Dalam tiga pekan terakhir, pasar kripto terguncang oleh kejatuhan nilai aset kripto Terra Luna atau Luna dan TerraUSD atau UST sebagai stablecoin atau koin stabilisatornya. Menurut Coinmarketcap, nilai luna anjlok dari 76,6 dollar AS per koin pada 7 Mei 2022 menjadi 0,01438 dollar AS per koin pada 12 Mei 2022.
Situasi itu terjadi setelah UST kehilangan pasak karena anjlok dari nilai semestinya, yakni 1 dollar AS per UST. Anjloknya dua aset digital yang sebelumnya masuk dalam 20 aset terbesar secara kapitalisasi pasar itu berdampak serius terhadap pasar kripto global. Laman tradingview mencatat, kapitalisasi pasar kripto global anjlok dari 1,645 triliun dollar AS pada 7 Mei menjadi 1,247 triliun dollar AS pada 12 Mei.
Drama stablecoin telah memicu perdebatan tentang masa depan aset kripto karena pada saat yang bersamaan, kenaikan suku bunga acuan sejumlah bank sentral memaksa investor individu dan institusi mengalkulasi ulang porsi investasi mereka pada aset digital. Ekspektasi atas kenaikan agresif suku bunga acuan oleh bank sentral AS, Federal Reserve/The Fed, hingga akhir tahun telah mendorong investor melepas aset berisiko.
Dalam kondisi ideal, ketika The Fed menaikkan suku bunga acuan, maka suku bunga bank menjadi lebih menarik sehingga orang-orang akan memilih untuk menabung daripada berbelanja. Dengan menarik jumlah uang di pasar, inflasi diharapkan semakin terkendali. Namun, ada kondisi tidak ideal ketika konsumsi dan permintaan terhadap produk turun hingga memunculkan potensi resesi ekonomi. Risiko ini menghantui investor sehingga mereka cenderung menjual aset yang berisiko, termasuk aset kripto.
Baca juga: Hati-hati Risiko Koin Mati
Selain itu, ada ketidakpastian lain yang memengaruhi sentimen investor, yakni memanasnya situasi geopolitik di tengah konflik Rusia-Ukraina, masalah rantai pasok, lonjakan harga pangan dan energi, serta pandemi.
Pecahnya gelembung aset kripto telah berdampak signifikan pada tergerusnya harta sejumlah orang kaya baru di penjuru dunia. Bloomberg Billionaires Index mencatat, kekayaan CEO Binance Changpeng Zhao pada Januari lalu mencapai 96 miliar dollar AS.
Pada 27 Mei 2022, angka kekayaan Zhao tergerus sampai 80,3 miliar dollar AS menyisakan 15,5 miliar dollar AS. Catatan ini sekaligus mengeliminasi Zhao dari deretan 100 orang terkaya dunia. Binance adalah platform pertukaran jual-beli aset kripto yang didirikan pada 2017.
Baca juga: Valuasi Kripto Terjun Bebas, G7 Mau Atur Pasar Mata Uang Digital
Bloomberg Billionaires Index juga mencatat kekayaan pendiri Coinbase Global Inc, Brian Armstrong, mencapai 13,7 miliar dollar AS pada November tahun lalu. Akan tetapi, aksi jual mata uang digital dari bitcoin ke ether memicu penurunan valuasi pasar Coinbase sehingga harta Armstrong tereduksi menjadi 2,2 miliar dollar AS per akhir Mei 2022.
Situasi terkini yang dihadapi industri aset kripto cukup untuk menggambarkan bahwa industri ini tengah memasuki fase musim gugur. Fase ini sebenarnya bukan pertama kali terjadi. Jika melihat matriks pergerakan harga dalam 10 tahun terakhir, aset kripto populer, seperti bitcoin, pernah mengalami penurunan harga yang signifikan, lalu pulih untuk mencapai level tertinggi yang baru.
Kendati begitu, jarang sekali—atau nyaris tidak ada—institusi atau individu dengan sejarah dan capaian terang benderang di dunia ekonomi bisnis yang berani menjamin bahwa pemulihan aset kripto akan kembali terjadi untuk kemudian mencapai level tertinggi yang baru.
Dalam sebuah sesi ”Ask Me Anything” yang diselenggarakan oleh situs forum yang berbasis di AS, Reddit, pendiri Microsoft, Bill Gates, pernah menjelaskan alasannya tidak memiliki aset kripto. Jawaban Bill Gates saat dimintai pendapat tentang bitcoin dan aset kripto lainnya adalah bahwa ”Nilai (saham) perusahaan didasarkan pada kinerja serta kualitas produk yang mereka produksi. Sementara nilai dari aset kripto terbentuk dari keputusan orang lain.”
Bagaimanapun bitcoin dan beberapa aset kripto telah mengambil langkah besar untuk menuju adopsi arus utama, yakni dengan berupaya untuk mendapatkan kepercayaan institusi-institusi dunia agar penggunaan aset kripto juga bisa ikut meningkat.
Upaya yang dilakukan pelaku industri kripto tersebut seharusnya cukup untuk membuat pemilik aset kripto menahan aset milik mereka, dengan caatatan, mereka adalah orang-orang yang percaya bahwa suatu hari kelak aset kripto bisa memberikan keuntungan investasi atau menjadi uang digital masa depan serta integrasinya dengan teknologi rantai blok punya potensi mengubah layanan keuangan.
Akan tetapi, lain soal jika para pemegang aset kripto adalah orang FOMO (fear of missing out) yang sekadar ikut-ikutan dan hanyut dalam euforia keberadaan aset kripto. Perlu jaminan bahwa penurunan nilai aset kripto akan berakhir, lalu kemudian terjadi kenaikan nilai mencapai level tertinggi yang baru, agar investor macam ini mau menahan aset kriptonya.
Mereka butuh diyakinkan, entah oleh siapa pun, bahwa musim dingin aset kripto suatu saat akan berakhir digantikan dengan musim semi yang hangat dan membahagiakan.
Baca juga: Membawa "Blockchain" ke Kebun Petani