Membentuk karakter peserta didik adalah kebutuhan utama karena pada hakikatnya bangsa Indonesia membutuhkan orang-orang yang memiliki karakter, beradab, sopan santun, dan berakhlak mulia.
Oleh
FX Wibisono
·3 menit baca
Karakteristik generasi Alpha. Sumber: paparan Prof Tian Belawati dari Universitas Terbuka dalam diskusi daring yang diselengarakan Ikatan Alumni Universitas Negeri Jakarta, Rabu (24/2/2021).
Pandemi Covid-19 belum juga menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir. Di lain pihak, tahun ajaran baru 2021-2022 akan segera dimulai. Ada rencana pembelajaran tatap muka, atau PTM, meski masih banyak keraguan.
Bisa dipahami jika orangtua, tenaga pendidik, ataupun peserta didik ragu-ragu walau PTM dibatasi hanya 25 persen jumlah peserta didik, dua hari dalam satu minggu, dan maksimum dua jam durasi belajar dalam setiap tatap muka. Namun, dengan dibatasinya waktu PTM, di sisi lain ada kekhawatiran pada berkurangnya ruang waktu dan materi pembentukan karakter bagi peserta didik kita.
PTM memiliki aspek yang sangat penting bagi peserta didik. Pendidikan moral, etika, sopan santun, disiplin, kerja sama, kepemimpinan, dan jiwa sosial dapat diajarkan secara langsung kepada peserta didik.
Pembelajaran jarak jauh (PJJ) 2020-2021 memberikan data kualitatif mengenai materi pelajaran ataupun kendala-kendala di lapangan. Menurut Mas Menteri Nadiem, dampak permanen dari PJJ sudah mulai terasa.
Ada kesenjangan dalam capaian pembelajaran peserta didik di daerah dengan akses internet, baik di kota maupun di desa. Selain itu, ada masalah lain, seperti putus sekolah, pernikahan dini, dan kekerasan terhadap anak.
Jika pandemi Covid-19 masih tetap mengkhawatirkan pada tahun ajaran 2021-2022, stasiun TVRI yang memiliki jangkauan di seluruh wilayah Tanah Air sebaiknya didayagunakan untuk menambah waktu belajar nasional.
Paket materi pelajaran yang bersifat nasional dan penting dapat disiapkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, sedangkan waktu tayang dapat diatur sedemikian rupa sehingga dapat diikuti oleh semua peserta didik melalui tayangan TVRI.
Saat ini dibutuhkan pendidikan yang berkualitas sehingga kelak dapat melahirkan generasi yang berkarakter: jujur, berbela rasa, dan cinta tanah air.
Membentuk karakter peserta didik adalah kebutuhan utama karena pada hakikatnya bangsa Indonesia membutuhkan orang-orang yang memiliki karakter, beradab, sopan santun, dan berakhlak mulia.
Sangat disayangkan jika satu generasi ”hilang” hanya karena pandemi Covid-19.
FX Wibisono
Jalan Kumudasmoro Utara, Semarang 50148
Kapan ”Daag” Covid-19?
Kasusnya naik turun. Kenapa? Jelas karena tidak disiplin. Mengapa tidak disiplin? Karena tidak mempunyai empati, tidak mau ikut merasakan penderitaan, kesusahan orang atau pihak lain. Tidak bisa atau tidak mau tahu.
Tidak mau membayangkan pengorbanan: jiwa, raga, tenaga, benda, dan waktu, dari para tenaga kesehatan, sukarelawan masyarakat, aparat negara/pemerintah, para penggali kubur, pengubur, dan keluarga mereka, dan beban keuangan negara.
”Gue sehat ini. Pokoknya enggak mau repot”. Sikap demikian itu tidak saja muncul pada masyarakat kebanyakan, tetapi juga mereka yang seharusnya bisa menjadi dan memberi teladan.
Orang tahu protokol kesehatan dan berbagai peraturan pencegahan lainnya, tetapi banyak yang tetap ”membandel”, Apakah ini berarti ”takabur”?
Kebetulan saya mempunyai catatan terjemahan dalam bahasa Indonesia, tulisan HJ van Mook, Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Sayang, sumber bukunya tidak saya catat. Isinya tentang orang Jawa.
Salah satunya demikian. ”Orang Jawa hampir-hampir tidak bereaksi terhadap ketidakadilan terhadap orang di luar lingkungan hidupnya. Bukan kelambanan alamiah, tetapi karena ia bukan apa-apa di luar desanya”.
Bagaimana jika ”ketidakadilan” diganti ”penderitaan” atau semacamnya?
Mudah-mudahan observasi Gubernur Jenderal Belanda itu salah di abad ke-21 ini.
Soegio Sosrosoemarto
Jalan Kepodang I, Bintaro Jaya Sektor 2, Tangerang Selatan 15412