Varian Omicron dan Prospek Suram Akhir Pandemi
Munculnya varian Omicron memberikan pesan kepada dunia tentang pentingnya pengontrolan transmisi Covid-19 serta percepatan vaksinasi. Kegagalan mencapai cakupan vaksin universal menjadi kendala serius penanganan pandemi.

Didie SW
Tiga hari lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan munculnya varian Covid-19 baru bernama Omicron (B.1.1.529). Awalnya, varian ini ditemukan di Bostwana, Afrika Selatan. Dengan cepat varian menyebar ke seluruh negeri dan negara-negara lain, termasuk beberapa negara di Eropa dan Asia. Varian ini bergerak sporadis.
Kekhawatiran pun muncul. Varian Omicron ini diperkirakan akan menjadi hambatan besar dalam penanggulangan pandemi Covid-19.
Sejak awal pandemi, mutasi dan varian virus Covid-19 memang menjadi salah satu game changer. Varian dapat secara cepat memperburuk pandemi. Beberapa negara, seperti India, Korea Selatan, dan Israel, pernah berhasil mengendalikan penyebaran pandemi Covid-19.
Namun, ketika varian Delta muncul dan menerabas negara-negara tersebut, kasus Covid-19 kembali meningkat secara signifikan (resurgence). Ujung-ujungnya, negara-negara tersebut mengalami katastrofi pelayanan kesehatan.
Sejak awal pandemi, mutasi dan varian virus Covid-19 memang menjadi salah satu game changer.
Memang sebagian varian memiliki daya penularan dan penyebaran yang tinggi. Jika strain asli Covid-19 memiliki reproduction number (daya penularan) berkisar 2-3, reproduction number varian Delta berkisar 5. Dengan level ini, orang yang terinfeksi strain asli Covid-19 dapat menularkan penyakit kepada 2-3 orang, sementara orang yang terinfeksi varian Delta dapat menularkan penyakit kepada 5 orang. Daya penyebarannya dua kali lipat lebih hebat.
”Variant of concern”
Virus Covid-19 mengalami perubahan gen dari waktu ke waktu yang disebut mutasi. Ini merupakan proses alamiah virus. Kebanyakan mutasi hanya menghasilkan efek minimal dan tidak mengubah daya penyebaran dan penularan virus. Varian timbul ketika mutasi virus signifikan dan mengubah daya penularan dan penyebaran virus.
Berdasarkan atribut, penyebaran, dan efeknya terhadap kesehatan masyarakat, varian dikategorikan atas beberapa golongan. Pengategorian ini memudahkan proses komunikasi dan penatalaksanaan, terutama untuk memonitor, mengantisipasi, mencegah, dan membatasi penyebaran virus.
Baca juga : Bersiap Menangkal Omicron
Berdasarkan WHO, varian dapat dikategorikan atas variants under monitoring (VuM), variants of interests (VoI), dan variants of concerns (VoC). Selain itu, ada pula variants of high consequences (VoHC). Setiap kategori memiliki magnitudo berbeda, terutama potensi penyebaran dan efek yang ditimbulkan. Sebuah varian digolongkan variants of interests apabila memiliki perubahan genetik yang diperkirakan akan memengaruhi penularan virus dan pemberatan penyakit.
Varian akan tergolong variants of concerns apabila mulai menyebabkan peningkatan penularan, peningkatan virulensi, dan penurunan efektivitas diagnosis atau vaksin. Jadi, secara umum, magnitudo klasifikasi variants of concerns lebih besar daripada variants of interests dan variants under monitoring.
Meski demikian, penggolongan kelas varian dapat berubah sesuai dinamika epidemiologi. Sebuah varian yang awalnya dikategorikan variants of interests dapat berubah menjadi variants of concerns; demikian pula sebaliknya.
Varian baru Omicron dikategorikan WHO sebagai variants of concerns. Alasannya, varian ini memenuhi sejumlah kriteria variants of concerns, antara lain terjadinya peningkatan signifikan jumlah kasus varian tersebut di sejumlah negara Afrika dalam beberapa minggu terakhir.
Beberapa ahli juga memprediksi varian dapat menimbulkan penyakit lebih berat, mengurangi efektivitas vaksin, dan menyulitkan pendeteksian dengan alat diagnostik yang tersedia.

Data studi awal memang menunjukkan bahwa varian ini berbeda dengan berbagai varian sebelumnya. Laju perkembangannya lebih cepat dibandingkan variants of concerns lain, termasuk varian Delta. Karena itu, beralasan jika varian ini dikhawatirkan akan menular dan menyebar lebih cepat. Varian ini juga memiliki lebih banyak mutasi.
Secara total terdapat lebih dari 50 mutasi dengan 30 di antaranya terjadi pada protein spike yang menjadi target berbagai vaksin. Artinya, varian ini berpotensi mengganggu kemanjuran vaksin.
Dengan banyaknya mutasi ini, para ahli berhipotesis tentang dampak lebih kompleks varian ini, terutama terkait kecepatan transmisi, pemberatan penyakit, pengulangan infeksi, dan daya tahan terhadap vaksin.
Namun, semua dampak kompleks ini masih bersifat hipotetis. Belum terkonfirmasi. Diperlukan beberapa minggu untuk mengonfirmasi efek varian Omicron terhadap aspek-aspek tersebut.
Produk program suboptimal
Ini bukan pertama kali negara Afrika Selatan menjadi tempat munculnya varian baru. Varian Beta dan sejumlah variants under monitoring juga berasal dari Afrika Selatan. Terkait dengan hal ini, Afrika Selatan dapat ditelisik dari dua sisi, yakni sisi plus dan minus.
Afrika Selatan perlu diapresiasi karena berhasil mengidentifikasi varian baru di negerinya dan dengan jujur melaporkan kepada WHO dan masyarakat dunia.
Ini bukan pertama kali negara Afrika Selatan menjadi tempat munculnya varian baru.
Tindakan ini tidak mudah karena terkait pertimbangan geopolitik, ekonomi, dan sosial. Pemerintahnya tentu menyadari efek negatif penemuan ini, tetapi tetap melaporkan untuk penatalaksanaan lebih lanjut.
Temuan berbagai varian di Afrika Selatan juga mengindikasikan bahwa penelitian epidemiologis dan pemeriksaan varian whole genome sequencing berjalan baik. Negara-negara lain mungkin saja ada yang telah terinfiltrasi varian baru, tetapi hal ini tidak teridentifikasi dan dilaporkan karena keterbatasan tertentu.
Di sisi lain, temuan varian di Afrika Selatan bisa menjadi indikasi masih belum optimalnya penatalaksanaan pandemi di negeri itu. Penatalaksanaan suboptimal menjadi pintu masuk munculnya varian-varian baru.
Afrika Selatan baru saja melewati gelombang ketiga pandemi. Beberapa minggu terakhir terjadi lagi peningkatan signifikan kasus Covid-19, terutama di Gauteng dan daerah-daerah sekitar.
Minggu lalu, jumlah kasus harian berkisar 1.600 per hari. Figur ini jauh lebih besar dari figur minggu sebelumnya yang berkisar 500 kasus per hari atau 200-an kasus per hari pada minggu-minggu sebelumnya.
Baca juga : Kemunculan Omicron Tanda Kesenjangan Vaksinasi di Dunia
Dalam satu minggu terakhir, positive rate meroket dari 2 persen menjadi 9 persen. Pada saat bersamaan, cakupan vaksinasi Covid-19 masih sangat rendah. Hingga saat ini, baru 29 persen populasinya yang mendapat satu dosis vaksin dan 24 persen mendapat dua dosis. Ini jauh berbeda dengan profil global di mana 43 persen populasi telah mendapat dua dosis. Artinya, penatalaksanaan pandemi negara ini masih belum optimal.
Pemerintah Afrika Selatan sendiri mengakui dan memprediksi bakal terjadinya gelombang keempat. Di tengah berbagai kondisi yang kurang menguntungkan tersebut, varian Omicron muncul.
Mutasi dan varian Covid-19 memang lebih berpotensi timbul pada daerah yang memiliki tingkat penyebaran tinggi serta cakupan vaksinasi rendah. Kondisi seperti ini juga pernah terjadi di Brasil dan India, negara awal munculnya dua variants of concerns terdahulu, yaitu varian Gamma dan Delta.
Ini memberi pesan perlunya mengoptimalkan penatalaksanaan pandemi, terutama pengontrolan transmisi penyakit serta percepatan vaksinasi. Kalau tidak, kondisi ini menjadi lahan subur bagi tumbuhnya varian-varian baru. Semua negara tanpa kecuali harus mengoptimalkan penatalaksanaan pandemi. Vaksin universal harus dicapai.
Untuk mencegah meruaknya varian Omicron, sejumlah negara langsung menerapkan travel ban and restriction bagi pendatang dari Afrika Selatan dan negara-negara sekitarnya.

Suasana konferensi pers mengenai respons pemerintah dalam menghadapi varian Omicron, Minggu (28/11/2021).
Di Indonesia, pemerintah memberlakukan larangan masuk sementara bagi warga negara asing (WNA) yang berasal dari Afrika Selatan dan program karantina 14 hari bagi warga negara Indonesia (WNI) yang berasal dari Afrika Selatan dan daerah-daerah sekitar.
Langkah ini strategis dan tepat sambil menunggu perkembangan terbaru varian ini. Dengan langkah ini diharapkan dapat dicegah terjadinya kasus impor semaksimal mungkin. Ini penting karena varian ini memiliki daya sebar yang tinggi.
Jika varian ini berhasil menginfiltrasi suatu daerah, besar kemungkinan terjadi penyebaran masif. Strategi pembatasan pendatang ini bisa diperketat atau diperlunak tergantung perkembangan epidemiologis varian.
Langkah pembatasan dan pengetatan pendatang harus dibarengi dengan strategi lain. Salah satunya adalah menggenjot program vaksinasi. Ini merupakan tameng paling penting untuk mencegah muncul dan merebaknya varian baru.
Pada saat bersamaan, perlu terus dikontrol dan dikendalikan penularan penyakit dengan menggiatkan program 3M (mencuci tangan, menjaga jarak, dan menggunakan masker) dan 3T (test, tracing, dan treat). Pengalaman empiris mengajarkan bahwa tidak ada penanganan varian yang lebih efektif selain 3M, 3T, dan vaksinasi. Apa pun variannya, penatalaksanaannya sama.
Munculnya varian Omicron ini memberikan pesan kepada dunia tentang pentingnya pengontrolan transmisi Covid-19 serta percepatan vaksinasi.
Munculnya varian Omicron ini memberikan pesan kepada dunia tentang pentingnya pengontrolan transmisi Covid-19 serta percepatan vaksinasi. Setelah varian ini, bukan tidak mungkin akan bermunculan varian-varian lain yang memiliki tingkat penyebaran dan keparahan yang lebih berat. Apalagi hingga saat ini belum tercipta manajemen global pandemi yang efektif dan optimal.
Sejumlah negara berhasil melaksanakan program kesehatan optimal, termasuk dengan cakupan vaksinasi yang tinggi. Namun, banyak negara lain yang masih tertatih-tatih dengan program kesehatan suboptimal.
Di Afrika, saat ini, baru 6 persen dari 1,2 miliar penduduk yang mendapat vaksinasi. Ini jauh berbeda dengan Amerika Serikat yang telah memvaksinasi hampir 60 persen penduduknya.
Hingga kini, lebih dari 50 negara gagal memenuhi target WHO untuk memvaksinasi 10 persen penduduknya pada akhir September ini dan sebagian besar negara tersebut berada di Afrika.

Iqbal Mochtar
Kegagalan mencapai cakupan vaksin universal dan manajemen global pandemi yang efektif menjadi kendala sangat serius bagi penanggulangan pandemi. Apalagi ditambah dengan munculnya varian-varian baru yang berpotensi mendestruksi program penanggulangan yang ada. Maka, wajar apabila sebagian orang masih pesimistis bahwa pandemi akan berakhir dalam waktu dekat.
Iqbal Mochtar, Dokter dan Doktor Bidang Kedokteran dan Kesehatan; Ketua Perhimpunan Dokter Indonesia Timur Tengah