Namun, semua ini bukan akhir dari mata uang kripto. Ketika melihat ekosistem ekonomi digital yang berbasis ”blockchain”, maka mata uang kripto merupakan suatu kebutuhan yang tak bisa dihindari.
Oleh
ANDREAS MARYOTO
·5 menit baca
Sejumlah broker dan penukaran aset kripto di berbagai belahan dunia menghentikan pembayaran tunai ketika nasabah atau konsumennya hendak mengambil uangnya. Sejumlah perusahaan yang bergerak di aset kripto tersebut menyatakan mereka tengah kesulitan likuiditas sehingga menunda pembayaran tunai ke nasabah. Apa yang bisa dilakukan oleh nasabah atau investor?
Pada awal Juni lalu, salah satu broker, yaitu Celsius Network, mengumumkan, mereka menghentikan sementara semua penarikan, penukaran, dan transfer antar-akun karena kondisi pasar yang ekstrem. Mereka menambahkan, tindakan ini diambil untuk menempatkan Celsius pada posisi yang lebih baik lagi dalam melayani konsumennya.
Untuk memenuhi komitmen tersebut dan untuk mematuhi kerangka kerja manajemen risiko, mereka telah mengaktifkan klausul dalam ketentuan penggunaan yang memungkinkan semua proses (penanggungan risiko) bisa berlangsung. Celsius memiliki aset berharga dan mereka bekerja dengan cermat untuk memenuhi semua kewajibannya.
Dalam pesannya, juga terdapat kalimat yang menyatakan, mereka mengambil tindakan yang diperlukan tersebut untuk kepentingan seluruh komunitas mereka agar bisa menstabilkan likuiditas dan operasi, sementara mereka mengambil langkah-langkah untuk menjaga dan melindungi aset. Selanjutnya, pelanggan akan terus memperoleh imbalan selama jeda sesuai dengan komitmen kami kepada pelanggan kami.
Setelah itu ada beberapa broker dan penukaran aset kripto yang juga menangguhkan penarikan aset kripto mereka ke rekening bank. Beberapa di antaranya CoinLoan, CoinFlex, Voyager, dan Babel Finance.
Semuanya dimulai dengan keruntuhan dramatis token yang memiliki hubungan ”saudara”, yaitu Luna dan UST atau Terra, pada bulan Mei lalu yang menyebabkan kehilangan setidaknya valuasi sebesar 55 miliar dollar AS dari pasar. Laman The Street menyebutkan, sejak itu mereka mengetahui bahwa dana lindung nilai Three Arrows Capital, juga dikenal sebagai 3AC, telah menginvestasikan sejumlah besar uang di Luna.
Masalah tersebut mengungkapkan saling terkait antara sesuatu yang mengekspos sektor yang didominasi oleh utang dan dengan mekanisme manajemen risiko kripto yang masih sangat sedikit ditangani. Three Arrows Capital rupanya telah meminjam uang dari beberapa perusahaan kripto untuk menggunakan bitcoin yang sama sebagai jaminan. Semakin harga bitcoin turun, semakin sedikit dana lindung nilai yang dapat digunakan untuk membayar kreditornya.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika lembaga keuangan itu gagal membayar pinjaman sebesar 667 juta dollar AS yang diberikan oleh Voyager Digital. Platform lain yang telah meminjamkan dana ke Three Arrows Capital adalah BlockFi dan Babel Finance. Dalam kepanikan, pelanggan dari perusahaan-perusahaan ini bergegas untuk menarik uang mereka, tetapi sayangnya pemberi pinjaman tidak memiliki cukup uang tunai untuk memenuhi tuntutan ini.
Akibatnya, masih dari The Street, sejumlah besar broker kripto telah menangguhkan penarikan tunai dan transaksi lainnya. Masalah di satu titik menyebabkan masalah di titik lain. Kasus ini menjadi masalah yang berantai karena ternyata keterkaitannya bersifat langsung.
Beberapa waktu lalu masalah ini juga muncul di India. Beberapa broker setempat mengumumkan bahwa nasabah tidak bisa menarik tunai aset mereka. Namun, kemungkinan masalahnya berbeda. Beberapa broker menyebut, transaksi yang melimpah menyebabkan mereka tidak bisa memenuhi semua permintaan pengambilan uang tunai secara bersamaan. Namun, alasan ini memunculkan tanda tanya.
Sebagian besar pakar industri tersebut, seperti dikutip laman Outlookindia mengatakan, mereka telah mencatat bahwa perusahaan pertukaran kripto menghentikan penarikan dan penyetoran mereka karena kehabisan likuiditas. Informasi yang berbeda dengan alasan para broker ini beredar luas di India akhir bulan lalu.
”Mereka tidak memiliki uang tunai bahkan untuk sebagian kecil dari nilai mata uang kripto yang seharusnya, yang mereka pegang di dompet digital mereka atas nama investor. Karena bursa tidak dapat melikuidasi kepemilikan mereka bahkan pada nilainya yang terdepresiasi, mereka terjebak masalah ini,” kata SC Garg, mantan Menteri Keuangan India yang juga seorang ahli kripto.
Banyak pertukaran kripto disebutkan menyimpan beberapa bitcoin atau rupee dalam cadangan mereka atau dompet dingin mereka untuk penyimpanan jangka panjang. Pada saat yang sama, mereka terus mengedarkan kripto yang sama ke pengguna baru. Oleh karena itu, setiap kali ada situasi seperti ini, di mana orang ingin menarik kripto mereka sekaligus, maka pasti akan mengguncang seluruh sistem. Para broker akan sulit mencairkan dana nasabah atau investor karena dana tunai benar-benar kering.
Masalah seperti ini sangat mungkin terjadi di Indonesia. Kesulitan untuk menarik uang tunai bisa saja terjadi. Meski demikian, sejauh ini belum ada tanda-tanda ke arah sana. Pasar Indonesia sudah telanjur lesu sejak beberapa waktu lalu. Transaksi di beberapa broker sangat kecil. Bila saja ada yang ingin menarik dana tunai, kemungkinan nilainya juga kecil.
Apa yang bisa dilakukan investor? Sejak awal mereka yang melihat ada risiko besar di dalam investasi ini, maka mungkin telah menyadari bahwa suatu saat nilai investasi mereka bisa anjlok drastis. Untuk menyelamatkan aset, mereka bisa saja mengambil aset mereka dan menjadikan uang tunai. Namun, bila tidak bisa, kerugian harus diterima. Bahkan, kenyataan broker menjadi bangkrut harus siap diterima.
Namun, semua ini bukan akhir dari mata uang kripto. Ketika melihat ekosistem ekonomi digital yang berbasis rantai blok (blockchain), maka mata uang kripto merupakan suatu kebutuhan yang tak bisa dihindari. Sistem yang terdesentralisasi menjadikan mata uang kripto merupakan bagian tak terpisahkan ketika kelak muncul metaverse atau teknologi Web 3.0. Kebutuhan sekarang adalah edukasi ke investor agar makin mengenal mata uang kripto dan ekosistem ini dengan baik di samping mendorong regulasi perlindungan investor.