Wakil-wakil rakyat yang sangat berperan mengamputasi KPK semakin tidak peduli dengan rakyat yang diwakilinya. Buat penguasa dan wakil-wakil rakyat itu, semua yang mereka lakukan adalah kebenaran.
Oleh
Sori Siregar
·3 menit baca
Tulisan Yudi Latif berjudul ”Penghancuran Pencapaian” (Kompas, 6/5/2021) buat saya benar-benar menggambarkan kondisi kita saat ini. Ia katakan, ”Tibalah kita pada momen sejarah yang memilukan: menghancurkan kembali apa yang telah susah payah diperjuangkan.”
Ini tidak hanya memilukan, tetapi juga merupakan pukulan telak bagi kita untuk mencapai masa depan yang lebih baik. Kita tidak tahu lagi besok apa yang akan terjadi, karena pemegang kekuasaan seakan-akan memiliki telinga, tetapi tidak mampu mendengar.
Suara hiruk-pikuk membela KPK tidak menyentuh gendang telinganya. Wakil-wakil rakyat yang sangat berperan mengamputasi KPK semakin tidak peduli dengan rakyat yang diwakilinya. Buat penguasa dan wakil-wakil rakyat itu, semua yang mereka lakukan adalah kebenaran, bahkan merasa untuk kepentingan rakyat.
Upaya ini tidak dapat ditolak karena dilakukan berdasarkan undang-undang. Karena itu pula Mahkamah Konstitusi yang sangat kita harapkan mengambil keputusan yang menggembirakan, juga menggunakan undang-undang untuk menolak uji formil dan materiil yang diajukan banyak pihak.
Suara para guru besar saja disepelekan dan tidak dianggap sebagai suara kekhawatiran yang mengingatkan bahwa akan ada bencana menunggu di depan.
Kekecewaan masyarakat mungkin akan berlangsung lama. Namun, perjuangan untuk mencapai keadilan hukum harus tetap dilakukan agar penghancuran pencapaian ini tidak berlangsung terus-menerus.
Sori Siregar
Kompleks RS, Bintaro Jaya Sektor 2, Tangerang Selatan
Kartu Lebaran
Meski telah lewat, suasana Lebaran masih terasa meski mudik tidak dianjurkan. Pemerintah menerapkan larangan mudik untuk mencegah penularan Covid-19 lebih luas.
Tanpa bertemu langsung dengan keluarga besar dan tanpa mengurangi rasa hormat dan arti silaturahmi, ada jalan lain yang dapat dilakukan. Mari kita kembali memberikan ucapan selamat hari raya Idul Fitri ataupun hari-hari lain yang kita rayakan dengan menggunakan kartu. Bisa beli atau kita buat sendiri, lalu dikirim melalui kantor pos.
Kartu ini lebih memiliki makna dan lebih dekat karena ditulis dan ditandatangani oleh pengirim. Kartu dapat disimpan sebagai kenangan yang kelak dapat dibuka kembali sewaktu-waktu.
Inilah kelebihan kartu dibandingkan mengirim ucapan selamat melalui aplikasi pesan singkat yang dibaca sekilas lalu dihapus dalam sekejap.
Vita Priyambada
Kompleks Perhubungan, Jakarta 13620
Vaksin Kosong
Kami memperoleh vaksinnasi pertama di RS B pada 1 April 2021. Dijadwalkan vaksinasi II pada 29 April 2021.
Pada 29 April kami ke RS B dan mendapat info bahwa vaksin habis. Tanggal 4 Mei dikabarkan sudah ada stok dan kami diminta datang Kamis, 6 April. Namun, pada 5 Mei ada info susulan, vaksin habis lagi. Di RS besar lain juga kosong.
Sudah beberapa kali saya telepon, tetap belum ada stok vaksin. Sampai akhirnya saya datang sendiri ke rumah sakit pada awal Mei untuk mendapat kepastian. Saya mendapat jawaban, vaksin masih belum datang dari dinas kesehatan.
Menurut berita di koran lokal, pada 6 Mei 2021 ratusan ribu dosis vaksin Sinovac sudah dikirim ke Indonesia dan sebelumnya ada 157.000 dosis yang sudah diterima di Bali.
Di tengah program vaksinasi yang digencarkan pemerintah, saya bertanya-tanya bagaimana ini bisa terjadi? Bukankah seharusnya vaksinasi dosis II sudah otomatis dialokasikan?
Bagaimana keefektifan vaksinasi dosis I jika jarak yang dianjurkan antara vaksinasi dosis I dan dosis II melebihi rentang yang dianjurkan, yakni 14-28 hari? Apakah harus diulang dari awal?
Mohon pencerahan sehingga kami bisa segera berpartisipasi untuk bersama melawan Covid-19.
Farida S
Denpasar Selatan
Bastar
Artikel Guntur Soekarno, ”RUU BPIP dan Institusionalisasi Pancasila” (Kompas, 30/3/2021), bagus. Menurut saya, tidak mempermalukan mendiang ayahandanya, ”di alam sana”.
Namun, kalau saya boleh nyinyir, ada kata yang mengusik. Kata leitstar (di baris 2 dari bawah, kolom 5) bastar, turunan Jerman (leiten = memimpin) dan Inggris (star = bintang). Kalau mau tidak bastar, seharusnya Leitstern (der Stern = bintang), atau guiding star (bintang pemandu).