El Salvador Melegalkan Bitcoin untuk Alat Pembayaran
Pemerintah El Salvador pada Selasa (7/9/2021) memulai secara legal penggunaan bitcoin untuk transaksi. Keputusan itu memunculkan reaksi pro dan kontra.

Andreas Maryoto, wartawan senior Kompas
Di berbagai kios sederhana di Kota San Salvador, ibu kota El Salvador, stiker bertuliskan ”Aceptamos Bitcoin” atau ”Bitcoin Accepted Here” mudah ditemukan di atas atau di samping kios. Orang mudah sekali melihat tanda bahwa pemilik kios mau menerima pembayaran dengan mata uang kripto.
Anehnya, tanda-tanda sistem pembayaran lain atau mata uang lain tidak ditemukan di kios-kios itu.
Selain pemilik kios, pengemudi taksi, penjual buah, pemilik kafe, dan pedagang di kota itu sudah menerima pembayaran dengan mata uang bitcoin. Penggunaan uang kripto ini telah lama terjadi sebelum Pemerintah El Salvador pada Selasa (7/9/2021) memulai secara legal penggunaan bitcoin untuk transaksi.
Penggunaan mata uang ini tak mulus. Pro dan kontra terjadi di masyarakat. Umumnya mereka tidak mendapatkan informasi yang memadai tentang bitcoin. Sebuah unjuk rasa pernah dilakukan menentang penggunaan bitcoin.
Penggunaan bitcoin diawali tiga bulan lalu di DPR. Pada Juni lalu El Salvador meloloskan undang-undang yang membuat mereka menjadi negara pertama yang menggunakan bitcoin sebagai mata uang yang sah untuk alat pembayaran yang digunakan berdampingan dengan dollar AS. Sejak berlakunya undang-undang itu, pada Selasa lalu semua entitas di negara itu akan menerima bitcoin sebagai alat pembayaran.

Sebuah tempat potong rambut dengan tanda menerima transaksi dengan bitcoin di Santa Tecla, El Salvador, Satbtu , 4 September 2021. Mulai 7 September, semua bisnis di negara itu harus menerima pembayaran dengan bitcoin.
Pada langkah awal, El Salvador telah membeli 200 bitcoin dan kemudian dilanjutkan dengan pembelian 200 bitcoin lagi menjelang pemberlakuan mata uang kripto ini. Nilai pembelian saat pembelian sekitar 21 juta dollar AS. Kabarnya dalam waktu dekat, Pemerintah El Salvador akan memberikan dompet digital bernama Chivo yang di dalamnya terdapat bitcoin setara 30 dollar AS ke warganya. Nantinya mereka bisa membeli atau menukarkan uang dengan menggunakan dompet tersebut.
Publik di negara itu terpecah antara yang menerima dan menolak mata uang ini. Mereka yang menerima berharap mendapatkan keuntungan dari pergerakan mata uang ini. Sementara mereka yang menolak mengatakan bahwa mata uang ini makin meningkatkan risiko bisnis mereka. Tidak ada jaminan nilai tukar mata uang ini akan terus meningkat. Beberapa di antaranya menolak pembayaran dengan bitcoin.
Baca juga: Demam Mata Uang Kripto Boleh, Mabuk Jangan…
Sebuah survei juga menunjukkan hanya 4,8 persen warga negara itu yang paham bitcoin dan tahu cara menggunakannya. Dalam survei itu juga diketahui sekitar 68 persen warga menolak penggunaan bitcoin. Insentif bitcoin senilai 30 dollar AS dari pemerintah untuk warga pun tidak mendorong mereka menerima mata uang kripto ini.
Meski demikian, pemerintah negara itu tidak kehilangan akal untuk menyosialisasikan bitcoin. Mereka tengah membuat kawasan dengan nama Bitcoin Beach yang dalam waktu dekat menjadi kawasan terbatas di mana orang menggunakan mata uang ini secara menyeluruh untuk semua transaksi.
Letak proyek ini di kota El Zonte yang berada sekitar 50 kilometer dari ibu kota. Kawasan ini disebut sudah sangat familiar dengan bitcoin, baik turis maupun warga setempat.

Seorang perempuan membeli di sebuah toko yang menerima transaksi dengan bitcoin di El Zonte, La Libertad, El Salvador, 4 September 4, 2021.
Beberapa analis mengatakan, langkah itu dilakukan agar mereka memiliki mata uang pesaing di samping dollar AS yang sudah diadopsi sejak dua puluh tahun lalu sebagai mata uang yang berlaku di negara itu. Guncangan nilai tukar dollar AS telah membuat negara ini pusing. Mereka ingin agar dampak negatif pergerakan dollar AS tidak terlalu mengguncang mereka ketika ada mata uang lain sebagai alternatif.
Pada Agustus, sebuah penelitian dilakukan Bank of America untuk mengetahui manfaat undang-undang penggunaan mata uang kripto. Hasil penelitian itu menyebutkan gairah penggunaan mata uang baru itu muncul karena undang-undang penggunaan mata uang bitcoin akan mampu menekan berbagai biaya transaksi.
Penggunaan bitcoin disebutkan akan mengurangi biaya transaksi lintas batas atau remitansi yang menyumbang 20 persen dari PDB El Salvador. Penggunaannya juga akan meningkatkan penetrasi penggunaan teknologi digital di negara di mana 70 persen penduduknya belum terhubung dengan bank, dan keputusan itu diperkirakan menarik investasi asing.
Baca juga: Dunia Gagap Menyambut Mata Uang Digital
Akan tetapi, para analis tetap mengingatkan bahwa pilihan itu sangat berisiko. Mata uang kripto tetap merupakan aset yang spekulatif. Kenaikan dan penurunan nilai mata uang itu tidak jelas asal-usulnya. Setiap saat bisa naik dan bisa juga turun dengan tiba-tiba.
Langkah El Salvador ini dinilai berbagai kalangan sangat kontroversial dan berisiko mengguncang keuangan negara itu. Ketika nilai mata uang itu anjlok terhadap mata uang mana pun, maka risiko kekacauan ekonomi bakal muncul.

Warga El Salvador melakukan unjuk rasa menentang penggunaan bitcoin sebagai alat transaksi, 27 Agustus 2021.
Lembaga moneter internasional IMF dikabarkan tengah melakukan pembicaraan dengan otoritas moneter negara itu terkait dengan pinjaman uang yang baru. Mereka mengatakan bahwa mengadopsi mata uang kripto sebagai alat pembayaran yang sah dapat mengacaukan harga dan membahayakan sistem keuangan negara. Sebelumnya lembaga pemeringkat utang Moody’s telah menurunkan peringkat utang negara itu ketika El Salvador membuat undang-undang pemberlakuan bitcoin sebagai alat pembayaran yang sah.
Kritik dari dalam negeri juga bermunculan. Undang-undang itu dinilai diadopsi terlalu cepat dan tanpa studi teknis atau debat publik. Seorang analis ekonomi menduga Pemerintah El Salvador tidak sepenuhnya memahami implikasi dari undang-undang tersebut.
Ada potensinya yang akan menyebabkan masalah ekonomi makro yang serius dan mengubah negara menjadi surga bagi pencucian uang. Keuntungan yang akan didapat seperti yang disebut dalam studi Bank of America dinilai sangat berlebihan.