok, di komunitas, hingga antarnegara. Tantangannya bertambah dengan hadirnya teknologi canggih yang mengubah kebiasaan individu, sistem dan perilaku ekonomi, ataupun hubungan interpersonal. Juga oleh pandemi Covid-19. Meskipun infeksi sudah sangat melandai, perilaku ekonomi ada yang telah berubah dan manusia juga telanjur memantapkan kebiasaan, bahkan nilai-nilai baru.
Memulihkan harapan
Akan tetapi, ada banyak juga peluang dan harapan. Aktivitas ekonomi masyarakat terus bergerak, termasuk inisiatif warga berwirausaha. Kota Tua Jakarta berbenah lagi menyiapkan diri menjadi tujuan wisata internasional. Di Bandung, dilaksanakan Festival Gerakan Disabilitas Muda Berdaya dalam Bekerja dan Berkarya. Di Singapura Terbuka, ada penampilan memukau tunggal putra dan ganda putri bulu tangkis Indonesia.
Ada banyak cerita mengenai bagaimana seni menjadi tempat untuk mencari ketenangan, menemukan keindahan batin, serta mengupayakan pemulihan dan penguatan selama dan pascapandemi Covid-19. Seni juga dapat membantu mengembalikan dan menguatkan spiritualitas warga.
Dengan jatuh bangun dan berbagai tantangannya, Yayasan Pulih berulang tahun ke-20 pada Minggu, 24 Juli 2022, ini. Kami mengucap syukur dan akan terus bekerja bersama-sama dengan komponen masyarakat lainnya untuk memulihkan harapan, menguatkan ketangguhan, dan memastikan pertumbuhan.
Kami tidak akan dapat bekerja dengan baik tanpa komitmen, kecintaan kerja, dan kontribusi tidak kenal lelah dari para pekerja. Mereka adalah pekerja tetap yang bekerja penuh waktu ataupun paruh waktu, pekerja program, para psikolog associate, dan pekerja magang. Kami juga memperoleh banyak dukungan dari lembaga mitra serta dari Kerabat Pulih yang tersebar di banyak tempat. Banyak terima kasih.
Terima kasih pula kepada para penyintas yang telah memberikan kepercayaan pada Yayasan Pulih untuk dapat bekerja bersama-sama membangun kesehatan mental yang lebih baik untuk kita semua. Mohon maaf jika masih ada keterbatasan atau kekurangan dari yang dapat kami sediakan.
Ada cukup banyak yang telah dilaksanakan, tetapi ada lebih banyak lagi yang belum dilakukan dan menjadi tantangan. Semoga ke depan dapat dikembangkan berbagai inovasi intervensi psikologis—untuk individu maupun kelompok—yang lebih mudah diakses, lebih cepat tanggap, dan lebih tepat sasaran.