Clubhouse Menjadi Tanda Akhir Zaman bagi Medsos Jorok
Aplikasi media sosial berbasis suara, Clubhouse, menjadi fenomena baru di tengah banjir disinformasi. Kemunculan Clubhouse menjadi tanda berakhirnya masa-masa konten antah berantah bertengger di media sosial.
Oleh
Andreas Maryoto
·5 menit baca
Awal pekan ini, publik ramai membahas media sosial baru bernama Clubhouse. Media ini berbasis perbincangan suara dan baru bisa diunduh di iOS karena masih berupa versi beta. Clubhouse menjadi penegas bahwa konten-konten bermutu di media sosial dibutuhkan orang, bahkan ketika mereka harus membayar sekalipun.
Media sosial lama, seperti Facebook dan Twitter, serta layanan mesin pencari Google tengah berbenah. Mereka sepertinya menyadari konten bermutu tetap dicari orang. Di samping itu, mereka tidak ingin mendapatkan citra buruk sebagai tempat bermukim konten hoaks, ujaran kebencian, dan juga misinformasi. Bisnis dengan citra buruk memang tak akan bertahan lama.
Facebook tengah melakukan uji coba di beberapa negara, salah satunya di Indonesia, untuk menekan unggahan politik. Facebook ingin menjadi media sosial yang ramah terhadap keluarga dan juga menjadi ajang pertemanan, seperti ketika mereka berdiri pada awalnya. Uji coba ini dilakukan di grup-grup kecil. Hasil uji coba ini akan digunakan untuk membuat langkah mengenai aliran konten-konten pada masa depan.
Twitter telah tegas menghapus konten-konten yang mengandung misinformasi, ujaran kebencian, dan kabar bohong. Tidak tanggung-tanggung, mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump pun ”dihadiahi” hukuman akun Twitter-nya dihapus untuk selamanya. Ia tidak bisa lagi mengaum di media sosial ini.
Mesin pencarian Google sejak tahun lalu membangun Google News Showcase. Mereka ingin mengumpulkan media-media dengan konten bermutu dan terkurasi. Melalui proyek itu, mereka membagi sebagian kecil penghasilannya kepada media yang mau bergabung. Sejumlah media di Perancis telah melakukan kesepakatan sehingga selama tiga tahun ke depan mereka akan menerima sejumlah uang dari Google.
Untuk proyek ini, Google mengalokasikan uang sekitar 1 miliar dollar AS. CEO Google dan Alphabet Inc Sundar Pichai mengatakan, pihaknya mempunyai niat untuk mengorganisasi dunia informasi sehingga informasi menjadi bermanfaat dan bisa diakses masyarakat banyak. Langkah itu diambil karena kenyataan orang membutuhkan informasi bermutu. Google menghargai berita yang dibangun dari jurnalisme berkualitas karena akan mendorong masyarakat lebih demokratis.
Secara pribadi ia mengenang masa kecilnya yang dipenuhi dengan informasi berkualitas. Sundar kerap menunggu orangtua dan kakeknya selesai membaca koran seusai makan pagi sehingga ia bisa mengonsumsi berita, khususnya berita olahraga. Oleh karena itu, tidak mengagetkan apabila ia mendukung konten-konten yang bermutu berkembang di platformnya.
Clubhouse yang didirikan April tahun lalu langsung mencitrakan diri sebagai media sosial yang bermutu alias bukan recehan. Di penjelasan tentang Clubhouse seperti terdapat di dalam situsnya, media sosial ini menyebutkan bahwa platform memungkinkan orang di berbagai belahan dunia berbincang, mendengar, dan belajar secara langsung. Kata ”belajar” di dalam tujuan kehadiran media sosial ini menjadikan orang yang masuk bisa menambah ilmu dan pengetahuan tentang suatu topik.
Valuasi Clubhouse secara perlahan tetapi pasti terus meningkat, dari semula mendapatkan pendanaan Seri A, yaitu sekitar 12 juta dollar AS, kemudian pada akhir tahun valuasinya menjadi 100 juta dollar AS, dan pada Januari 2021 telah bernilai 1 miliar dollar AS. Dalam waktu dekat, aplikasi ini bisa diunduh di sistem operasi Android. Mereka terus melakukan perbaikan teknologi dan layanan agar ketika dibuka bisa diakses dengan mudah. Beberapa orang di Indonesia yang memiliki iPhone telah mulai menggunakan media sosial ini.
Usaha rintisan ini makin populer juga karena diangkat oleh pemilik mobil listrik Tesla, Elon Musk. Ia menyebut Clubhouse di dalam sebuah wawancara dengan media. Awal Februari lalu, ia mengatakan di dalam sebuah unggahan di Twitter, ia bersedia untuk berbincang dengan artis Kanye West. Ia juga menyatakan bersedia untuk berbincang dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di media sosial baru itu.
Di dalam Clubhouse kita bisa membuat ruang-ruang untuk berbincang. Kita juga bisa ikut di dalam grup-grup perbincangan yang sudah ada, seperti kelompok obrolan tentang musik, kesehatan, olahraga, dan kepemimpinan.
Meski demikian, untuk masuk ke dalam media sosial ini, sementara kita masih bergantung pada orang yang mau mengundang kita. Kita belum bisa langsung masuk dan menggunakannya karena kita harus berada di daftar tunggu terlebih dulu.
Salah satu fitur di dalam media sosial ini adalah sistem pembayaran yang bisa digunakan apabila kita ingin membuat acara yang berbayar. Oleh karena itu, orang-orang yang ingin bergabung dalam salah satu grup belum tentu gratis. Fasilitas ini menegaskan bahwa mereka yang hadir memang ingin belajar dan menambah ilmu sekalipun harus membayar.
Kehadiran Clubhouse dengan model bisnis itu sepertinya bakal menggerus bisnis event, terutama yang berfokus pada acara-acara perbincangan. Apalagi di tengah pandemi, maka Clubhouse menjadi cara yang aman dan nyaman untuk berbincang. Ke depan, orang-orang yang sibuk mungkin akan lebih banyak menongkrong di media sosial yang satu ini untuk menambah ilmu ataupun membagi ilmu.
Kita menunggu Clubhouse bisa diakses baik di sistem operasi iOS maupun Android. Banyak orang yang tak sabar. Mereka penasaran.
Mungkin karena kesal menunggu, beberapa orang bertindak anarkistis. Sejumlah aplikasi dengan nama sama di Google Play Store dinilai sangat rendah, yaitu diberi angka 1 dan juga diberi komentar buruk. Akibatnya, peringkat aplikasi bernama Clubhouse itu jatuh. Padahal, itu bukan aplikasi media sosial Clubhouse yang sedang naik daun ini. Ada-ada saja!
Lebih dari semua itu, Clubhouse bakal menjadi tanda berakhirnya masa-masa konten antah berantah bertengger di media sosial. Di tengah perusahaan teknologi pemilik platform melakukan pembenahan agar mereka bisa menyediakan informasi yang akurat, Clubhouse langsung masuk ke pasar yang ditunggu banyak orang.
Publik yang menghargai informasi akurat masih lebih banyak dibandingkan mereka yang suka berbagi kabar bohong.