Hal paling penting bagi Dewan Pengarah BRIN adalah inovasi. Tugas mereka memutuskan dan menetapkan pilihan-pilihan inovasi yang harus dikembangkan sebagai sumber baru pembangunan nasional.
Oleh
BAMBANG SETIADI
·4 menit baca
Artikel ini boleh dikatakan sembrono, mungkin juga kurang ajar, kalau niatnya mengajari bagaimana menjawab tantangan apa saja yang akan dihadapi Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang saat ini dipimpin Profesor Megawati SP. Karena itu, tujuan penulisan ini dipastikan tidak untuk mengajari atau apa pun yang sifatnya lebih tahu atau jemawa.
Artikel ini bermaksud dengan cara tercepat dan mungkin terbaik membagikan pemikiran-pemikiran tentang inovasi, yang telah menjadi fokus kinerja Dewan Riset Nasional (DRN) selama dua periode, 2015-2018 dan 2019-2020. Pada periode itu, para anggota DRN bukan hanya saksi sejarah, melainkan juga bergumul melalui ide dan mendalami bagaimana peran inovasi dalam pembangunan nasional.
Lebih dari 30 mitra, baik perguruan tinggi, fraksi-fraksi di DPR, anggota MPR, maupun mitra-mitra Dewan Riset Daerah (DRD), terlibat dengan DRN dalam diskusi peran inovasi untuk pembangunan. Puncaknya adalah terbitnya sebuah buku yang ditulis oleh DRN dan DRD yang berjudul Peran Strategis Inovasi dalam Meningkatkan Produk Domestik Bruto. Atas kegigihan menekuni isu inovasi ini, DRN akhirnya diberi anugerah sebagai lembaga pemerintah paling konsisten memperjuangkan inovasi dalam pembangunan.
Apakah sebenarnya topik, isu, tema sentral dan baku yang paling penting untuk Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (DP BRIN)? Yang paling penting adalah huruf ”I”, inovasi. Bukan K, D, P, B, R, dan N. Tanpa I, semua huruf itu tidak ada artinya.
Mengapa inovasi menjadi isu sentral pembangunan ekonomi? Dalam buku yang ditulis DRN itu, disadur pikiran William R Brody (1944-2008) yang mengatakan bahwa ”inovasi itu sebenarnya sederhana: ilmu pengetahuan membangkitkan inovasi, inovasi membangkitkan produktivitas, dan produktivitas membangkitkan pertumbuhan ekonomi”.
Kemudian Edward Robert (1935) dari MIT memberi ilmu bagaimana menghitung inovasi, yaitu inovasi = invensi x komersialisasi. Puncaknya adalah Paul M Rommer (1955), pemenang Nobel Ekonomi tahun 2018, yang mengunci pemikiran bahwa ”inovasi adalah pengarah ekonomi jangka panjang”.
Bagaimana bentuk ekonomi inovasi dibandingkan dengan ekonomi tradisional yang ada selama ini? Ekonomi tradisional (ET) itu (1) membangun perusahaan, (2) menciptakan pekerjaan, (3) menurunkan biaya perusahaan, (4) inisiasi pusat dan diarahkan pemerintah, serta (5) berinvestasi melalui R dan D (research and development).
Adapun ekonomi inovasi (EI) itu (1) menumbuhan organisasi; (2) kualitas pekerjaan dan meningkatkan pendapatan; (3) meningkatkan produktivitas, pasar global; (4) inisiasi dari bawah, penggabungan bisnis; (5) berinvestasi yang memberi hasil komersial.
Bagaimana membuktikan bahwa pelaksanaan strategi ekonomi inovasi membangkitkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan suatu bangsa dapat meningkat signifikan? Kita bisa belajar dari dekat dan cepat melalui pembangunan ekonomi inovasi di China dan India.
Kita bisa belajar dari dekat dan cepat melalui pembangunan ekonomi inovasi di China dan India.
China sudah mencapai Global Innovation Index (GII) sehingga menjadi salah satu negara inovatif terkemuka, berpenghasilan menengah di 30 negara besar. Caranya dengan mempertahankan tingkat teratas dalam paten dan ekspor barang-barang kreatif.
India menjadi ekonomi paling inovatif di Asia Tengah dan Selatan. India secara konsisten menjadi teratas dalam pendorong ekspor layanan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), kualitas dan kuantitas lulusan dalam sains dan teknik, kualitas universitas, pembentukan modal bruto, dan ekspor barang-barang kreatif.
Dalam pelaksanaanya, ekonomi inovasi membutuhkan faktor pendukung. Faktor yang memengaruhi Kenya sebagai negara nomor satu di Afrika dalam hal output knowledge dan universitas sangat didukung oleh stabilitas politik, infrastruktur, kreativitas, dan output knowledge serta pemasaran yang canggih.
Tantangan
Dengan seluruh strategi pencapaian target, kelengkapan infrastruktur, dan faktor pendukung yang ada saat ini, apa dan bagaimana tantangan yang dihadapi DP BRIN dalam mengarahkan inovasi? Bentuk arahan ketua dan jajaran DP BRIN hanya dan hanya memutuskan dan menetapkan pilihan-pilihan inovasi yang harus dikembangkan sebagai sumber baru pembangunan nasional yang dapat membangkitkan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dari mana asal dan pilihan inovasi? Inovasi itu dipilih dari invensi serta kajian-kajian dan kompetisi riset, baik yang didanai pemerintah maupun swasta, seperti Ristek/BRIN Kalbe Farma Award (RKSA). Atau, ditemukan juga oleh peneliti-peneliti berbasis pengalaman dengan/ataupun tanpa pendidikan formal.
Di dalam DP BRIN harusnya tidak ada lagi rapat teknis yang sifatnya perencanaan karena di tim sudah ada Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas yang paling paham mengenai skenario dalam perencanaan peran pembangunan termasuk iptek. Selain itu, di dalam BRIN ada Menteri Keuangan yang bertugas memutuskan kebutuhan dana untuk membiayai pilihan inovasi.
Hasil keputusan DP BRIN berupa pilihan inovasi yang akan dikembangkan, tahap-tahap perencanaan, hingga komersialisasinya itu semua diserahkan kepada presiden untuk kemudian ditindaklanjuti dibawa ke DPR dan diputuskan untuk dilaksanakan. Setiap awal tahun, presiden memberi laporan perkembangannya di DPR.
Hanya itulah tugas ketua dan anggota DP BRIN. Apakah diperlukan rapat-rapat lain di DP BRIN? Tidak perlu lagi karena, kalau dilakukan rapat lain, itu hanya menjadi perpanjangan birokrasi dan menambah biaya yang tidak perlu. Jadi, rutenya ringkas. BRIN melaporkan sejumlah inovasi-dipilih oleh DP BRIN-dilaporkan ke presiden-disampaikan ke DPR-disetujui DPR, dan inovasi itu menjadi komersial.
Pada akhirnya, seluruh upaya pengorganisasian baru pengelolaaan inovasi dengan pembentukan BRIN dan DP BRIN itu hanya berhasil kalau dapat menjawab pertanyan Presiden Joko Widodo dalam salah satu sidang kabinet: ”Apa yang dihasilkan riset dan inovasi selama ini dengan dana APBN sebesar Rp 24,9 triliun?” Itulah tantangan terbesar DP BRIN.
Bambang Setiadi, Ketua DRN 2015-2018 dan 2019-2020