Kekuatan Genetika Perempuan
Banyak studi dan data menunjukkan kaum perempuan lebih tahan menghadapi penyakit infeksi. Susunan kromosom XX mereka menjadi kunci.
Selama ribuan tahun, perempuan telah direndahkan sebagai jenis kelamin yang lebih lemah. Namun, pandemi Covid-19 kali ini telah membuka selubung bahwa secara genetik, perempuan lebih unggul daripada laki-laki dalam menghadapi penyakit infeksi.
Kajian meta-analisis dari 3.111.714 kasus Covid-19 global yang dilaporkan di jurnal Nature Communication pada Desember 2020 lalu menunjukkan bahwa, pasien laki-laki memiliki peluang hampir tiga kali lipat memerlukan unit perawatan intensif jika terpapar penyakit ini. Ini menyebabkan, tingkat kematian lelaki selama pandemi jauh lebih tinggi dibandingkan perempuan.
Data Satgas Covid-19 pada Selasa (9/3/2021), penderita Covid-19 di Indonesia 50,8 persen perempuan, laki-laki 49,2 persen. Namun, laki-laki yang meninggal 56,4 persen, dibanding perempuan 43,6 persen.
Kerentanan laki-laki yang lebih tinggi selama pandemi ini dipengaruhi oleh dua hal, yaitu fisik dan psikis. Kajian ini diterbitkan di Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) pada 15 Oktober 2020 menyebutkan, sikap dan perilaku perempuan yang lebih berhati-hati berkontribusi pada penurunan kerentanan dan kematian mereka terkait Covid-19.
Dua kromosom X membuat perempuan menyimpan salinan ganda tiap gen. Jika terjadi mutasi atau kerusakan DNA, ada cadangan.
Survei di delapan negara menunjukkan mereka lebih serius menganggap virus SARS-CoV-2 pemicu Covid-19 sebagai masalah kesehatan daripada laki-laki sehingga lebih mungkin mematuhi kebijakan kesehatan.
Sedangkan dari segi fisik, respons imun tubuh lelaki dan perempuan memang berbeda. Dalam kajiannya di British Medical Journal (BMJ) tahun 2017, Kyle Sue menunjukkan, lelaki menghasilkan imunologi lebih lemah, selain punya banyak morbiditas. Ini membuatnya berisiko meninggal lebih tinggi jika terpapar penyakit pernapasan oleh virus. Akibatnya, tingkat kematian laki-laki lebih tinggi daripada perempuan saat wabah sindrom pernapasan akut parah (SARS) pada 2002-2003, yaitu 21,9 persen dibanding 13,2 persen.
Dalam kasus Covid-19, perilaku laki-laki yang tidak sehat, seperti merokok, menyebabkan mereka cenderung mengalami hipertensi dan penyakit jantung di usia lebih muda. Padahal, penyakit jantung dan hipertensi merupakan komorbid paling berisiko jika terkena Covid-19.
Ini diperkuat dengan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menunjukkan, perempuan rata-rata hidup enam hingga delapan tahun lebih lama daripada lelaki.
Superioritas gen perempuan
Laki-laki dan perempuan sebenarnya memiliki sekitar 20.000 gen yang sama. Satu-satunya perbedaan fisik dalam susunan genetik mereka adalah pada kromosom seks. Laki-laki memiliki kromosom seks X dan Y, dan perempuan memiliki dua kromosom X.
Dalam bukunya The Better Half: On the Genetic Superiority of Women (2020), ahli saraf dan evolusi biologi dari Amerika Serikat, Sharon Moalem memaparkan, keberadaan dua kromosom X adalah rahasia kesuksesan perempuan dalam bertahan hidup.
Kromosom X adalah pembangkit tenaga genetik kromosom seks, yang mengandung lebih dari 1.000 gen yang mengatur sejumlah besar proses seluler penting. Sebaliknya, kromosom Y adalah makhluk kerdil yang hanya membawa sekitar 70 gen, yang sebagian besar terlibat dalam produksi sperma.
Bca juga: Membumikan Genetika Manusia Indonesia
Pada genetik perempuan, hanya satu dari dua kromosom X mereka yang dibutuhkan, sehingga kromosom X kedua dinonaktifkan atau \'\'dibungkam\'\' ketika orang tersebut hanyalah sekumpulan sel di dalam rahim. Kromosom X yang dibungkam akan terkondensasi menjadi sedikit puing seluler yang disebut badan Barr.
Namun, kromosom X kedua dalam sel genetik perempuan sebenarnya adalah rencana cadangan genetik, membantu sel, dan perempuan, untuk bertahan hidup dengan memberikan garis kehidupan genetik ketika keadaan menjadi sulit.
Dua kromosom X membuat perempuan menyimpan salinan ganda tiap gen. Jika terjadi mutasi atau kerusakan DNA, ada cadangan. Berbeda dengan lelaki. Jika sel rusak seiring waktu, laki-laki memiliki risiko penyakit lebih besar.
Katakanlah Anda mewarisi gen yang rusak pada kromosom X dari ibu Anda yang mungkin terkait dengan masalah perkembangan. Jika Anda juga mewarisi kromosom X dari ayah Anda yang membawa salinan fungsional gen itu, Anda memiliki cadangan, pengganti, untuk gen yang salah itu. Tetapi jika Anda mewarisi kromosom Y dari ayah Anda, Anda terjebak dengan kromosom yang salah itu.
Inilah mengapa apa yang disebut \'\'X-linked \'\' atau kelainan genetik hampir seluruhnya mempengaruhi laki-laki. Jadi, lebih dari 100 gen yang terkait dengan kecacatan telah ditemukan pada kromosom X.
Keunggulan lain
Dalam buku ini, Moalem memperluas keunggulan kromosom XX untuk menjelaskan berbagai faktor kehidupan, mulai dari peningkatan umur panjang perempuan hingga insiden autisme yang lebih rendah. Tidak dapat disangkal bahwa perempuan jauh lebih kecil kemungkinannya untuk menderita kelainan genetik terkait-X, yang mencakup segala hal mulai dari sindrom Hunter hingga buta warna, karena mereka biasanya memiliki kromosom X yang tidak terpengaruh.
Memang, dalam kasus penglihatan warna, Moalem berpendapat bahwa memiliki kromosom X kedua dapat memberi beberapa perempuan "kekuatan super visual", memungkinkan mereka untuk melihat 100 kali rentang warna biasanya karena keragaman ekstra reseptor yang mereka bawa pada beberapa X mereka.
Sekalipun buku ini ditulis sebelum pandemi, tetapi dalam uraiannya melalui Twitter, Moalem menggambarkan kepemilikan kromosom XX sebagai "keunggulan genetik perempuan" dalam menghadapi Covid-19. Virus SARS-CoV-2 diketahui menggunakan protein paku sebagai kunci untuk "membuka" protein reseptor di luar sel manusia kita, yang disebut ACE-2.
Baca juga: Tes DNA, Cari Asal Usul hingga Ubah Pola Hidup
Karena protein ACE-2 ada di kromosom X, laki-laki akan memiliki versi ACE-2 yang identik di semua sel mereka, jika virus dapat membuka satu, itu dapat membuka semua. Perempuan, bagaimanapun, memiliki dua gen ACE-2 yang berbeda pada dua kromosom X mereka, yang mungkin mempersulit virus Covid-19 untuk membobol semua sel mereka, karena harus membuka dua protein berbeda.
Selain itu, setelah ACE-2 "tidak terkunci", ia tidak dapat menjalankan fungsinya, yang dalam kasus sel paru-paru, adalah membersihkan penumpukan cairan selama infeksi. Jadi laki-laki, dengan semua protein ACE-2 mereka terpengaruh, akan menderita ini lebih dari perempuan. Dengan penjelasan ini, Moalem percaya ini mungkin "keuntungan penting" yang dimiliki perempuan pembawa XX dibandingkan laki-laki pembawa XY dalam kematian infeksi Covid-19.
Masalah autoimun
Penjelasan Moalem ini sangat menarik, yang mengukuhkan keunggulan gen perempuan menghadapi penyakit pernafasan karena korona seperti SARS dan Covid-19. Namun demikian, laporan WHO pada 2020 menunjukkan, perempuan ternyata lebih banyak jadi korban influenza H1N1. Perempuan dewasa yang meninggal selama pandemi flu burung H5N1 pada 2008 juga 1,6 kali lebih banyak daripada laki-laki.
Kajian Sabra L Klein yang dipublikasikan di Journal Leucoyte Biology pada 2012 menyebutkan, selama infeksi virus influenza, perempuan mengalami induksi respons proinflamasi lebih besar daripada laki-laki. Respons proinflamasi meningkat mengaktivasi sel inflamasi, protein, dan memicu imunopatologi pada perempuan.
Imunitas lebih tinggi pada perempuan ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi memberi perlindungan dari virus, tetapi berkontribusi pada pengembangan imunopatologi dan autoimunitas. Kondisi ini pula yang menyebabkan sekitar 80 persen penyakit autoimun diderita perempuan, termasuk di antaranya Multiple Sclerosis gangguan saraf pada otak, mata, dan tulang belakang.
Jadi, sekalipun secara umum perempuan memiliki usia harapan hidup lebih panjang dan memiliki daya tahan lebih baik terhadap penyakit infeksi, tetapi mereka juga punya sejumlah kelemahan. Seperti dikaji dua peneliti biologi molekuler dari Weizmann Institute of Science, Israel, Gershoni dan Pietrokovsk di jurnal BMC Biology (2017), perawatan harus didasarkan pada studi terhadap kedua jenis kelamin. .
Dengan mengukur RNA yang dihasilkan oleh 18.670 gen di 53 jaringan berbeda pada tubuh manusia, kedua peneliti ini menemukan sekitar sepertiga dari gen yang diteliti (lebih dari 6.500) memiliki aktivitas yang sangat berbeda pada laki-laki dan perempuan. Beberapa gen aktif hanya pada laki-laki atau perempuan saja. Banyak gen jauh lebih aktif dalam satu jenis kelamin atau lainnya.
Beberapa dari gen ini menunjukkan aktivitas bias jenis kelamin di setiap jaringan tubuh. Lebih umum, perbedaan terlihat pada satu atau beberapa jaringan. Sebagian besar gen ini tidak berada pada kromosom seks: hanya sedikit yang terletak di Y atau X.
Bagaimana sepertiga perilaku gen laki-laki dan perempuan bisa berbeda, padahal mayoritas strukturnya sama--selain perbedaan pada gen seks itu?
Kita sekarang memahami bahwa protein bekerja di jaringan yang luas. Ubah jumlah satu protein yang diproduksi oleh satu gen, dan Anda mengubah jumlah semua protein yang diproduksi oleh banyak gen dalam rantai komando yang panjang. Kita juga tahu bahwa hormon memiliki pengaruh yang kuat pada aktivitas gen. Misalnya, testosteron dan estrogen meningkatkan atau menurunkan banyak gen dalam jaringan reproduksi dan tubuh.
Baca juga: Peran Perempuan Prasejarah Lebih Luas dari Sekadar Urusan Domestik
Studi ini menunjukkan perbedaan besar dalam ekspresi gen yang sebelumnya dianggap penting untuk metabolisme obat, yang dapat menjelaskan mengapa laki-laki dan perempuan merespons dengan sangat berbeda. Bukti menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan berbeda secara genetik jauh lebih dalam dari yang telah kita sadari sebelumnya.
Perbedaan ini menunjukkan, perempuan dan laki-laki, masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahan yang berbeda. Perbedaan yang justru saling melengkapi dan menguatkan.
Selamat Hari Perempuan Internasional!