Situasi Papua tidak banyak berubah dalam 20 tahun terakhir. Perubahan tidak lebih dari pembangunan fisik. Pembangunan lain yang lebih penting, menjadikan saudara-saudara kita di Papua manusia seutuhnya, belum tersentuh.
Oleh
Samesto Nitisastro
·3 menit baca
Gangguan keamanan di Tanah Papua belum juga berhenti, bahkan akhir-akhir ini semakin meningkat. Banyak yang menjadi korban, warga sipil dan aparat keamanan.
Pemicunya adalah keinginan Papua merdeka. Kemerdekaan sebenarnya mempunyai banyak arti, tidak bisa dimaknai secara sepotong-sepotong. Apalagi kalau hanya diartikan bisa membentuk negara sendiri.
Merdeka menjalankan kehidupan beragama, merdeka dalam ekonomi, merdeka mendapat pendidikan yang layak, merdeka dalam berpolitik dan menyatakan pendapat, merdeka dalam bermasyarakat, merdeka berperan serta dalam pemerintahan, dan masih banyak lagi merdeka-merdeka yang lain. Itulah makna sebenarnya dari kemerdekaan.
Sampai tahun 2004, saya pernah tinggal di Papua selama delapan tahun. Setelah kembali ke Jakarta, saya masih sering berkunjung ke Papua. Bahkan, pada tahun 2020, saya masih berkunjung tiga kali. Sejumlah kota dan daerah pedalaman Papua sudah saya kunjungi dan saya mempunyai banyak sahabat orang Papua dari berbagai suku, bahkan sudah seperti keluarga.
Dalam kurun itu, situasinya tidak banyak berubah. Perubahan tidak lebih dari pembangunan fisik semata. Namun, pembangunan lain yang lebih penting, yaitu membentuk saudara-saudara kita di Papua menjadi manusia yang seutuhnya belum tersentuh dengan baik.
Tidak heran jika banyak warga Papua yang berhasrat untuk merdeka dan membentuk pemerintahan sendiri. Bukankah ini sebetulnya merupakan puncak kekecewaan karena selama ini Papua seperti terabaikan?
Berbagai sumber daya alam, seperti emas, tembaga, minyak dan gas bumi, serta potensi cadangan kayu yang luar biasa, seharusnya membuat Papua maju, tidak tertinggal dari saudara-saudaranya di wilayah lain di Indonesia. Namun, kenyataannya berbeda. Belum lagi unsur asing yang turut bermain sehingga Papua selalu dirundung masalah.
Pemerintah pusat perlu mawas diri dan melakukan koreksi atas apa yang selama ini dilakukan dan mencari solusi terbaik untuk meredam keinginan merdeka. Tidak hanya dengan seminar-seminar yang memboroskan anggaran atau retorika semata karena tanah Papua memerlukan langkah nyata untuk penyelesaian jangka pendek dan jangka panjang.
Para pejabat yang bertanggung jawab dalam masalah ketertiban dan keamanan juga harus konsisten dengan pernyataan untuk menangani masalah Papua dengan pendekatan kemanusiaan.
Menjadi tanggung jawab semua pemangku kepentingan agar masyarakat Papua menjadi manusia seutuhnya dan menjadi tuan rumah di tanah sendiri, tetapi tetap dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Samesto Nitisastro
Praktisi SDM, Perumahan Pesona Khayangan,
Margonda Raya, Depok 16411
Guru, Siswa, dan Motivasi
Guru berperan dalam upaya pembangunan sumber daya manusia unggul yang menjadi fondasi kemajuan bangsa. Tajuk Rencana Kompas (Rabu, 1/12/2021) menulis, pendidikan salah satu faktor penting.
Sebagai pelajar, pengalaman berdinamika dan berjumpa guru dalam kegiatan belajar dan mengajar merupakan hal yang patut disyukuri. Bersyukur masih menerima transfer ilmu pengetahuan, bersyukur masih bisa bertukar pikiran, dan bersyukur mendapat pendidikan karakter.
Ada yang patut diapresiasi dalam proses belajar mengajar, yaitu penyampaian motivasi oleh guru kepada para siswa. Apabila guru hanya sibuk menajamkan pemahaman siswa terhadap materi, siswa akan kehilangan kesempatan mengolah hati dan jiwa.
Kemampuan memotivasi inilah yang lebih esensial dalam pendampingan siswa sehingga membekas di sanubari. Siswa merasa tersentuh ketika mendapat perhatian, petunjuk, dan pencerahan moral yang menyangkut dirinya.
Misalnya, menyambut siswa dengan sapaan gembira dan senyuman hangat, menanyakan kondisi kesehatan, dan seterusnya. Perhatian tersebut mungkin hal sederhana, tetapi meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. Guru yang sabar dan perhatian adalah guru yang dinantikan siswanya.
Jika motivasi semua guru adalah mendidik siswa menjadi sumber daya manusia unggul, kita mesti optimistis, ketertinggalan pendidikan anak bangsa dapat dikejar.
Ignasius Lintang Nusantara
Presidium SMA Kolese De Britto Yogyakarta 2020/2021