Setiap bulan Ukraina mengirim 10 juta ton gandum ke sejumlah negara, terutama ke Afrika. Sejak serbuan Rusia, kiriman gandum Ukraina merosot tinggal 2 juta ton.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Kelompok tujuh negara kaya menjanjikan tambahan bantuan pangan 4,5 miliar dollar AS. Negara berkembang dan miskin menunggu pemenuhan janji itu.
Janji Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Inggris, Italia, Jepang, dan Kanada yang tergabung dalam G7 disampaikan dalam pertemuan di Jerman, Selasa (28/6/2022). Tambahan bantuan menjadikan total bantuan menjadi 14 miliar dollar AS.
Pandemi Covid-19 dan disusul serangan Rusia atas Ukraina 24 Februari 2022 yang masih terus berlangsung telah mengganggu produksi serta rantai pasok pangan dan energi dunia. Bahkan, sebelum invasi Rusia, harga pangan sudah bergerak naik.
Pandemi Covid-19 mengganggu produksi dan logistik pangan. Dalam situasi damai, Ukraina dan Rusia memasok 20 persen kebutuhan gandum dunia. Setiap bulan, Ukraina mengirim 10 juta ton gandum ke sejumlah negara, terutama ke Afrika. Sejak serbuan Rusia, kiriman gandum Ukraina merosot tinggal 2 juta ton, antara lain, karena jalur pengapalan melalui Laut Hitam tertutup akibat blokade Rusia.
Kekurangan pangan global diperparah konflik regional dan di dalam negara, terutama di sejumlah negara Afrika dan Timur Tengah. Pasokan gandum dunia juga terpangkas karena iklim tidak mendukung. India mengalami gelombang udara panas lebih awal, kemungkinan sebagai dampak perubahan iklim. India kemudian membatasi ekspornya. Langkah ini membuat harga gandum melonjak.
Dana bantuan G7 tentu sangat membantu mengatasi krisis pangan sepanjang digunakan dengan tepat dan dilaksanakan cepat. Perserikatan Bangsa-Bangsa mencatat 320 juta orang di 47 negara berisiko menghadapi kelaparan akut.
Memproduksi pangan memerlukan waktu. Maka, harus tersedia bantuan darurat sekaligus bantuan bagi negara-negara paling membutuhkan agar dapat segera memproduksi pangan sendiri.
Masalahnya, situasi saat ini penuh ketidakpastian akibat perubahan iklim dan ancaman konflik wilayah. Negara-negara cenderung mengamankan cadangan pangan dalam negerinya. Karena itu, isu yang dilontarkan G7 agar tidak ada korporasi dan negara yang menimbun cadangan pangan harus dapat diselesaikan dengan menjamin perdagangan pangan antarnegara berjalan tanpa hambatan demi alasan kemanusiaan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa mencatat 320 juta orang di 47 negara berisiko menghadapi kelaparan akut.
Kita juga bisa memahami keinginan sejumlah negara miskin dan negara berkembang agar segera ada penyelesaian perang antara Rusia dan Ukraina. Embargo ekonomi Barat pada Rusia terbukti tidak efektif menghentikan agresi Rusia yang merasa terdesak oleh Barat.
Dalam hal pangan, usulan Presiden Joko Widodo yang hadir dalam pertemuan G7 menjadi jalan keluar yang dapat dilaksanakan segera. Pertama, memfasilitasi ekspor gandum Ukraina dan, kedua, menjelaskan kepada dunia bahwa pupuk dan komoditas pangan Rusia tidak terkena sanksi Barat. Dua cara tersebut menjadi penyelesaian cepat krisis pangan dunia sambil secara bersamaan membangun ketahanan pangan negara-negara miskin dan berkembang.