Para pembicara dalam diskusi yang bertemakan “Proses Degeneratif pada Tulang Belakang dan Penatalaksanaan Terkini”. Diskusi ini digelar Ruma Sakit Umum (RSU) Bunda Jakarta, pada Jumat (2/11/2018), di Jakarta.
JAKARTA, KOMPAS – Salah satu penyakit degenerasi tulang belakang yang terjadi pada manusia saat berusia di atas 40 tahun adalah facet joint syndrome atau nyeri sendi. Penyakit ini selain dipengaruhi penurunan fungsi tulang, juga disebabkan kebiasaan hidup yang salah.
Hal ini mengemuka dalam diskusi temu media yang digelar Ruma Sakit Umum (RSU) Bunda Jakarta, pada Jumat (2/11/2018), di Jakarta. Diskusi itu bertemakan “Proses Degeneratif pada Tulang Belakang dan Penatalaksanaan Terkini”.
Spesialis Bedah Saraf RSU Bunda Jakarta Wawan Mulyawan, mengatakan, salah satu penyakit yang terjadi akibat gaya hidup yang salah karena kegemukan dan duduk melebihi satu jam adalah facet join Sindrome (nyeri pada leher atau punggung). Hal ini terjadi karena penyebaran berat badan yang tidak seimbang.
Beban itu mengakibatkan keausan dan kerusakan kapsul sendi sehingga munculnya taji tulang. Perubahan itu menyulitkan seseorang untuk bergerak secara bebas, karena otot di sekitar sendi facet menjadi kaku.
“Yang khas dari facet joint syndrome itu nyerinya menyebar hingga ke bokong, jika terjadi di pinggang. Atau menyebar ke bahu hingga kepala bagian belakang jika terjadi di leher. Rasa tidak nyaman atau pegal juga terasa tepat di atas sendi facet yang bermasalah,” tutur wawan.
DOKUMENTASI RSU BUNDA JAKARTA
Wawan Mulyawan
Wawan menambahkan, facet joint syndrome paling sering terjadi di bagian punggung bawah. Nyeri punggung itu ditandai dengan rasa seperti ditusuk, ditekan, panas, pegal, dan kesemutan yang menyebar hingga kaki.
Namun, penyakit itu dapat dicegah jika menerapkan kebiasaan hidup yang baik sejak usia dini. Misalnya berolahraga secara teratur, dan menjaga berat badan.
“Cara sederhana mencegah penyakit (facet joint sindrom), dengan jalan kaki 5-6 kilometer per jam. Cara itu dilakukan tiga kali seminggu,” kata Wawan.
Jaga nutrisi
Spesialis Bedah Saraf RSU Bunda Jakarta Ibnu Benhadi menambahkan, ancaman lain dari penyakit degenerasi tulang adalah osteoporosis. Penyakit ini ditandai dengan menipisnya tulang sehingga tulang mudah retak atau patah.
Faktor yang dapat meningkatkan risiko osteoprosis tulang belakang selain usia adalah kebiasaan hidup yang salah seperti sering mengonsumsi minuman keras dan merokok. Juga disebabkan pemakaian obat-obatan dalam jangka panjang yang berpengaruh terhadap kekuatan tulang atau kadar hormon.
Berdasarkan data Departemen Kesehatan yang bekerja sama dengan Fonterra Brands Indonesia, pada tahun tahun 2006 menyatakan, 2 dari 5 orang Indonesia memiliki risiko osteoporosis. Selain itu, data yang dikeluarkan International Osteoporosis Foundation (IOF) menyebutkan tahun 2050 sebanyak 50 persen kasus patah tulang panggul akan terjadi di Asia.
“Sebenarnya ada banyak faktor untuk hindari penyakit osteoporosis. Misalnya tetap jaga nutrisi yang cukup dengan banyak makan ikan,” kata Ibnu.