Bitcoin dalam Tarikan Keamanan dan Fungsionalitasnya
Bitcoin telah menarik para penggemar di dunia karena kelangkaan dan keamanannya, tetapi hingga saat ini belum digunakan sebagai alat pembayaran.
Oleh
BENNY D KOESTANTO
·4 menit baca
REUTERS/KIM HONG-JI
Seorang pria melintas di depan papan yang memperlihatkan nilai tukar berbagai mata uang kripto termasuk Bitcoin di Seoul, Korea Selatan, Selasa (13/12/2017).
Beberapa waktu lalu, pemilik Tesla Inc, Elon Musk, sudah memasang logo dan sekaligus tagar bitcoin di profil akun Twitter-nya. Namun, dia beberapa kali justru berujar soal mata uang kripto lainnya, yakni dogecoin, lewat akun yang memiliki pengikut 46,2 juta orang itu. Harga dogecoin sempat melesat hingga lebih dari empat kali lipat dalam 24 jam pada pekan lalu, sedangkan bitcoin seakan stagnan di bawah level Rp 600 juta.
Publik global belum mengerti benar maksud Musk di profil akun Twitter itu, sampai kemudian pada Senin (8/2/2021) sore waktu Indonesia tersiar kabar di Twitter soal investasi Tesla dalam bentuk bitcoin.
Hal itu langsung menjadi pembicaraan hangat di kalangan jagat maya. Sampai kemudian media-media arus utama memastikan kebenaran informasi itu. Produsen mobil listrik itu menyatakan telah menginvestasikan sekitar 1,5 miliar dollar AS dalam bentuk bitcoin. Bahkan, Tesla mengaku berencana segera menerima salah satu mata uang digital itu sebagai pembayaran untuk kendaraan kelas atas Tesla.
Produsen yang berbasis di California itu mengungkapkan strategi baru dalam pengajuan ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS. Dikatakan perseroan, investasi dalam mata uang digital itu sebagai bagian dari investasi ”aset cadangan alternatif”. Harapannya tentu saja investasi itu akan tumbuh dengan baik.
Tidak perlu menunggu lama, harga bitcoin pun lalu melesat melebihi level psikologis Rp 600 juta per koin. Pada Selasa siang, merujuk Google, harga bitcoin sempat menembus level 48.000 dollar AS atau sekitar Rp 672 juta. Dalam kurun waktu kurang dari 24 jam, harga bitcoin melesat lebih dari Rp 120 juta per keping.
AFP/ADRIAN DENNIS
Foto yang diambil pada 20 April 2020 menunjukkan mobil-mobil listrik Tesla yang baru diproduksi diparkir di tempat penyimpanan di The Western Docks, Southampton, Inggris. Manajemen perusahaan itu mengaku tengah berencana menerima mata uang digital bitcoin sebagai alat pembayaran pembelian mobil Tesla.
Bitcoin telah menarik para penggemar di dunia karena kelangkaan dan keamanannya. Kelindan dua hal itu menjadi tarikan antara penilaian soal harga bitcoin dalam satuan koinnya.
Hal itu membuat nilai tukarnya terus naik di satu sisi, tetapi juga tidak dapat optimal karena kerawanan terkait keamanannya. Beberapa kasus menyebutkan, hilangnya bitcoin dari pemiliknya karena dicuri lewat peretasan menghiasi pemberitaan.
Bitcoin selama ini sebagian besar masih lebih dinilai sebagai aset penyimpan atau pelindung nilai seperti emas.
Bitcoin juga dinilai sebagai mata uang digital yang tidak stabil karena belum banyak digunakan sebagai alat pembayaran, baik dalam bentuk barang maupun jasa. Bitcoin selama ini sebagian besar masih lebih dinilai sebagai aset penyimpan atau pelindung nilai seperti emas.
Sejumlah pihak, seperti Overstock, menerima bitcoin untuk pembayaran. Bitcoin juga diduga digunakan oleh mereka yang tidak percaya pada sistem perbankan atau penjahat hingga teroris yang ingin mencuci uang.
Sebagai perusahaan yang tengah naik daun, langkah investasi dan rencana menerima bitcoin sebagai sarana pembelian produk oleh Tesla menarik perhatian sekaligus menarik untuk dilihat. Ini seperti mempertegas info yang menyebutkan bahwa sejumlah lembaga keuangan juga mulai menyimpan aset mereka dalam bentuk aset kripto khususnya bitcoin. Karena kecenderungan itu pula muncul proyeksi bahwa harga satuan bitcoin bisa menembus Rp 2 miliar tahun depan.
REUTERS/ALY SONG/FILE PHOTO
CEO Tesla Inc Elon Musk saat berpidato dalam upacara peluncuran tempat produksi mobil Tesla model Y di Shanghai pada 7 Januari 2020. Musk kerap menarik perhatian publik soal mata uang digital melalui akun media sosial.
Apakah perusahaan besar lain akan mengikuti jejak Tesla? Belum ada kejelasan soal itu, minimal dalam jangka waktu dekat. Industri kendaraan seperti Tesla adalah bisnis yang membutuhkan nominal besar. Kondisi itu dinilai cocok bagi praktik penggunaan bitcoin.
Namun, perubahan harga bitcoin dan mata uang kripto yang cenderung liar dapat menjadi risiko yang signifikan bagi pedagang mana pun yang memutuskan untuk menerimanya.
”Tesla bijaksana untuk mengumumkan bahwa mereka akan menganggap investasinya di bitcoin sebagai aset alternatif. Itu tentu saja tepat karena bitcoin mungkin akan lebih diterima sebagai mata uang, tetapi itu bukan uang tunai,” kata Anthony Michael Sabino, profesor hukum di St John University.
Tesla mengatakan bulan lalu bahwa perusahaan itu memiliki kas dan setara kas senilai 19,4 miliar dollar AS. Hal itu terjadi setelah perseroan menjual saham baru untuk memanfaatkan kenaikan pasar saham.
Dan Ives dari Wedbush Securities mengatakan, langkah tersebut memberi Tesla ”lebih banyak fleksibilitas untuk lebih mendiversifikasi dan memaksimalkan imbal hasilnya dana tunai”.
Tesla berada dalam posisi unik untuk menerima mata uang digital sebagai alat pembayaran. Sebab, produsen mobil itu tidak bergantung pada jaringan diler yang dimiliki secara independen untuk menjual kendaraannya. Hal itu tidak seperti perusahaan mobil tradisional, katakan General Motors dan Ford.
”Tampaknya, selain merangkulnya sebagai pelindung nilai untuk kepercayaannya sendiri atau asetnya sendiri, (Musk) juga menerimanya sebagai alat transaksional,” kata Michael Venuto, manajer portofolio dari lembaga Amplify Transformational Data Sharing.
Mirip dengan Tesla, MicroStrategy Inc, sebuah perusahaan yang berbasis di Virginia, mengumumkan pada Agustus lalu bahwa mereka akan menggunakan sebagian dari kelebihan kas di neraca untuk berinvestasi dalam aset alternatif, seperti bitcoin. Langkah tersebut telah membuahkan hasil sejauh ini.
Pada 2 Februari lalu, perusahaan analisis bisnis itu mengaku memiliki 71.079 bitcoin yang dibeli dengan harga agregat 1,15 miliar dollar AS sejak musim panas lalu. Nilai bitcoin tersebut itu kini tidak kurang dari 3,16 miliar dollar AS.
REUTERS/DADO RUVIC/ILLUSTRATION/FILE PHOTO
FILE PHOTO: Representations of Bitcoin, Saudi riyal, yuan, Turkish lira, pound, U.S. dollar, ruro and Jordanian dinar banknotes are seen in this illustration taken January 6, 2020.
Sejumlah pakar menilai, hanya soal waktu bitcoin akan digunakan lebih luas sebagai alat pembayaran. Diperkirakan dari ukuran waktu, butuh waktu paling tidak lima tahun dari sekarang.
”Saya pikir tren ini tidak dapat dihindari,” kata Richard Lyons, profesor keuangan di University of California di Berkeley, tentang bitcoin dan mata uang digital lain sebagai alat pembayaran. ”Kita lihat lima tahun ke depan. Ini tidak akan terjadi dalam semalam.” (AP/BEN)