Hingga pekan ketiga Maret 2021sudah sekitar 5,9 juta warga Indonesia menerima vaksin. Meski termasuk dini menggelar vaksinasi, Indonesia perlu melaju lagi.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Dalam berbagai kesempatan, Presiden Joko Widodo minta agar program vaksinasi bisa dilaksanakan lebih cepat lagi, seperti disampaikan dalam kunjungan kerja ke Jawa Timur, beberapa hari lalu.
Kita garis bawahi pesan Kepala Negara, yang sejak awal menyebut vaksin sebagai the game changer (sang pengubah permainan). Kita juga sungguh berharap vaksin dan vaksinasi bisa membalikkan situasi, dari bertahan pasif menjadi bertahan aktif. Ini mengingat wabah yang dahsyat itu sudah lebih dari setahun menghantui warga dunia, menginfeksi 124 juta orang hingga pekan ketiga Maret 2021, dan membuat 2,73 juta orang meninggal.
Semua negara, dengan level berbeda, mengambil berbagai langkah yang dibutuhkan untuk menanggulangi wabah virus korona. Semua sumber daya dikerahkan agar wabah bisa segera diatasi. Hal itu bisa dimengerti karena reputasi negara dan pemerintahan dipertaruhkan. Sukses secara efektif menanggulangi wabah merupakan prestasi dan melahirkan reputasi tersendiri, dan sejumlah negara diakui karena hal ini.
Indonesia tentu tak ingin tertinggal dalam ”lomba” penaklukan Covid-19. Sebelum vaksin hadir, yang bisa dilakukan hanya membentengi diri dengan strategi 3M (memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan pakai sabun), yang lalu dilengkapkan menjadi 5M (plus menghindari kerumunan dan mengurangi mobilitas) dan 3T (testing, tracing, treatment). Vaksin menambah sarana kita untuk melawan virus.
Setiap negara ingin mendapatkan vaksin sedini mungkin, sampai orang mengenal istilah ’nasionalisme vaksin’.
Vaksin kita peroleh dengan dana besar dan diplomasi ulung sebab setiap negara ingin mendapatkan vaksin sedini mungkin, sampai orang mengenal istilah ”nasionalisme vaksin”.
Vaksinasi telah dilaksanakan dan diharapkan lajunya makin meningkat dalam bulan mendatang. Tak hanya karena ketersediaan vaksin meningkat, tetapi juga karena tenaga vaksinatornya dan antusiasme masyarakat terus bertambah.
Menjelang bulan Ramadhan, kita berbesar hati dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahwa vaksinasi tak membatalkan puasa. Disepakati, vaksinasi saat Ramadhan bisa dilakukan pada siang hingga malam hari. Selain untuk memberi alternatif bagi masyarakat, hal ini juga diharapkan bisa mempercepat perluasan cakupan vaksinasi di Tanah Air.
Kita berkepentingan agar vaksinasi bisa dilakukan dengan secepat mungkin mengingat banyak hal yang menjadi perhatian kita, mulai dari pemulihan irama kehidupan hingga pulihnya perekonomian. Dengan menyebut perekonomian, hal itu tidak semata-mata dikaitkan dengan pertumbuhan, tetapi pertumbuhan dengan segala rentetannya, khususnya dalam aktivitas yang membuka lapangan pekerjaan dan terjaminnya kesejahteraan masyarakat.
Perjalanan masih panjang dan pekerjaan masih banyak sebab jumlah warga yang harus divaksin berjumlah 181,5 juta orang guna mencapai kekebalan kelompok. Mari kita jaga momentum vaksinasi agar kita dapat segera lepas dari impitan wabah Covid-19.