Parade dengan tema berbeda tahun ini belum juga merupakan sinyal kuat untuk rekonsiliasi meski Presiden Amerika Serikat Joe Biden memberikan ruang bagi negosiasi senjata nuklir.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Biasanya Korea Utara gemar memamerkan kehebatan senjata. Namun, pada parade di hari lahir ke-73 Korut, Rabu (8/9/2021), tidak terlihat deretan rudal andalan.
Salah satu hal menonjol adalah parade dengan simbol wabah Covid-19 dan kesan kuat tentang penanganannya. Ada pamer pasukan dengan alat pelindung diri.
”Langkah pencegahan epidemi dan Kementerian Kesehatan Masyarakat dengan antusiasme serta semangat patriotis menunjukkan keunggulan sistem sosialis sekaligus menjaga keamanan negara dan rakyat dari pandemi global,” demikian Kantor Berita Korut (KCNA), yang dikutip Reuters.
Masalah Korea Utara (Korut) jauh lebih akut. Ada kegagalan perencanaan ekonomi lima tahun, yang diakui pemimpinnya, Kim Jong Un, seperti diberitakan Daily NK, 18 Januari 2021, juga mengutip KCNA. Pandemi memperparah keadaan karena penutupan ketat perbatasan (CNN, 9/9/2021).
Ada tentara Korut yang kelaparan akibat pandemi, sementara tugasnya ekstraberat seiring dengan berlangsungnya pandemi. Situs Bloomberg, 30 Juni 2021, menuliskan besaran ekonomi Korut anjlok ke tingkat terendah sejak Kim Jong Un naik ke tampuk kekuasaan pada 2011. Nilai perdagangan anjlok 74 persen.
Para pengamat mengatakan, nada parade yang menurun daripada biasanya menggambarkan situasi pelik di dalam Korut. ”…. Parade menunjukkan bahwa Korut terlalu diharu biru oleh masalah domestik sehingga tidak terlalu pas untuk mengirimkan pesan provokatif ke dunia,” kata Hong Min, seorang analis dari Institute for National Unification di Korea Selatan.
Adakah situasi ini akan membawa perubahan pada Korut? Rasanya perubahan besar seperti ketika Deng Xiaoping memulai reformasi tahun 1978 di China sama sekali tidak terlihat. Korut memang ikut forum internasional tingkat Asia Timur dan merancang pembangunan ekonomi lima tahunan.
Nuansa parade juga tetap memperlihatkan mimik hadirin yang mempertontonkan bahwa mereka sangat beruntung memiliki Kim Jong Un. Histeria hadirin mengesankan keagungan Sang Pemimpin. Dua anak, laki-laki dan perempuan, dalam parade itu menggelayut di tangan ”Sang Pelindung”.
Parade menunjukkan bahwa Korut terlalu diharu biru oleh masalah domestik sehingga tidak terlalu pas untuk mengirimkan pesan provokatif ke dunia
Korut menyalahkan sanksi dan pandemi, tak menyalahkan sistem, yang malah tetap dipuja tinggi. Banyak negara dengan sistem berbeda yang lebih tangguh menghadapi pandemi, termasuk tetangganya, Korsel.
Parade dengan nada yang menurun bukan sebuah tanda kuat untuk perubahan. Parade dengan tema berbeda tahun ini belum juga merupakan sinyal kuat untuk rekonsiliasi meski Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memberikan ruang untuk negosiasi senjata nuklir.
Kim Jong Un yang lebih kurus tidak berpidato. Ri Il Hwan, seorang anggota politbiro Partai Pekerja Korut, dalam pidatonya berkata, ”Pemerintah terus memperkuat pertahanan, membela martabat dan kepentingan mendasar rakyat, serta mengatasi segala sesuatu secara swasembada.”
Jargon-jargon masih mendominasi, sementara rakyat butuh pangan.