Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan untuk berhati-hati karena Omicron memiliki banyak mutasi yang bisa memicu infeksi ulang.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Kita perlu tetap waspada meski saat ini relatif berhasil menekan angka kasus Covid-19. Terutama untuk menghadapi Omicron, varian baru dari Afrika Selatan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan untuk berhati-hati karena Omicron memiliki banyak mutasi yang bisa memicu infeksi ulang. Varian ini pertama kali dilaporkan oleh Afrika Selatan pada 24 November 2021.
Selain Afrika Selatan, Omicron juga sudah teridentifikasi di Botswana, Belgia, Hong Kong, Israel, dan Inggris. Tidak mengherankan jika sejumlah negara, termasuk Indonesia, serentak menutup pintu kedatangan warga Afrika bagian selatan.
Hingga saat ini sudah ada lima varian virus SARS-CoV-2 yang menyebar secara global. Varian Alfa, Beta, Gamma pada gelombang pertama, Delta pada gelombang kedua, dan Omicron yang bisa memicu gelombang ketiga.
Sebagai varian baru, pemahaman karakteristik Omicron masih terbatas, terutama yang terkait penularan dan dampaknya terhadap mereka yang tertular. Data awal menunjukkan, ada kenaikan jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit di Afrika Selatan. Namun, masih perlu diteliti, apakah ini dampak penyebaran varian lama atau spesifik gara-gara Omicron.
Yang sudah diketahui, pelbagai mutasi Omicron memungkinkan varian ini mudah menginfeksi mereka yang sudah pernah terkena Covid-19. Namun, bagaimana tingkat kesakitannya, perlu penelitian lebih lanjut. Memang ada laporan infeksi pada sejumlah mahasiswa dengan dampak ringan, tetapi sekali lagi, dampak ringan ini karena menginfeksi usia muda yang sehat atau karena varian Omicron.
Bagaimana menyikapinya? Dalam situasi seperti ini, kita perlu memegang prinsip-prinsip yang sudah pasti. Vaksinasi yang sudah terbukti mampu mencegah penularan dan menurunkan tingkat kesakitan harus dipercepat perluasan cakupannya. Sudah terbukti, Omicron merebak di kawasan Afrika yang cakupan vaksinasinya rendah. Afrika Selatan pun baru 24 persen yang sudah divaksinasi lengkap.
Keadilan vaksin menjadi isu penting agar negara miskin mempunyai akses vaksin setara negara kaya. Demikian pula di Indonesia, program vaksinasi harus segera diperluas sampai ke pelosok, agar program kekebalan komunitas nasional segera terwujud. Sekadar perbandingan, di DKI Jakarta 99,8 persen usia dewasa sudah mendapat vaksinasi lengkap, sementara di Nusa Tenggara Timur 52,84 persen.
Penerapan tes, telusur, dan terapi tidak boleh kendur. Apalagi sudah terbukti, tes cepat antigen ataupun PCR mampu mendeteksi segala varian SARS-CoV-2 termasuk Omicron. Tata cara pengobatan Covid pun sudah ada. Tak kalah penting, penerapan protokol kesehatan, seperti memakai masker, jaga jarak, dan cuci tangan, tetap menjadi keharusan.
Kita mengapresiasi tindakan cepat pemerintah menutup pintu kedatangan bagi warga Afrika Selatan dan sekitarnya, sekaligus mengajak masyarakat menaati pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) sesuai situasi. Semoga, dengan demikian, gelombang ketiga bisa kita cegah.