Tidak ada yang mengingkari bila teknologi sangat membantu kehidupan kita. Namun kita perlu menjaga keseimbangan untuk menjaga pikiran dan kesehatan kita.
Oleh
Kristi Poerwandari
·4 menit baca
Tidak ada yang mengingkari bila teknologi sangat membantu kehidupan kita. Kita dapat berhubungan dengan orang-orang yang kita sayangi dan terpapar informasi terbaru melalui teknologi. Namun kita perlu menjaga keseimbangan untuk menjaga pikiran dan kesehatan kita. Itu memerlukan pengelolaan waktu yang baik, membagi kegiatan, hingga berkomunikasi dengan rekan kerja.
Kita dapat memanfaatkan teknologi untuk bertemu orang-orang baru, menyebarkan kreasi kita, hingga mengorganisasi waktu dan memantau aktivitas fisik dan kondisi kesehatan kita. Tetapi teknologi juga dapat menjadi sumber stress.
Misalnya jadi cemas berlebihan bila tidak mengecek media sosial, kecewa karena tidak memperoleh jawaban atau respons positif dari orang lain, merasa kecil hati ketika membandingkan diri dengan orang lain, atau menjadi mudah marah dan berkata kasar. Bisa jadi kita tidak dapat menghentikan dorongan untuk terus bermain gim atau menonton film di internet. Bukan tidak mungkin pola makan, pola tidur, pola kerja, dan hubungan kita dengan orang-orang dekat juga sudah terganggu.
Hidup seimbang
Meninggalkan teknologi itu sepertinya tidak mungkin, karena banyak bagian dari aktivitas belajar dan kerja kita yang memerlukan teknologi. Yang dapat dilakukan yaitumenyeimbangkan penggunaan teknologi dalam keseharian hidup kita.
Kita dapat tetap produktif tanpa harus selalu menghidupkan jaringan internet. Karenanya, dapat saja kita jadwalkan, kapan akan menyalakan jaringan, serta mengecek surat elektronik dan media sosial. Misalnya itu akan dilakukan pagi dan sore hari saja. Ketika suatu pesan tidak bersifat segera atau darurat, kita dapat menganggarkan waktu untuk membalas atau mengirimnya esok hari saja. Agar tenang, notifikasi dari kabar atau pesan baru juga dapat dimatikan.
Tampaknya kita perlu kembali ke dunia nyata, bukan dunia citra, untuk dapat mengingat hal-hal positif dalam kehidupan nyata kita.
Tidak jarang kita mengeluh mengenai waktu kerja yang tidak ada habisnya. Tetapi tanpa disadari, sebenarnya kita sendiri memiliki andil terhadap itu. Bukan tidak mungkin, internet yang ‘real time’ dan seperti bekerja tanpa henti memberikan informasi baru terus menerus kepada kita membuat kita terbawa iramanya. Kita juga jadi ingin cepat dan serba segera dan terus ‘up-to-date’.
Bagaimanapun, manusia itu bukan mesin. Karenanya, ada baiknya kita membahas dengan tim kerja kita, hal-hal yang perlu dibahas terkait koordinasi kerja dan menyepakatinya bersama. Misalnya, kapan pertemuan atau rapat daring dilaksanakan, bagaimana memastikan ada jam kerja yang cukup teratur dan ada waktu istirahat, serta apa yang dimaksud dengan kondisi darurat yang memerlukan respons segera.
Kita dapat menyampaikan usul-usul pada tim kerja atau atasan untuk kenyamanan kerja bersama. Misalnya, harus ada penganggaran waktu yang cukup dan perencanaan kerja sehingga tidak mendadak tergopoh-gopoh harus menyelesaikan kerja tim karena ada pihak yang gaya kerjanya sistem kebut semalam.
Bekerja rangkap-rangkap di peralatan berbeda atau di media yang berbeda akan melelahkan, dan bagi banyak orang sebenarnya malah mengurangi produktivitas. Pastikan ada jeda atau saat-saat istirahat kecil di antara waktu kerja dalam jaringan, serta jeda yang lebih panjang di hari libur. Upayakan ada waktu istirahat dari komputer, gawai, atau internet, untuk digunakan menekuni aktivitas tanpa internet, misalnya berkebun, mengobrol dengan tetangga, atau menekuni hobi.
Kembali ke hidup nyata
Media sosial yang sangat canggih visualisasinya menghadirkan gambar dunia yang terlihat sangat indah sekaligus seperti nyata. Bila kita menghabiskan waktu demikian banyak dengan bersibuk diri di dunia maya, mungkin kita jadi merasa kecil hati karena melihat yang serba indah, cantik, bagus, dan sempurna; lalu membandingkan diri kita dengan yang ditampilkan orang lain.
Kita tidak perlu banyak membandingkan diri dengan orang lain. Perlu diingat bahwa yang ditampilkan orang umumnya memang yang terbaik, dari sisi berita maupun gambarnya. Orang akan menyembunyikan yang tidak disukainya atau diperkirakan akan memberikan citra yang kurang baik. Orang akan memilih, sengaja mengabadikan yang terlihat sempurna secara visual, dan bila perlu mengedit atau menggunakan filter untuk menyempurnakan tampilan.
Kita tidak mengetahui apa yang ada di balik gambar dan berita yang terkesan sempurna. Tampaknya kita perlu kembali ke dunia nyata, bukan dunia citra, untuk dapat mengingat hal-hal positif dalam kehidupan nyata kita. Meluangkan waktu hening sebelum tidur untuk mensyukuri hal-hal sederhana dalam hidup mungkin dapat membantu kita berdamai dengan diri sendiri dan lingkungan sekitar.
Bila hidup terasa tegang, mempraktikkan yoga, meditasi, atau melatih diri untuk menikmati apa yang dilakukan pada tiap saat tertentu mungkin akan membantu. Misalnya, ketika merawat tanaman kita fokus pada aktivitas itu, bukan memikirkan yang lain. Demikian pula ketika menjalankan hobi.
Teknologi dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan jiwa dan raga. Misalnya untuk mencari informasi agar hidup lebih sehat, atau memperoleh dukungan dari kelompok yang mengalami persoalan atau menekuni isu sama. Bagaimanapun perlu disadari keterbatasannya dibanding pertemuan langsung, terlebih untuk memberikan bantuan terkait persoalan yang sudah sangat serius.
Ada aplikasi-aplikasi khusus yang dapat menyediakan musik yang menenangkan atau panduan meditasi. Ada yang dapat membantu kita memantau stress dan memberi arahan untuk membantu kita dalam mengembangkan respons-respons untuk merelaksasi tubuh dan menenangkan diri.
Pada akhirnya kita ingin menghadirkan suasana yang membahagiakan untuk diri dan orang-orang terdekat, termasuk anak-anak dan orang muda di lingkungan kita. Bila kita dapat mempertahankan kedekatan langsung dan menampilkan hidup yang seimbang, itu akan menjadi contoh bagi generasi yang lebih muda.