Revolusi teknologi yang diprediksi ilmuwan dunia akan berlangsung sangat cepat, dengan terjadinya pandemi Covid-19, malah menjadi supercepat. Siapkah bangsa ini?
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Volume konsumsi teknologi digital sudah pasti tak diragukan lonjakannya. Penggunaan teknologi digital meningkat pesat. Laporan harian Kompas, Minggu (21/3/2021), menunjukkan, sejak negeri ini dikepung pandemi Covid-19 per Maret 2020, beragam aktivitas, mulai dari perkantoran hingga sekolah, terus berpindah ke ruang dalam jaringan, daring.
Warga lanjut usia sampai anak-anak dipaksa keadaan menggunakan teknologi digital. Perangkat komputer hingga gawai, tak pelak jadi rebutan antara ayah, ibu, dan anak. Semua membutuhkannya, mulai dari rapat kerja virtual, belanja online, hingga pembelajaran jarak jauh.
Laporan tahunan penggunaan digital global yang dikeluarkan Hootsuite menunjukkan, penggunaan internet di Indonesia per Januari 2021 tumbuh 15,5 persen dibandingkan dengan Januari 2020. Pengguna internet di Indonesia mencapai 202,6 juta warga atau 73,7 persen total populasi penduduk.
Dari sisi waktu, penggunaan internet per hari penduduk Indonesia mencapai 08:52, jauh berada di atas rata-rata penduduk dunia yang hanya 06:54. Indonesia berada di ranking 8 teratas dunia. Namun, perhatian warganet 18 tahun ke atas di Indonesia terhadap misinformasi atau berita palsu masih sangat minim.
Di deretan 40 negara teratas, Indonesia bahkan tidak termasuk di dalamnya. Padahal, kemampuan memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber digital merupakan parameter penting terkait dengan literasi digital.
Belum lama ini, survei Microsoft Digital Civility Index 2021 juga menempatkan warganet Indonesia di peringkat ke-29 terparah dari 32 negara di wilayah Asia Tenggara. Survei itu mengategorikan warganet Indonesia sebagai ”tidak sopan”.
Perilaku berinternet orang dewasa (usia 18-74 tahun) diduga menjadi penyebabnya. Sementara itu, di era pandemi, ketika para anak bergantian menggunakan laptop yang biasa digunakan orangtuanya, menjadi lebih mungkin terpapar berbagai konten terekam yang biasa digunakan para orangtuanya.
Pemerintah pusat hingga daerah perlu bergegas meningkatkan literasi digital warganet, mulai dari orangtua hingga anak didik. Menggencarkan kampanye literasi digital sama pentingnya dengan kampanye perilaku sehat menghadapi virus SARS-CoV-2. Tanpa langkah serius dan sangat cepat, dampaknya tidak kalah berbahayanya dari serangan virus. Segenap lembaga pendidikan dan media perlu dilibatkan.
Percepatan digitalisasi sangat positif apabila diimbangi dengan literasi digital yang kuat. Sebaliknya pun bisa terjadi. Yuval Noah Harari, sejarawan dunia, bahkan berpandangan, era revolusi teknologi informasi yang ditandai berkembangnya kecerdasan buatan bahkan bisa melahirkan kediktatoran digital.
Tanpa sadar, manusia kebanyakan akan tunduk pada informasi yang disuguhkan mesin-mesin algoritma meski tidak relevan bagi kehidupan. Manusia akhirnya menjadi produk semata dan kehilangan kemampuan nuraninya memilah dan memilih informasi yang penting bagi hidupnya.