Perhelatan PON 2021 menggambarkan kemajuan Papua, sekaligus memperlihatkan kesiapan infrastruktur dan masyarakat Papua untuk menggelar acara besar berskala nasional, juga internasional.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
Menggetarkan menyaksikan acara pembukaan Pekan Olahraga Nasional Papua 2021 yang digelar di Stadion Lukas Enembe, Sentani, Jayapura, Papua.
Kemegahan stadion, gemerlap permainan lampu warna-warni, serta kebyar pesta kembang api tak kalah hebatnya dengan perhelatan besar Asian Games 2018.
Namun, di luar itu semua, yang terasa sangat spesial dan lebih menggetarkan hati adalah pancaran ekspresi ketulusan, keceriaan, dan kebanggaan Sang Tuan Rumah dalam mengisi acara.
”Kami akan berupaya semaksimal mungkin memastikan membuat banyak senyum dan tawa dibandingkan tangis kecewa,” kata Gubernur Papua Lukas Enembe dalam sambutannya (Kompas, 3/10/2021).
Begitu seorang bocah Papua bermahkotakan bulu cenderawasih memasuki panggung, sungguh menggetarkan hati. Matanya bersinar memancarkan senyum. Begitu bunyi tifa terdengar, kepalanya lalu mengangguk-angguk, kakinya melompat-lompat mengikuti irama.
Bocah itu lalu mengambil cangkang kerang dan meniupnya keras. Bunyi terompet itu seakan mengajak kita semua agar mencintai alam Papua yang sangat kaya dan menyimpan banyak misteri.
Tanah Papua, tanah yang kaya. Surga kecil jatuh ke bumi. Seluas tanah, sebanyak batu, adalah tanah harapan. Tanah Papua, tanah leluhur. Di sana aku lahir. Bersama angin, bersama daun, aku dibesarkan. Hitam kulit, keriting rambut, aku Papua. Biar nanti langit terbelah, aku Papua.
Suara tenor Edo Kondologit yang didampingi Nowela Elizabeth Auparay dan Michael Jakarimilena juga menunjukkan jati diri Papua. Lagu berjudul ”Aku Papua” ciptaan Franky Sahilatua itu mengingatkan, alam Papua kaya dan tidak bisa dipisahkan dari masyarakatnya. Suku Amungme, salah satu suku di Papua, mengenal filosofi te aro neweak lamo. Alam adalah diriku. Aku adalah tanah.
Kekuatan sumber daya manusia (SDM) Papua yang terpendam begitu terasa saat delapan atlet legendaris Papua membawa bendera PON, mulai dari Raema Lisa Rumbewas (atlet angkat besi peraih medali perak Olimpiade Sydney 2000 dan Athena 2004 serta perunggu Olimpiade Beijing 2008) hingga Rully Rudolf Nere, peraih medali emas sepak bola SEA Games Jakarta 1987. Dengan segala keterbatasan, Papua melahirkan banyak atlet dan menyumbangkan banyak medali.
Seperti halnya Presiden Soekarno, Presiden Joko Widodo tampak sangat mencintai Papua. ”Huwe foi. Onomi rehmay. Wa wa wa,” Presiden Jokowi menyapa rakyat Papua.
Bagi Presiden, perhelatan ini menggambarkan kemajuan Papua, kesiapan infrastruktur dan masyarakat Papua menggelar acara besar berskala nasional juga internasional.
Bagi seluruh bangsa pun, acara ini merupakan panggung persatuan, kebersamaan, persaudaraan, kesetaraan, keadilan untuk maju bersama, dan sejahtera dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
PON Papua 2021 harus menjadi tonggak baru untuk lebih memastikan pengembangan SDM Papua. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Papua yang kini masih tertinggal harus ditingkatkan. Seperti halnya Tanah Papua yang menyimpan kekayaan luar biasa, demikian pula SDM-nya. Torang luar biasa!