Para pekerja kemanusian rentan mengalami sindrom burnout. Selain mengatur ulang jadwal kegiatan, hubungan interpersonal sangat penting untuk menangkal sindrom psikologis tersebut.
Oleh
AGUSTINE DWIPUTRI
·5 menit baca
Sindrom burnout kebanyakan dialami oleh mereka yang berprofesi sebagai petugas kemanusiaan (Helping Profession) seperti guru, tenaga kesehatan, terapis, polisi, petugas pemadam kebakaran, dan sebagainya. Apa bedanya dengan rasa lelah dan bagaimana mengatasinya?
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, burnout kerja adalah sindrom akibat stres kronis yang berhubungan dengan pekerjaan. Sindrom itu ditandai sejumlah gejala meliputi perasaan kehabisan energi atau kelelahan; peningkatan jarak mental dari pekerjaan seseorang; perasaan negatif atau sinisme yang berhubungan dengan pekerjaan seseorang; dan mengurangi efektivitas professional” (wikipedia.org).
Jory MacKay (2020), penulis dan penyunting RescueTime blog, menjelaskan ada perbedaan antara kelelahan karena hari kerja yang panjang dan kelelahan terus-menerus sebagai salah satu gejala burnout.
Ia menyitir pandangan Dr. Sharmila Dissanaike yang mengatakan bahwa orang yang stres terlihat agak kurang terkendali ketika berada di acara bersama setelah bekerja di akhir minggu, tegang dan letih, bahkan tidak mau repot-repot tampil. Namun, setelah beristirahat, ia siap untuk bekerja lagi di hari berikutnya.
Sementara, burnout adalah kondisi hilangnya motivasi dan energi secara total tanpa ada tanda-tanda kelegaan. Pada masa kini, ternyata burnout juga berdampak pada jenis pekerja lain.
Sindrom psikologis
Dr Christina Maslach, pencipta “Maslach Burnout Inventory”, menjelaskan burnout merupakan sindrom psikologis yang muncul sebagai respons berkepanjangan terhadap stresor interpersonal kronis di tempat kerja.
Jadi burnout lebih dari sekadar peningkatan stres, menyebabkan kelelahan luar biasa, perasaan sinis dan rasa keterpisahan dari pekerjaan, rasa tidak efektif, serta berkurangnya rasa pencapaian.
Maslach membagi tiga jenis burnout dan penyebabnya secara terpisah:
Burnout individual, disebabkan oleh self-talk negatif yang berlebihan, neurosis, dan perfeksionisme. Dengan kata lain, Anda menempatkan standar yang sangat tinggi pada diri sendiri atau percaya tak ada yang Anda lakukan dengan cukup baik.
Burnout lebih dari sekadar peningkatan stres, menyebabkan kelelahan luar biasa, perasaan sinis dan rasa keterpisahan dari pekerjaan, rasa tidak efektif, serta berkurangnya rasa pencapaian.
Burnout interpersonal, disebabkan oleh hubungan yang sulit dengan orang lain di tempat kerja atau di rumah. Sebagai contoh, bos atau rekan kerja yang agresif atau tidak ramah dapat menambah stres yang sudah Anda rasakan di tempat kerja.
Adapun burnout organisasional, disebabkan organisasi yang buruk, tuntutan ekstrem, dan tenggat waktu tidak realistis. Hal itu mengakibatkan Anda merasa kehilangan sasaran dan pekerjaan berada dalam bahaya.
Secara lebih khusus, Howard Spector (2016), Co-Founder and CEO SimplePractice.com, dengan latar belakang pendidikan Master Psikologi Konseling, memaparkan, burnout pada terapis atau petugas kemanusiaan sering dimulai dengan niat terbaik seorang praktisi.
Sangat mudah untuk bekerja terlalu keras ketika Anda merawat kesejahteraan klien. Padahal, pada akhirnya dengan beban klien yang penuh, semua pekerjaan ekstra dan kekhawatiran itu bisa membanjiri praktisi.
Terdapat beberapa tanda umum sindrom itu pada petugas kemanusiaan. Itu meliputi antara lain, merasa lega saat klien membatalkan jadwal pertemuan, memulai sesi terlambat, atau mengakhiri lebih awal, menemukan diri tidak memerhatikan ketika klien berbicara, merasa seolah-olah harus menyeret diri untuk bekerja setiap hari, dan merasakan penurunan empati.
Cara mengatasi
Jory MacKay menjelaskan, langkah pertama dalam memerangi burnout yakni memahami faktor-faktor yang berkontribusi terhadapnya. Sebagai contoh, orang-orang, proses, dan ciri-ciri kepribadian yang dapat mendorong Anda melampaui batas. Tanpa mengatasi masing-masing faktor ini, Anda akan selalu berisiko kehabisan energi.
Namun, penting juga untuk diingat bahwa sindrom psikologis ini jarang sepenuhnya salah Anda. Ada stigma yang membuat seseorang merasa seperti itu semata-mata disebabkan oleh beban kerja atau ketidakmampuan Anda untuk menangani stres. Padahal dalam banyak kasus, faktor-faktor tersebut berada di luar kendali Anda.
Howard Spector mengajak praktisi yang sudah mengalami burnout untuk mengatur ulang kegiatannya. Jika Anda membutuhkan perubahan besar, kosongkan satu blok jadwal Anda dalam waktu yang tidak terlalu lama (sekitar 1 minggu) dan berliburlah. Luangkan waktu untuk diri sendiri dan upayakan sama sekali tidak memeriksa pekerjaan.
Ketika Anda kembali bekerja, mulailah dengan tugas yang ringan dahulu. Cara lain adalah mengurangi beban kasus Anda atau menyesuaikan penjadwalan, sehingga Anda akan memiliki hari kerja lebih pendek atau ada jeda lebih panjang antara satu klien dengan klien berikutnya.
Setelah merasa kembali pada diri sendiri, Anda masih perlu mengambil langkah-langkah untuk mencegah burnout kembali. Beberapa strateginya adalah:
Pertama, perhatikan stresor dalam hidup Anda (dan kurangi yang tidak perlu).
Sindrom burnout berasal dari respons berkepanjangan terhadap stresor kronis. Semakin banyak stresor yang Anda hadapi setiap hari, semakin tinggi risiko burnout.
Kedua, pahami dengan seksama ke mana dan berapa banyak sebenarnya waktu yang Anda digunakan setiap hari. Selain stresor, kurangnya waktu adalah sumber utama sindrom tersebut.
Ketiga, secara teratur meninjau kembali prioritas pekerjaan Anda untuk memastikannya realistis, valid, dan terhubung dengan tujuan yang lebih besar.
Keempat, membuat lebih banyak struktur ke dalam hari Anda.
Jadwal harian yang terstruktur dapat menghilangkan kelelahan mengambil keputusan dan perasaan kewalahan, jika dilakukan dengan benar. Ada perbedaan antara hari yang terstruktur dengan kegiatan rapat dan memeriksa serta membalas email tanpa akhir.
Kelima, membuat ritual istirahat untuk memisahkan jam kerja dan non-kerja. Melindungi diri Anda dari burnout bukan hanya mengenai apa yang Anda lakukan selama hari kerja (walaupun itu adalah bagian terbesar).
Pada dasarnya, tugas Anda adalah menghilangkan sebanyak mungkin stresor dan memasukkan sebanyak mungkin elemen pengurang stres (kebanyakan dalam bentuk istirahat) ke dalam hidup Anda.
Keenam, fokus pada kemajuan, bukan hanya tujuan akhir.
Produktivitas dan burnout memiliki hubungan yang merepotkan. Semakin banyak pekerjaan yang Anda lakukan, maka Anda makin kelelahan, dan semakin banyak pekerjaan yang Anda rasa perlu dilakukan.
Untuk memutus lingkaran ini, kita perlu mengubah cara mengukur nilai kita. Alih-alih hanya berfokus pada menandai butir-butir dari daftar, lihat kemajuan yang Anda buat setiap hari.
Ketujuh, luangkan waktu untuk perawatan diri: tidur, refleksi, dan hobi.
Pemulihan dimulai ketika Anda memprioritaskan diri sendiri dan kesehatan di atas pekerjaan dan hubungan yang membuat Anda burnout.
Kedelapan, Temukan jaringan dukungan pada orang yang dipercaya.
Untuk pemulihan jangka panjang, hubungan interpersonal sangat penting untuk menangkal burnout. Jaringan sosial yang saling mendukung, ada orang lain untuk Anda dan Anda ada untuk mereka.