Resolusi 2022, Lebih Serius ”Trading” di Pasar Modal
Instrumen yang dapat dijadikan sumber penghasilan dari pasar modal tidak terbatas pada saham atau obligasi saja. Di bursa luar negeri sudah tersedia ”exchange traded fund” (ETF) yang sangat likuid.
Oleh
Joice Tauris Santi
·3 menit baca
Memasuki tahun 2022, banyak ide resolusi keuangan bermunculan. Salah satunya, semakin serius menekuni dunia jual beli saham atau trading di bursa. Bahkan, bisa jadi tidak sedikit yang ingin menjadikan penghasilan dari bursa saham sebagai penghasilan utama atau istilah kerennya trading for living.
Jika memang ingin lebih menekuni jual beli saham, ada baiknya memperlakukan kegiatan ini sebagai sebuah bisnis. Tidak beda dengan bisnis jual beli lainnya, seperti jual beli jeruk atau jual beli ikan.
Tentu ada modal yang harus disiapkan. Tidak hanya modal uang, tetapi juga modal pengetahuan dan keterampilan, juga jaringan. Sebab, nantinya, pasti ada kerugian yang harus direlakan.
Banyak ide resolusi keuangan memasuki tahun 2022 ini. Salah satunya, semakin serius menekuni dunia jual beli saham atau trading di bursa.
Ketika seorang pedagang jeruk membeli 1 ton jeruk, tentu tidak semua rasanya manis dengan kualitas super agar bisa dijual kembali dengan harga premium. Pasti ada di antaranya jeruk yang masih muda, kecut, kecil, bahkan busuk.
Harganya tentu berbeda dengan jeruk kualitas super. Apalagi, yang busuk, harus cepat dibuang karena dapat membuat jeruk lainnya ikut membusuk jika dibiarkan. Kalau sudah begini, jangankan untung, yang ada malah merugi.
Mengalami kerugian ketika berbisnis adalah hal biasa. Ada dua macam kerugian yang terjadi, rugi besar dan rugi kecil. Rugi besar sangat berbahaya karena dapat menggerus modal. Kalau rugi kecil, itu biasa.
Satu atau dua kilo jeruk busuk dari 1 ton jeruk adalah jumlah yang tidak signifikan. Dalam trading saham, kerugian kecil dapat diantisipasi dengan disiplin melakukan cutloss sesuai rencana perdagangan.
Jika melepas saham dilakukan secara disiplin sesuai rencana, kerugian besar pun dapat dihindari. Setelah itu, perlu mencari saham lain yang pergerakannya sesuai rencana perdagangan.
Jumlah modal yang harus disiapkan untuk berdagang saham sangat tergantung beberapa hal. Misalnya, skill atau keterampilan. Makin rendah keterampilan yang dimiliki makin tinggi modal yang harus dipersiapkan.
Orang yang belum punya keterampilan trading di pasar modal biasanya akan menempatkan dananya pada instrumen aman, tetapi berbunga rendah. Misalnya, obligasi ritel atau deposito.
Sebagai ilustrasi, suku bunga bersih ORI0020 setelah dipotong pajak 10 persen menjadi 4,45 persen per tahun. Dana sebesar Rp 1 miliar akan menghasilkan bunga Rp 3,7 juta per bulan.
Sebaliknya, seseorang yang sudah terampil dalam berinvestasi pada aset yang berisiko lebih tinggi akan berpotensi mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi pula.
Katakanlah seorang trader dengan skill tinggi dapat menghasilkan keuntungan konsisten 1 persen per bulan dari hasil trading saham. Dengan modal yang sama, yakni Rp 1 miliar ditambah skill yang mumpuni, dia akan memperoleh Rp 10 juta per bulan.
Modal yang diperlukan juga tergantung pada berapa hasil yang diharapkan. Menghasilkan keuntungan Rp 1 juta per bulan untuk membiayai hidup yang sederhana dari pasar modal tentu lebih mudah dibandingkan dengan membiayai hidup mewah yang memerlukan dana Rp 100 juta per bulan.
Instrumen yang dapat dijadikan sumber penghasilan dari pasar modal tidak terbatas pada saham atau obligasi saja. Di bursa luar negeri sudah tersedia exchange traded fund (ETF) yang sangat likuid.
Selain itu, berbagai produk derivatif di pasar modal, seperti opsi dan kontrak-kontrak berjangka, juga dapat dijadikan sumber penghasilan. Membuka mata terhadap peluang di pasar luar negeri sangat perlu dilakukan.
Dunia digital yang tanpa batas ini memungkinkan seorang investor bertransaksi di bursa yang berada di belahan bumi lainnya. Serius mengembangkan keterampilan, ”serius” pula hasilnya.