Kesehatan tulang sering diabaikan. Padahal, selain menopang tubuh, tulang berperan penting dalam produksi sel darah dan mengatur jalur hormonal. Patah tulang akibat osteoporosis bisa mengancam jiwa.
Oleh
ATIKA WALUJANI MOEDJIONO
·5 menit baca
DRAWING/ILHAM KHOIRI
Atika Walujani Moedjiono, wartawan Kompas
Tulang merupakan penopang, membuat tubuh tegak, melindungi organ vital, dan memungkinkan kita bergerak. Meski demikian, tulang jarang mendapat perhatian. Padahal, bukan sekadar penopang, tulang juga menjadi tempat bagi sumsum tulang yang memproduksi sel-sel darah, menyimpan kalsium, mempertahankan kadar normal dari banyak senyawa, serta mengatur jalur hormonal.
Struktur dalam tulang mirip sarang lebah, kaku tetapi relatif ringan. Sebagian besar tulang terbuat dari protein kolagen yang membentuk kerangka lunak. Mineral kalsium fosfat mengeraskan kerangka dan memberikan kekuatan. Lebih dari 99 persen kalsium tubuh disimpan di tulang dan gigi.
Menurut artikel di Medical News Today, 11 Januari 2018, tulang bukan jaringan statis, melainkan terus dirombak dan dibentuk lewat proses resorpsi, yakni saat osteoklas memecah dan menghancurkan tulang. Disusul pembentukan jaringan tulang baru oleh osteoblas, yang juga memproduksi hormon prostaglandin.
Kompas/Priyombodo
Seorang warga lanjut usia berjalan menuju Kelenteng Boen Tek Bio di Pasar lama, Kota Tangerang, Banten, Minggu (31/1/2021). Seiring pertambahan usia, massa tulang hilang lebih cepat daripada pembentukannya sehingga bisa terjadi osteoporosis. Tulang menjadi rapuh dan mudah retak atau patah. Akibat osteoporosis, tubuh menjadi bungkuk, tinggi badan berkurang, dan sakit punggung berkelanjutan.
Remodeling tulang memungkinkan tubuh memperbaiki bagian yang rusak, membentuk kembali kerangka selama pertumbuhan, dan mengatur kadar kalsium. Proses ini dikendalikan sejumlah hormon, seperti hormon paratiroid, estrogen pada perempuan, testosteron pada pria, serta kalsitonin dan vitamin D.
Seiring pertambahan usia, massa tulang hilang lebih cepat daripada pembentukannya sehingga bisa terjadi osteoporosis atau keropos tulang, yaitu penyakit tulang di mana terjadi penurunan kepadatan mineral tulang. Akibatnya, tulang menjadi rapuh dan mudah retak atau patah.
Osteoporosis terjadi ketika resorpsi tulang terlalu cepat, sementara pembentukan tulang baru terlalu lambat. Hal ini bisa terjadi pada semua kelompok umur, jenis kelamin, dan ras karena berbagai sebab. Namun, umumnya terjadi pada ras kulit putih dan Asia, orang lanjut usia, serta perempuan setelah menopause.
Osteoporosis, demikian laman Layanan Kesehatan Nasional (NHS) Inggris, didefinisikan berdasarkan penilaian kepadatan mineral tulang. Disebut osteoporosis jika nilai T (T-score) kurang dari -2,5. Nilai T -2,5 hingga -1,0 disebut osteopenia. Tulang normal jika nilai T di atas 1,0.
Statistik Yayasan Osteoporosis Internasional (IOF), 1 dari 3 perempuan dan 1 dari 5 laki-laki di atas usia 50 tahun akan mengalami patah tulang osteoporosis. Diperkirakan, lebih dari 200 juta orang menderita osteoporosis di seluruh dunia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, osteoporosis menyebabkan lebih dari 8,9 juta patah tulang setiap tahun di seluruh dunia, lebih dari 4,5 juta terjadi di Amerika dan Eropa.
Hari ini, 20 Oktober, diperingati sebagai Hari Osteoporosis Sedunia. Tujuannya, untuk meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya menjaga kesehatan tulang.
Dua dari lima penduduk Indonesia berisiko terkena osteoporosis.
Di Indonesia, dari analisis data risiko osteoporosis yang dilakukan Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Kementerian Kesehatan dan sebuah perusahaan nutrisi tahun 2005, didapatkan angka prevalensi osteopenia (osteoporosis dini) 41,7 persen dan prevalensi osteoporosis 10,3 persen. Artinya, dua dari lima penduduk Indonesia berisiko terkena osteoporosis.
Dari pemeriksaan densitas massa tulang 65.727 peserta (22.799 laki-laki dan 42.928 perempuan) dari 16 wilayah Indonesia, 41,2 persen peserta berusia kurang dari 55 tahun menderita osteopenia. Prevalensi osteopenia usia di atas 55 tahun pada perempuan enam kali lebih besar daripada laki-laki. Peningkatan osteoporosis pada perempuan dua kali lebih besar daripada laki-laki.
Memprihatinkan
Dampak osteoporosis memprihatinkan. Menurut IOF, 20 persen penderita patah tulang osteoporosis meninggal dalam jangka waktu satu tahun. Yang hidup, sepertiga harus berbaring di tempat tidur, sepertiga harus dibantu untuk berdiri atau berjalan. Hanya sepertiga yang sembuh dan beraktivitas optimal.
Biaya perawatan osteoporosis sangat besar. Sekitar 20 miliar dollar AS per tahun untuk 250 juta penduduk Amerika Serikat dan 940 juta pound sterling untuk 60 juta penduduk Inggris. Biaya itu, antara lain, untuk perawatan dan obat yang harus diminum seumur hidup. Menurut NHS, obat osteoporosis, di antaranya, bifosfonat, raloxifene, dan hormon paratiroid.
Kompas
Peserta yang rata-rata berusia lanjut bersemangat mengikuti senam osteoporosis yang diasuh Perwatusi dan Perosi, di depan pintu II dan IV Gelora Senayan, Jakarta, Kamis (30/8) pagi. Apabila dilakukan teratur, olahraga yang tepat dapat membantu meningkatkan kepadatan tulang.
Laman Yayasan Osteoporosisi Nasional (NOF) AS menyebut, penurunan hormon estrogen pada perempuan menopause memicu osteoporosis. Defisiensi vitamin D, kalsium, sejumlah penyakit yang membuat penyerapan zat gizi terhambat, serta pengaruh obat-obat tertentu, seperti steroid, antasida yang mengandung aluminium, penghambat pompa proton, fenobarbital, siklosporin, heparin, tacrolimus, dan obat kemoterapi kanker, juga memicu pengeroposan tulang.
Osteoporosis tidak terasa. Baru disadari jika terjadi retak atau patah tulang. Umumnya terjadi di tulang belakang, pergelangan tangan, lengan, pinggul, atau pangkal paha. Akibat osteoporosis, tubuh menjadi bungkuk, tinggi badan berkurang, dan sakit punggung berkelanjutan.
Dengan populasi yang menua dan meningkatnya usia harapan hidup, osteoporosis bisa menjadi epidemi global, tak terkecuali di Indonesia. Mengingat besarnya beban biaya perawatan osteoporosis, langkah pencegahan perlu dilakukan secara masif.
WHO menganjurkan program pencegahan berbasis populasi perlu memberikan perhatian pada faktor nutrisi, terutama kasium dan vitamin D. Hal lain, menghindari rokok, alkohol, mendorong orang beraktivitas dan berolahraga teratur, serta cukup paparan sinar matahari. Olahraga meningkatkan integritas tulang, meningkatkan tonus otot dan keseimbangan. Olahraga mampu mengurangi risiko patah tulang hingga 40 persen.
Laman Mayo Clinic menyebut, mereka yang berusia 18-50 tahun perlu 1.000 miligram kalsium per hari. Jumlah yang dibutuhkan meningkat menjadi 1.200 miligram saat perempuan berusia 50 tahun dan laki-laki berusia 70 tahun. Untuk vitamin D, perlu setidaknya 600 unit internasional (IU) per hari dan setelah usia 70 tahun perlu 800 IU per hari.
Kajian Tümay Sözen, Lale Özışık, dan Nursel Çalık Başaran dari Turki dalam European Journal of Rheumatology, Maret 2017, menyatakan, osteoporosis dapat didiagnosis dan dicegah dengan perawatan yang efektif, sebelum patah tulang terjadi. Oleh karena itu, pencegahan, deteksi, dan pengobatan osteoporosis harus menjadi mandat dari penyedia layanan kesehatan primer.