Dapatkah Dokter Dipercaya?
Kepercayaan masyarakat terhadap dokter terbentuk melalui proses panjang. Kemajuan teknologi harus dipayungi oleh etika kedokteran serta sumpah dokter agar kepentingan dan keselamatan pasien dapat terjamin.
Kami sekeluarga mempunyai dokter keluarga yang sudah lebih dari sepuluh tahun merawat kesehatan kami sekeluarga. Beliau berpraktik di sebuah rumah sakit tak jauh dari rumah kami. Meski beliau berpraktik umum, pemahaman beliau mengenai berbagai bidang penyakit cukup mutakhir dan luas. Namun, beliau akan menyarankan kami ke dokter spesialis terkait jika diperlukan.
Ibu saya menderita kanker payudara yang sudah stadium lanjut. Beliau tak mau dirawat di rumah sakit dan memilih untuk dirawat di rumah. Dokter yang merawat beliau di rumah sakit tak keberatan, tetapi ibu harus tetap mendapat pengawasan medis dari tim perawatan di rumah.
Selain itu, ibu harus mendapat obat baik untuk mengurangi nyeri ataupun nafsu makan yang kurang. Obat tersebut harus disuntikkan sehingga kami harus mempunyai perawat di rumah yang secara teratur menyuntikkan obat yang diperlukan ibu sekaligus mengawasi keadaan kesehatan ibu dan melaporkannya kepada dokter.
Kami sudah paham bahwa keadaan sakit ibu parah, kemungkinan sembuh kecil karena kanker payudaranya sudah menyebar ke mana-mana, termasuk ke tulang. Namun, kami meminta pada dokter yang merawatnya agar tidak memberi tahu keparahan penyakit kepada ibu agar beliau tak putus asa.
Justru dalam era kemajuan teknologi kedokteran ini etika kedokteran harus dijunjung tinggi karena peluang untuk pelanggaran etik tersebut menjadi lebih besar.
Suatu waktu dokter memanggil kami dan menyampaikan ibu ingin mengetahui penyakitnya dengan sebenarnya karena ada beberapa hal yang harus diselesaikannya, terutama urusan keluarga dan keuangan perusahaan. Dokter minta izin kepada kami agar dapat memenuhi permintaan ibu. Kami setuju meski kami menyadari bahwa ibu mungkin belum sepenuhnya siap menerima kenyataan.
Umur ibu baru 63 tahun dan bapak baru meninggal setahun yang lalu karena stroke. Kami, anak-anak beliau bertiga, semua sudah berkeluarga dan bekerja serta umumnya sudah mandiri.
Saya tidak tahu bagaimana sikap seorang dokter dalam menghadapi pasien yang penyakitnya sudah sulit disembuhkan. Apakah akan disampaikan sesuai dengan kenyataan ataukah tidak disampaikan kepada pasien, tapi hanya kepada keluarga. Pada hemat saya, dokter harus berkata jujur, tapi di lain pihak juga harus memperhatikan situasi kejiwaan pasien, bahkan juga keluarga.
Sekarang banyak orangtua yang berpesan kepada anaknya jika sakit berat, tak ingin masuk ruang gawat darurat dan ingin meninggal di rumah. Sikap ini menurut saya wajar karena dapat diterima jika orang ingin meninggal di tengah keluarga di kamarnya sendiri, bukan di ruang perawatan intensif yang penuh dengan peralatan medis dan jauh dari keluarga.
Bagaimana sikap kedokteran modern terhadap permintaan pasien yang ingin meninggal di rumah? Selain itu, saya ingin menanyakan apakah dokter sekarang ini masih tetap terikat pada sumpah kedokteran karena tampaknya teknologi sudah mengubah cara pelayanan kedokteran. Peralatan kedokteran, laboratorium semakin penting, dan pemeriksaan dokter seperti biasa, yaitu tanya jawab dan pemeriksaan jasmani tampaknya kurang penting.
Bagaimana pula keharusan dokter untuk berkata jujur, apakah masyarakat masih dapat memercayai dokter di tengah kemajuan teknologi kedokteran yang banyak mengubah cara terapi serta hasil pengobatan? Mungkinkah peran dokter akan tergeser oleh teknologi kedokteran?
S di J
Saya berpendapat kepercayaan masyarakat terhadap profesi kedokteran akan tetap dijaga oleh profesi ini. Dokter tetap akan mengutamakan kesehatan pasien. Perkembangan teknologi sekarang ini memang berjalan amat cepat, termasuk di bidang kedokteran. Kecerdasan buatan (artificial intelligence) telah mulai digunakan untuk mempermudah pengelolaan data dan lain-lain, tetapi hubungan dokter pasien tetap akan penting.
Pada era pandemi Covid-19 ini, kesempatan hubungan dokter pasien secara fisik mungkin terbatas, tetapi dokter tetap yakin bahwa hubungan dokter pasien yang baik akan dapat meningkatkan ketepatan diagnosis serta keberhasilan terapi. Karena itulah, para dokter yakin bahwa kepercayaan masyarakat terhadap dokter merupakan modal yang harus dijaga baik-baik oleh para dokter.
Apakah dokter harus berkata jujur? Ya, dokter tidak diperkenankan menyatakan sesuatu jika tidak didasarkan pada bukti yang sahih. Jika dia belum menemukan adanya kepustakaan atau kesepakatan dalam suatu bidang, dia akan menyampaikannnya seperti itu kepada pasien.
Sering kali sikap ini dianggap sebagai kelemahan bagi sebagian pasien. Mereka menginginkan dokter yang berwibawa, tahu segalanya, dan dapat memutuskan dengan tegas tindakan yang harus dilakukan. Padahal, banyak sekali kasus yang memerlukan pertimbangan serta belum jelas dukungan bukti ilmiahnya.
Dokter akan menyampaikanya kepada pasien bahkan adakalanya dokter harus mengatakan bahwa dia tidak tahu. Dokter yang tidak tahu menjawab pertanyaan pasien bukanlah dokter yang bodoh. Dokter harus jujur menyatakan jika memang hal tersebut belum dapat diputuskan dalam ilmu kedokteran.
Pelayanan terminal
Jika dulu masalah kesehatan utama kita adalah penyakit infeksi akut, sekarang kita mulai menghadapi penyakit kronik. Usia harapan hidup semakin meningkat, jumlah populasi usia lanjut juga bertambah pesat. Bidang kedokteran yang merawat orang usia lanjut semakin berkembang.
Salah satu pertanyaan masyarakat yang penting adalah apakah orangtua saya harus dirawat di ruang perawatan intensif ataukah dapat dirawat di rumah seperti Anda kemukakan. Sebenarnya indikasi perawatan intensif adalah keadaan yang memberikan harapan untuk perbaikan atau sembuh kembali.
Baca juga: Warga Lansia Butuh Layanan Kesehatan Terintegrasi
Namun, karena anak-anak biasanya ingin memberikan perawatan terbaik kepada orangtua mereka, pada keadaan penyakit yang sukar disembuhkan sekalipun orangtua mereka diminta oleh anak-anaknya untuk dirawat di ruang perawatan intensif. Dengan demikian, seolah menjadi kebiasaan semua penyakit berat tidak dipertimbangkan kemungkinan sembuhnya perlu dirawat di ruang perawatan intensif.
Anak-anak merasa kurang berusaha jika orangtua mereka tidak dirawat di ruang perawatan intensif. Keinginan untuk dirawat di rumah, bahkan jika perlu meninggal dengan tenang di rumah, biasanya dikemukaan oleh orangtua.
Kita harus menyadari bahwa perawatan di rumah juga merupakan perawatan yang bermutu sepanjang didukung oleh pemantauan dokter dan tenaga kesehatan yang diperlukan. Perawatan di rumah jauh lebih menyenangkan bagi orangtua yang sakit dan sebenarnya juga baik untuk anak-anak yang menemani.
Layanan kesehatan kita perlu melihat kecenderungan ini dan ikut mendukung terlaksananya perawatan di rumah (home care) yang baik. Salah satu dukungan yang diharapkan adalah dari asuransi kesehatan agar bersedia membiayai perawatan di rumah ini.
Mengenai penyakit pasien yang paling berhak tahu adalah orang yang sakit. Dokter pada prinsipnya perlu memberi tahu kepada pasien sendiri. Namun, dokter perlu mempertimbangkan kapan memberi tahu, bagaimana cara memberi tahu agar informasi tersebut tidak membuat pasien putus asa dan penyakitnya semakin parah.
Sering kali dokter memberi tahu sedikit demi sedikit sambil melihat tanggapan pasien. Tanggapan pasien dapat berbeda, ada yang dapat menerima kenyataan, tetapi banyak juga yang tak dapat menerimanya.
Justru dalam era kemajuan teknologi kedokteran ini etika kedokteran harus dijunjung tinggi karena peluang untuk pelanggaran etik tersebut menjadi lebih besar. Kemajuan teknologi harus dipayungi oleh etika kedokteran serta sumpah dokter agar kepentingan dan keselamatan pasien dapat terjamin. Kepercayaan masyarakat terhadap dokter terbentuk melalui proses panjang dan kewajiban para dokter untuk memelihara kepercayaan tersebut.
Baca juga: Dokter Dipacu Hasilkan Riset dan Inovasi