Dunia Gagap Menyambut Mata Uang Digital
Banyak negara gagap menyambut mata uang digital. Bahkan, negara seperti Amerika Serikat diperingatkan bakal mengalami krisis eksistensi jika telat mengembangkan mata uang digital.

Andreas Maryoto, wartawan senior Kompas
Pekan lalu investor ternama di Amerika Serikat, Mike Novogratz, mengingatkan bahwa negeri itu akan mengalami krisis eksistensi. Pasalnya, Bank Sentral China lebih agresif mengembangkan mata uang digital dibandingkan Amerika Serikat. Tidak hanya ”Negeri Paman Sam”, banyak negara gagap menyambut mata uang digital.
”Menurut saya, kita sekarang mengalami krisis eksistensi. Kita membutuhkan dollar AS digital,” kata Novogratz dalam sebuah acara yang dikutip laman Marketwatch. Ia menambahkan, Bank Sentral China bukan hanya telah membuat evolusi mata uangnya, yaitu yuan masuk ke digital, melainkan juga telah membuat tantangan baru bagi AS dan juga negara-negara maju lainnya.
Bank Sentral China adalah salah satu lembaga yang sangat cepat mengembangkan mata uang digital. Pada 2014, mereka telah mulai mengambil langkah. Bank Sentral China pernah melakukan uji coba yuan digital dengan mendistribusikan yuan digital senilai 10 juta yuan digital di wilayah Shenzhen pada tahun lalu.
Dompet digital yang berisi 200 yuan digital disebar secara acak ke konsumen melalui aplikasi Renminbi Digital. Yuan digital ini bisa digunakan untuk pembayaran di sejumlah laman daring tertentu tetapi tidak bisa ditransfer ke rekening dompet Renminbi Digital lainnya atau rekening bank konvensional. Benar-benar hanya bisa dimanfaatkan untuk membeli barang.
Di samping China, Bank Sentral Swedia, Riksbank, juga mengambil langkah maju di dalam perlombaan mata uang digital. Pekan lalu mereka telah menyelesaikan fase pertama dalam uji coba mata uang digital mereka, e-krona. Kini Riksbank tengah membawa mata uang ini ke industri perbankan untuk diuji penggunaan praktisnya. Swedia melakukan langkah ini karena ada kecenderungan penggunaan uang tunai yang terus menurun.

Tanda mata uang yuan dan dollar AS terlihat di luar di toko valuta asing di Shanghai, China, 14 Agustus 2015.
Uji coba pertama mereka dimulai tahun lalu. Bank Sentral Swedia melakukan simulasi e-krona di dalam lingkungan tertutup dengan menggunakan teknologi rantai blok (blockchain). Menurut laman Fortune, mereka kemudian memperluas partisipan. termasuk bank komersial dan layanan pembayaran daring. untuk menguji e-krona di dalam aplikasi komersial dan ritel. Riksbank berencana mengevaluasi kinerja dan jangkauan e-krona sambil memastikan minat pengguna, privasi, dan bila dilakukan pembayaran luring.
Diskusi mata uang digital makin merebak di berbagai belahan dunia. Ide mata uang digital sudah lama muncul ketika ”mata uang iseng-iseng” bitcoin muncul di pasar beberapa tahun lalu.
Bitcoin seperti menampar bank sentral karena dengan teknologi rantai blok, mereka tidak lagi membutuhkan bank sentral ataupun layanan bank komersial. Semua transparan sehingga peran pengawasan terdesentralisasi ke pengguna. Oleh karena itu, kehadiran mata uang kripto bakal mendisrupsi sejumlah lembaga keuangan.
Bitcoin seperti menampar bank sentral karena dengan teknologi rantai blok, mereka tidak lagi membutuhkan bank sentral ataupun layanan bank komersial.
Sejak saat itu, bank sentral mulai pelan-pelan mengembangkan mata uang digital atau yang dikenal dengan nama Central Bank Digital Currency (CDBC). Kita mengatakan mereka pelan-pelan karena sampai sekarang masih banyak bank sentral yang kebingungan untuk masuk ke pasar mata uang digital. Mereka ada yang tengah melakukan uji coba tetapi sebagian besar cenderung menunggu dan mengatakan tidak perlu terburu-buru.
Baca juga: Lembaga Keuangan Berbondong-bondong Berinvestasi pada Bitcoin
Mata uang digital ini berbeda dengan mata uang kripto (seperti bitcoin, dogecoin, dan ethereum). Perbedaan mendasar adalah mata uang digital masih dikendalikan oleh bank sentral dan sekadar menggantikan mata uang fiat, yaitu logam dan kertas yang selama ini dipakai. Oleh karena itu, nantinya mata uang digital diberi nama sesuai dengan mata uang fiat. Hanya ditambahi kata digital. Semisal euro digital, yuan digital, dan rupiah digital.
Sementara mata uang kripto tanpa pengawasan bank sentral dan nilai tukarnya ditentukan oleh pasar murni alias tanpa intervensi bank sentral. Pengawasan peredarannya ditentukan oleh para pemakai alias terdesentralisasi. Sistem seperti ini bisa dilakukan karena mereka menggunakan teknologi rantai blok.

Ilustrasi mata uang virtual bitcoin dan uang kertas dollar AS, 27 Januari 2020.
Setiap orang bisa membuat uang kripto, tetapi pada ujungnya bergantung pada siapa yang mau memakai dan kemampuan membangun infrastuktur tambahan, seperti platform-platform yang menggunakan mata uang itu dan dompet digital, agar mata uang ini banyak digunakan.
Di bursa berjangka, mata uang ini diperdagangkan selama 24 jam. Harga mata uang kripto setiap saat jumpalitan. Semisal, bulan lalu satu bitcoin berharga sekitar Rp 800 juta, tetapi pada awal pekan ini menyentuh Rp 940 juta. Harga satu ethereum dari semula sekitar Rp 23 juta, pekan ini telah mencapai Rp 31 juta.
Meski tanpa pengawasan bank sentral, beberapa perusahaan sudah ”berhubungan” dengan mata uang kripto, seperti Tesla, Visa, dan Paypal. Kenaikan harga mata uang ini sangat ditentukan oleh isu-isu penggunaan mata uang ini oleh perusahaan-perusahaan ternama serta pernyataan beberapa tokoh.
Menunggu
Negara-negara sepertinya masih memilih menunggu sambil melihat perkembangan. Mereka saling menunggu sambil belajar. Laporan yang dikeluarkan Bank for International Settlements menyebutkan, berdasarkan survei pada Januari lalu, seperlima populasi dunia kemungkinan akan menerbitkan mata uang digital masing-masing hingga tiga tahun ke depan. Sementara Bank Sentral Amerika mengatakan, 56 bank sentral tengah mengembangkan mata uang digital.
Akhir tahun lalu, Bank Sentral Eropa mengatakan, euro digital akan diimplementasikan segera. Namun, sejauh ini euro digital masih sekadar memasuki tahap persiapan. Isu yang beredar mereka baru akan meluncurkan proyek uji coba pada pertengahan tahun ini. Bank Sentral Eropa mendefinisikan mata uang digital sebagai representasi uang tunai yang didigitalkan dan diatur oleh bank sentral.
Jepang memiliki cara yang berbeda dalam merespons mata uang digital. Menurut laman Fintechfutures, bank swasta akan ikut terlibat menerbikan mata uang digital dalam uji coba. Tahun ini 30 lembaga keuangan dengan berbagai latar belakang akan menerbitkan yen digital dengan menggunakan satu platform yang sama secara bersama.
/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F06%2F1858abcd-c280-40ee-9164-81c33fbdad09_jpg.jpg)
Teller bank menghitung uang rupiah di BNI Sudirman, Jakarta, Selasa (9/6/2020). Bank sentral beberapa negara kini tengah mengkaji untuk menerbitkan mata uang digital, termasuk Bank Indonesia.
Berdasarkan survei, sejauh ini hanya 20 persen warga Jepang yang mau mengubah dari pembayaran tunai ke pembayaran nontunai. Oleh karena itu, mata uang digital ini diharapkan meningkatan penggunaan pembayaran nontunai. Bank Sentral Jepang sejauh ini memilih belum menerbitkan mata uang digital dan lebih memilih menunggu reaksi publik terhadap uji coba yang dilakukan kalangan swasta.
Bahama telah memperkenalkan mata uang sand dollar digital sebagai mata uang legal di negara itu yang setara dengan dollar Bahama. Mereka juga telah mengembangkan dompet digital untuk memudahkan warga melakukan transaksi mata uang digital itu.
Baca juga: Bitcoin dalam Tarikan Keamanan dan Fungsionalitasnya
Yang menjadi pertanyaan adalah, Bank Sentral Amerika Serikat memilih jalan pelan-pelan menyambut mata uang digital ini. Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat Jerome Powell mengatakan, mereka ingin menjadi yang benar dibandingkan menjadi yang pertama dalam pengembangan mata uang digital. Mereka melihat secara sangat hati-hati untuk memutuskan apakah mereka akan menerbitkan mata uang dollar digital atau tidak. Meski demikian, Powell mengatakan, mata uang digital merupakan proyek mereka yang sangat prioritas.
Bank Indonesia juga memilih tidak terburu-buru untuk menerbitkan mata uang digital. Mereka terus mengkaji dan melakukan asesmen untuk melihat potensi mata uang digital di dalam perekonomian. Bank Indonesia tengah melihat desain dan arsitektur mata uang digital yang akan dipilih serta mitigasi risiko bila kemudian muncul. Mereka juga akan berkoordinasi dengan bank sentral negara lain saat akan mengeluarkan mata uang digital.