Pembangunan Berwawasan Kesehatan
Pembangunan adalah untuk membangun manusia. Pembangunan berwawasan lingkungan perlu mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan dan pembangunanan berwawasan kesehatan perlu dipertimbangkan dampak kesehatan.
Pada era Presiden Soeharto kita kenal Pak Emil Salim gencar mengampanyekan pembangunan berwawasan lingkungan. Kita memerlukan pembangunan ekonomi yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat kita. Namun, hendaknya pembangunan tersebut tidak boleh merusak lingkungan.
Kayu di hutan boleh ditebang, tetapi perlu ditanam kayu baru agar hutan kita tak menjadi gundul. Pembangunan jalan, waduk, perkebunan, semua diperlukan dan perlu didorong, tetapi jangan lupa mempertimbangkan kelestarian lingkungan. Masyarakat mulai mengenal pentingnya lingkungan hidup yang lestari serta memahami akibat yang ditimbulkan oleh kerusakan lingkungan.
Masa pandemi Covid-19 ini mengajarkan pada kita tentang pentingnya kesehatan. Di era Presiden BJ Habibie, pernah dicanangkan pembangunan yang berwawasan kesehatan. Dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan, kita harus mempertimbangkan dampak kesehatannya.
Kita membangun banyak jalan tol, kita harus mempertimbangkan selain aspek konstruksinya juga aspek kesehatannya. Jangan sampai pembangunan jalan tol, misalnya, mengakibatkan peningkatan korban kecelakaan lalu lintas. Pembangunan waduk untuk mengairi sawah diperlukan, tapi hendaknya dihindari terjadinya tempat berkembang biak nyamuk yang dapat menularkan penyakit.
Kita tidak cukup hanya membangun gedung bertingkat, jembatan yang megah, dan jalan tol yang panjang jika masyarakat kita masih belum sehat dan anak-anak kita masih tengkes.
Pembangunan ekonomi juga mengubah gaya hidup kita. Jika dulu orangtua kita masih sering berjalan kaki dan bertani di sawah, generasi sekarang memiliki kesempatan terbatas untuk melakukan aktivitas fisik.
Sehari-hari banyak berdiam di kantor, ke mana-mana naik kendaraan, kesempatan untuk jalan kaki terbatas. Bahkan, untuk naik ke gedung bertingkat tiga pada umumnya naik lift, tak mau menggunakan tangga. Padahal, naik tangga merupakan salah satu kegiatan fisik yang menunjang kesehatan.
Belum lagi pola makan. Pola makan orangtua kita tinggi karbohidrat, cukup protein, serta sedikit lemak. Konsumsi sayur dan buah tinggi. Namun, sekarang konsumsi makanan generasi muda cenderung tinggi kalori, tinggi lemak, dan rendah serat. Akibatnya, penyakit aterosklerosis meningkat.
Negara kita sedang menikmati bonus demografi. Jumlah penduduk produktif melebihi jumlah anak dan usia lanjut yang tidak produktif. Jika kita pandai memanfaatkan bonus demografi ini, pertumbuhan ekonomi kita akan lebih cepat.
Akan tetapi, kendala yang kita hadapi adalah mutu sumber daya manusia kita masih belum seperti yang diharapkan. Rata-rata pendidikan kebanyakan SMP. Di kalangan anak, angka tengkes atau stunting (kurang gizi kronis) masih tinggi, masih di atas 30 persen. Dampaknya, produktivitas tenaga kerja kita rendah dan kita kekurangan pekerja ahli, kebanyakan tenaga kerja kita adalah tenaga kerja kasar.
Dengan masih tingginya kesadaran tentang pentingnya kesehatan, bagaimana pendapat dokter tentang menghidupkan kembali kesadaran pembangunan berwawasan kesehatan. Saya sendiri hanyalah pensiunan guru SMU dengan latar belakang pendidikan kesehatan yang amat terbatas. Tapi, saya memimpikan bangsa kita akan dapat mencapai masayarakat yang sehat, sejahtera, dan cerdas. Mohon pendapat dokter. Terima kasih.
M di J
Terima kasih Anda telah mengingatkan kita akan pentingnya kesehatan serta pembangunan yang berwawasan kesehatan. Konsep tersebut sudah cukup lama dikemukakan, yaitu pada era Presiden BJ Habibie dan Menteri Kesehatan Prof Faried Anfasa Moeloek.
Baca juga: Ubah Orientasi Pembangunan Pascapandemi
Pada dasarnya, kita perlu menyadari bahwa pembangunan yang kita jalankan adalah untuk membangun manusia. Kita tidak cukup hanya membangun gedung bertingkat, jembatan yang megah, dan jalan tol yang panjang jika masyarakat kita masih belum sehat dan anak-anak kita masih tengkes. Nah, sama dengan pembangunan berwawasan lingkungan yang perlu mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan, pada pembangunanan berwawasan kesehatan perlu dipertimbangkan aspek kesehatan.
Tidak boleh ada pabrik yang menimbulkan sesak napas pada penduduk sekitar atau limbah cair yang dibuang ke sungai menimbulkan gatal-gatal di masyarakat sekitar sungai. Untuk menindaklanjuti kebijakan pembangunan berwawasan lingkungan ini, pemerintah menerbitkan inpres (instruksi presiden) yang melibatkan 13 kementerian dan lembaga, di antaranya Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kementerian Pertanian, Bappenas, serta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Selain itu, dilibatkan juga gubernur dan bupati.
Masing-masing pihak berkontribusi untuk mendukung pembangunan yang berwawasan kesehatan. Misalnya, Kemenkes menyediakan puskesmas; Kementerian PUPR menyediakan air bersih dan jamban; Kementerian Pemuda dan Olahraga menyediakan lapangan olahraga; Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi menyediakan gerakan sarapan di sekolah; Kementerian Pertanian menyediakan sayur, buah, telur, daging, dan ikan untuk kebutuhan gizi masyarakat.
Pembangunan yang hanya mengutamakan pembangunan ekonomi dapat mengabaikan aspek kesehatan masyarakat. Sebagai contoh, kurangnya pemahaman akan pentingnya kesehatan jiwa menimbulkan ide agar rumah sakit jiwa yang lokasinya strategis di tengah kota dijadikan pertokoan saja. Mungkin saja dari segi ekonomis tindakan itu menguntungkan, tetapi masyarakat juga membutuhkan rumah sakit jiwa untuk membina dan mengobati masyarakat yang memerlukan.
Anda telah menyinggung masalah yang amat penting, yaitu tengkes atau stunting. Mudah-mudahan seluruh masyarakat menyadari bagaimana pentingnya mencegah tengkes ini. Pembangunan yang akan kita jalankan memerlukan SDM yang cerdas dan produktif.
Kita akan kehilangan SDM yang diharapkan jika anak-anak kita terkena tengkes. Kemampuan mereka untuk bersaing dengan sesama generasi mereka dari negara tetangga akan kurang. Kita tidak hanya kalah dalam produktivitas, tetapi juga kalah dalam olahraga dan seni.
Salah satu nikmat kemerdekaan kita adalah kesempatan untuk mengenyam pendididikan. Kakek dan nenek kita banyak yang tak dapat bersekolah karena mereka tidak memiliki kesempatan sekolah sebab mereka bukan keturunan pegawai Belanda atau bangsawan. Sekarang, kesempatan tersebut telah terbuka lebar.
Namun, di samping kesempatan belajar, anak-anak juga perlu disiapkan untuk dapat tumbuh kembang secara baik. Salah satu yang harus dicegah adalah tengkes. Masalah tengkes ini merupakan salah satu contoh bahwa pencegahannya tak dapat hanya dilakukan Kementerian Kesehatan. Berbagai kementerian dan lembaga harus ikut serta secara aktif.
Baca juga: Berlari Mengejar Target Penurunan Tengkes
Masalah tengkes dipengaruhi oleh penyediaan pangan dan juga pendapatan keluarga, pendidikan orangtua, serta kepedulian kita semua terhadap kesejahteraan anak Indonesia. Kita senang melihat banyaknya anak Indonesia yang cerdas, anak dari keluarga berada di kota.
Kita pun ingin keluarga Indonesia di desa juga mempunyai anak-anak yang sehat, cerdas, berbudi luhur, serta mencintai tanah airnya. Untuk itu, berbagai kementerian harus ikut memberikan sumbangannya.
Kita berharap pandemi Covid-19 akan berlalu di negeri kita. Kita secara bertahap akan kembali ke kehidupan yang lebih produktif. Memang, kehidupan kita mungkin tak akan sepenuhnya kembali sama dengan kehidupan sebelum pandemi Covid-19. Karena itu, kita tak dapat kembali ke era normal, tapi era new normal, normal baru yang berbeda dengan sebelum era Covid-19.
Kita mungkin akan tetap pakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak. Kita akan meneruskan mengonsumsi makanan sehat, banyak serat, sayur, dan buah. Kita menyadari pentingnya imunisasi, tidak hanya imunisasi Covid-19, tapi juga imunisasi untuk mencegah penyakit lain.
Kita akan meningkatkan kepedulian pada kesehatan ibu dan anak. Kita juga akan berusaha meningkatkan produktivitas angkatan kerja kita sehingga mampu bersaing dengan negara lain. Kita perbarui tekad kita untuk membangun berwawasan kesehatan.