Rencana Bisnis di Balik Integrasi Whatsapp, Facebook, dan Instagram
Facebook mengintegrasikan data di ketiga platform mereka, yaitu Instagram, Facebook, dan Whatsapp. Mengapa?
Oleh
Andreas Maryoto
·6 menit baca
Beberapa waktu lalu, seorang kenalan yang mempunyai akun Facebook diminta untuk mengubah nama akunnya dengan nama asli. Ia memang menggunakan nama samaran dan Facebook mendeteksi nama akun itu bukan nama asli. Rupanya inilah salah satu langkah awal Facebook Inc dengan memastikan identitas akun untuk mengintegrasikan tiga data di platform mereka, yaitu Facebook, Instagram, dan Whatsapp.
Langkah berikutnya pada Oktober tahun lalu, Facebook mengintegrasikan data di Instagram dengan data di Facebook. Semula data kita berikut dengan perilaku kita di kedua platform itu disimpan di silo terpisah, tetapi kini terhubung dan bisa saling komunikasi. Sebagai contoh, ketika kita sering melihat akun-akun otomotif di Instagram, tak lama kemudian kita kerap disodori laman-laman e-dagang yang menjual kendaraan. Perilaku kita di Instagram menjadi informasi berharga bagi fitur perdagangan Facebook.
Pada awal Januari ini, Facebook melangkah lebih lanjut, yaitu mengintegrasikan data di ketiga platform mereka, yaitu Instagram, Facebook, dan Whatsapp. Perilaku kita di tiga platform itu akan saling terhubung dan identitas serta perilaku kita mudah dipetakan berdasar percakapan kita, baik teks maupun suara melalui Whatsapp, kemudian perilaku visual kita melalui Instagram, serta setidaknya pemikiran dan kegemaran melalui Facebook.
Semua data itu akan makin komplet karena Facebook Inc mengetahui nomor telepon pintar kita, lokasi rumah, lokasi kantor, gawai yang digunakan, waktu menggunakan gawai, dan lain-lain. Mereka juga mengetahui kebiasaan kita mulai dari waktu bekerja, waktu istirahat, waktu membuka akun media sosial, hingga lama waktu berada di media sosial.
Mereka paham hobi kita dan kebiasaan kita selama di media sosial. Profil kita di Facebook Inc mungkin lebih lengkap dibandingkan dengan yang dimiliki oleh dinas kependudukan dan catatan sipil. Facebook Inc juga mengetahui relasi kita berdasar grup Whatsapp hingga grup di Facebook yang kita ikuti.
Sebelum kita masuk ke masalah-masalah yang mungkin muncul terkait dengan integrasi, ada baiknya kita mengetahui latar belakang berbagai perubahan di Facebook Inc itu. Perubahan memang sebuah kepastian di perusahaan teknologi. Mereka tidak bisa berleha-leha setelah membuat pencapaian. Mereka harus terus melakukan inovasi. Beberapa tahun lalu, ketika Facebook mulai bermasalah dari sisi bisnisnya, mereka langsung melakukan pembenahan.
Instagram kemudian lebih kencang lagi menjadi sumber pendapatan Facebook Inc. WhatsApp pada awal mulanya bermasalah karena CEO waktu itu yang tak lain adalah pendiri platform itu tidak bersedia untuk ”membisniskan” platform itu. Mark Zuckerberg mungkin tak sabar hingga CEO WhatsApp diganti. Facebook Inc kemudian memikirkan model bisnis dari platform ini karena aplikasi yang mirip di China, yaitu WeChat, sudah menemukan model bisnis. Mereka bisa memasang produk dan sistem pembayaran.
Tantangan mereka berikutnya adalah Tiktok. Tiktok berhasil menggaet pasar yang lebih muda, yaitu mereka yang berumur di bawah 20 tahun. Facebook Inc berusaha masuk di pasar ini, tetapi gagal. Mereka sudah pernah membuat platform sejenis, tetapi penggunanya hanya mencapai 600.000. Mereka kemudian membuat fitur Reels di Instagram. Sejah ini, Reels juga belum bisa menyaingi kepopuleran Tiktok. Oleh karena itu, wajar apabila Facebook Inc terus mencari cara agar bisnisnya langgeng.
Dalam konteks integrasi tiga platform, Facebook Inc dengan mudah memanfaatkan data itu untuk kepentingan pemasaran, seperti pemasangan iklan dan lain lain. Lebih lanjut, mereka paham perilaku kita hingga Facebook Inc pun menyediakan fasilitas untuk berjualan, baik di Facebook maupun Instagram. Suatu saat, sangat mungkin fasilitas atau fitur jual beli akan muncul di Whatsapp sehingga mereka memberikan tawaran produk terkait dengan perilaku kita.
Facebook Inc pasti akan melanjutkan integrasi dengan membuat sistem pembayaran di platform itu. Dua tahun lalu mereka pernah membangun Facebook Pay dan Whatsapp Pay. Orang tidak perlu lagi keluar dari platform ketika mereka ingin membeli berbagai produk yang sedang diamati di ketiga platform. Dari sini, data kita yang dimiliki oleh Facebook sudah bisa memberi penawaran produk kemudian menyediakan laman penjualan dan kemudian sistem pembayaran.
Setelah itu, sesuatu yang dulu sempat menghebohkan adalah Facebook akan mempunyai mata uang sendiri. Mereka berpikir, setelah mempunyai kerumunan dengan jumlah akun sekitar 3 miliar dan kemudian berhasil dalam memperkirakan perilaku serta menggunakannya untuk kepentingan pemasaran, maka langkah berikutnya lebih mudah. Fitur perdagangan mereka mampu menarik transaksi besar. Ketika semua ini dilengkapi dengan sistem pembayaran, dengan mudah mereka pun dapat membuat mata uang sendiri.
Rencana itu mungkin tak lama lagi. Kita ingat pada 2017 telah muncul rumor rencana Facebook membuat mata uang digital itu. Dua tahun kemudian, Facebook diketahui berniat membuat mata uang digital sendiri dengan teknologi rantai blok (block chain) yang diberi nama Libra. Untuk tahap awal, mereka akan mematok nilai 1 libra sama dengan 1 dollar AS.
Saat mendengar Facebook hendak meluncurkan mata uang, publik menjadi heboh. Penyebabnya karena mereka memiliki beberapa keunggulan, seperti telah merekam semua data pengguna, sehingga mengetahui secara akurat pola pengeluaran para penggunanya serta, karena jumlah pengguna besar, rencana peluncuran mata uang Libra bakal mengguncang industri keuangan global.
Meski sebenarnya informasi mengenai hal ini telah bocor pada Desember 2018, hal itu tak segera mendapat perhatian publik. Saat itu, Bloomberg mengabarkan mereka membangun mata uang digital dan akan diuji coba di India karena di negara ini banyak pengiriman remitansi dari para tenaga kerja di luar negeri.
Kini rencana itu makin mendapat perhatian dari berbagai kalangan, secara khusus industri keuangan dan bank sentral. Mereka bakal terdisrupsi lagi apabila Facebook Inc jadi mengeluarkan mata uang. Bagi para pengguna, langkah itu memang bakal memudahkan. Sekali lagi, para pengguna tidak perlu keluar dari platform. Apalagi, integrasi ketiga platform juga dilakukan untuk layanan pengiriman pesan. Oleh karena itu, seperti sistem pembayaran yang lain, mereka dengan mudah melakukan pengiriman uang dari akun-akun di tiga platform itu.
Sekarang kita membahas risiko-risiko yang bakal muncul. Saat kita menyetujui syarat dan ketentuan baru dari penggunaan ketiga akun itu, sudah pasti privasi kita relatif tidak ada lagi. Facebook Inc telah mengetahui semua data kita luar dalam. Mereka juga tahu interaksi kita di dalam ketiga platform itu. Mereka bisa membandingkan kontak dan interaksi di dalam ketiga platform tersebut. Mereka bakal tahu hal-hal detail yang terkait dengan kehidupan kita setiap saat.
Kini, pilihan di tangan anda, menyetujui integrasi dengan risiko privasi yang makin telanjang atau tidak setuju yang berarti keluar dari platform itu dengan segala risiko yang timbul, seperti keribetan dalam penggunaan platform baru. Saat ini, banyak orang bermigrasi ke platform lain dengan alasan tidak mau privasinya diintip Facebook Inc.
Pada masa lalu, perusahaan teknologi ini menimbang keras untuk masuk ke dalam sisi bisnis Whatsapp karena banyak pesaing yang siap menerkam begitu mereka komersial. Pemain media penyedia layanan percakapan di berbagai negara siap untuk menggantikan Whatsapp karena yakin platform ini belum membentuk ketergantungan. Akan tetapi, kini Facebook Inc telah mengetahui ketergantungan orang pada platform itu sehingga langkah-langkah komersial bisa segera dilakukan.