Sekecil apa pun, peluang perdamaian di Semenanjung Korea harus dimanfaatkan. Harapan damai tak boleh pupus.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Salah satu tokoh kuat di Korea Utara, Kim Yo Jong, mengecam rencana latihan militer Amerika Serikat-Korea Selatan. Kecaman ini patut menjadi perhatian sangat serius.
Dinamika di Semenanjung Korea ditentukan relasi Korea Utara (Korut) dengan Korea Selatan (Korsel). Rencana latihan militer AS-Korsel pada pekan ini menambah kegusaran Pyongyang.
Hubungan Korsel-Korut tampak membaik menjelang pertemuan puncak Pemimpin Korut Kim Jong Un dan Presiden AS Donald Trump pada 2018 di Singapura. Pertemuan mereka dilanjutkan di Vietnam pada 2019.
Namun, harapan tercapainya kesepakatan denuklirisasi tak terwujud. Kim Jong Un ingin sanksi yang memberatkan negaranya secara ekonomi dicabut dan ia akan menghentikan program nuklir. Namun, AS menginginkan dilakukan terlebih dahulu denuklirisasi secara menyeluruh. Program nuklir juga harus dipastikan tak bisa diaktifkan kembali. Setelah itu, baru sanksi dicabut. Titik temu gagal tercapai, kebuntuan terjadi.
Setelah Korsel-Korut tampak mesra pada 2018, hubungan kedua negara memburuk. Korut memperlihatkan rasa curiga. Klimaksnya, kantor penghubung Korsel-Korut diledakkan oleh Pyongyang pada tahun lalu.
Di tengah situasi itu, sejumlah kalangan melihat Kim Jong Un sesungguhnya ingin ekonomi negara membaik. Hal ini telah terlihat saat ia memulai persiapan pertemuan dengan Trump. Baginya, sudah saatnya Korut fokus pada ekonomi dan syarat sukses kebijakan itu ialah pencabutan sanksi.
Pensiunan Jenderal AS, Vincent Brooks, dan pensiunan Jenderal Korsel, Ho Young Leem (keduanya mantan Panglima dan Wakil Panglima Pasukan Gabungan AS-Korsel), menulis dalam Foreign Affairs edisi 29 Juli 2021 bahwa Kim Jong Un mengalihkan fokus kebijakan pada pembangunan ekonomi. Semula menerapkan kebijakan ”Military First”, kini ia memilih menjalankan kebijakan yang mengutamakan ”Massa Rakyat”.
Hal ini peluang bagi Korsel dan AS untuk membangun relasi lebih baik dengan Pyongyang. Ekonomi Korut yang memburuk akibat Covid-19 memerlukan uluran tangan negara lain. Korsel sebagai negara tetangga dapat menginisiasi bantuan kemanusiaan guna mendapat kepercayaan Korut.
Sejumlah kalangan melihat Kim Jong Un sesungguhnya ingin ekonomi negara membaik.
Oleh karena itu, kecaman yang disampaikan Kim Yo Jong, saudara perempuan Kim Jong Un, terhadap rencana latihan militer AS-Korsel perlu mendapat perhatian sangat serius. Kecaman itu menyiratkan keinginan Pyongyang agar Korsel dan AS lebih bertenggang rasa. Latihan militer dua sekutu itu mengancam Pyongyang. Namun, kecaman Kim Yo Jong tak menyebut spesifik ancaman balasan dari Korut dan pernyataannya dinilai ahli tak sekeras biasanya. Hal itu mengisyaratkan Korut tengah bersiap pada kemungkinan pembicaraan dengan AS dan Korsel pada masa mendatang.
Sekecil apa pun, peluang perdamaian di Semenanjung Korea harus dimanfaatkan. Harapan damai tak boleh pupus.