Valuasi Kripto Terjun Bebas, G7 Mau Atur Pasar Mata Uang Digital
Sejak November 2021, nilai yang tersapu dari pasar kripto semakin besar. Dari 3,1 triliun dollar AS pada November, akumulasi nilai pasar seluruh mata uang kripto hanya tinggal 1,3 triliun dollar AS pada 16 Mei 2022.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
PARIS, RABU - Kelompok negara industri terkaya atau G7 semakin mematangkan rencana pengaturan pasar uang kripto. Perlindungan konsumen menjadi alasan utama setelah nilai pasar kripto tersapu 1,8 triliun dollar Amerika Serikat dalam 6 bulan terakhir. Nilai yang hilang itu mencapai lebih dari 1,5 kali produk domestik bruto Indonesia.
Gubernur Bank Sentral Perancis Francois Villeroy de Galhau, mengatakan, pengaturan pasar kripto akan dibahas dalam pertemuan para pejabat keuangan G7 di Jerman pekan ini. “Hal yang terjadi beberapa waktu terakhir adalah tanda harus ada regulasi global,” ujarnya, Selasa (17/5/2022) malam waktu Paris atau Rabu dini hari WIB.
Bersama 26 negara lain di Uni Eropa (UE), Perancis sudah mendorong regulasi pasar kripto di UE. Dikenal sebagai aturan MICA (Market in Crypto Asset), UE mau pasar kripto diatur untuk memberikan perlindungan pada investor kecil. “Kami mungkin akan membahas itu (pengaturan pasar kripto) waktu bertemu yang lain di G7,” kata dia.
Sebelumnya, Ketua Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) Amerika Serikat (AS) Gary Gensler mengatakan, pasar kripto amat spekulatif. Kepercayaan masyarakat bisa tersapu kalau kondisi itu dibiarkan.
Masalah lain, banyak pembeli uang kripto tidak mendapat penjelasan lengkap soal kondisi pasar. Banyak pembeli tidak tahu apakah mereka benar-benar memiliki aset mereka. “Prinsip dasar pasar adalah anti penipuan, anti manipulasi, memastikan semua setara, memastikan semua pesanan dibuat sesuai kondisi pasar dan tidak direkayasa,” kata dia.
Pernyataan mereka menyusul pasar kripto yang kembali anjlok. Dalam sepekan terakhir, sebagaimana dicatat CoinGecko dan Coinbase, nilainya tersapu 1,2 triliun dollar AS. Sebagai pembanding, nilai produk domestik bruto (PDB) atau nilai agregat seluruh kegiatan perekonomian Indonesia adalah 1,1 triliun dollar AS.
Jika dihitung sejak November 2021, nilai yang tersapu dari pasar kripto semakin besar. Dari 3,1 triliun dollar AS pada November, akumulasi nilai pasar seluruh mata uang kripto hanya tinggal 1,3 triliun dollar AS pada 16 Mei 2022. Kehancuran pasar kripto antara lain dipicu kejatuhan nilai Luna, salah satu mata uang kripto.
Nyaris tidak ada mata uang kripto yang tidak anjlok. Dari saat valuasi tertinggi mencapai hampir 69.000 dollar AS per bitcoin, bitcoin kini nilainya di kisaran 29.000 dollar AS. Dengan kata lain, bitcoin kehilangan 57 persen nilai sejak November 2021.
“Ada pesimistis dan kehilangan investasi karena penurunan nilai pasar. Ini masalah kehilangan nilai pasar 1 triliun dollar AS, meski sebagian besar hanya aset tercatat di kertas dan sebagian besar juga aset yang dinilai berlebihan,” kata ekonom peneliti uang kripto pada Columbia Business School, Eli Noam.
Ekonom Universitas Toronto Joshua Gans meyakini sebagian besar lembaga keuangan membatasi akses ke pasar kripto. Banyak lembaga keuangan baru menjajaki masuk ke pasar itu.
“Dalam mata uang kripto, tidak ada penjaminnya. Hanya pengelola lembaga yang bodoh mau masuk ke sana. Memang ada beberapa lembaga punya divisi kripto. Akan tetapi, tidak berarti mereka akan masuk ke sana secara besar-besaran,” kata dia.
Dengan kejatuhan nilain yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir, banyak orang kehilangan tabungan pensiun dan terpaksa menanggung utang.
Gans bukan orang pertama yang mengingatkan nihilnya penjamin dalam pasar kripto. Banyak pihak mengingatkan bahwa tidak ada yang tahu apa faktor pembentuk harga mata uang kripto. Sampai sekarang, tidak diketahui mengapa nilai bitcoin menembus 69.000 dollar AS lalu terpangkas lebih dari separuh.
Para regulator di berbagai negara terutama mencemaskan fakta para pembeli uang kripto kebanyakan orang awam. Sebagian menggunakan tabungan pensiun hingga memakai hasil utang untuk membeli uang kripto. Dengan kejatuhan nilain yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir, banyak orang kehilangan tabungan pensiun dan terpaksa menanggung utang. (AFP/REUTERS/RAZ)