Joe Biden dan Xi Jinping sadar, meski muncul berbagai perbedaan serius dan persaingan keras, ada hal penting yang dapat menjadi dasar kerja sama China-AS, yakni isu perubahan iklim serta denuklirisasi Korea Utara.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Pembicaraan telepon Presiden Amerika Serikat Joe Biden dengan Presiden China Xi Jinping memberi isyarat penting bagi pola kelanjutan relasi kedua negara.
Hubungan Amerika Serikat (AS) dengan China menjadi faktor penting tata dunia. Perdagangan global, perkembangan teknologi dunia, serta pembangunan dan pengerahan kekuatan militer sejumlah negara ditentukan relasi mereka.
Ada perbedaan mendasar antara AS dan China. Dalam isu Taiwan, pemerintahan AS yang dipimpin Biden berada pada posisi mendukung keterpisahan pemerintahan pulau itu dari China daratan. Sebaliknya, Beijing tentu saja kokoh dengan sikap bahwa Taiwan merupakan isu domestik karena wilayah pulau itu bagian dari China.
AS juga mengkritik keras China dalam isu Uighur karena dinilai telah terjadi pelanggaran hak asasi terhadap warga minoritas itu. Pemerintah China membantahnya. Warga etnis ini, menurut Beijing, justru tengah didorong terus agar lebih sejahtera lewat aneka bantuan dan program pemberdayaan.
Perbedaan sikap terjadi pula dalam isu Hong Kong. AS menyoroti China yang dinilai represif dalam menangani gerakan pro-demokrasi. Sebaliknya, Beijing tak menyediakan ruang tawar-menawar dalam isu Hong Kong karena wilayah itu bagian tak terpisahkan dari China.
Seperti pada masa presiden sebelumnya, Biden mewaspadai peningkatan kehadiran China di Laut China Selatan. Sengketa teritorial China dengan sejumlah negara di perairan itu mendapat perhatian serius dari Biden. Bahkan, untuk pertama kalinya dalam sejarah, Washington membentuk unit khusus pengkaji kebijakan militer terhadap China di Departemen Pertahanan AS. Hal itu menunjukkan, aspek militer dalam menghadapi China dipandang krusial oleh Biden.
Dalam bidang perdagangan dan pengembangan teknologi, Biden tetap melihat China sebagai pesaing. Kebijakan perdagangan yang keras terhadap China akan diteruskannya. Washington juga mendorong pengembangan teknologi, terutama 5G, agar bisa bersaing dengan China secara memadai.
Meski demikian, Biden dan Xi sadar, selain berbagai perbedaan serius dan persaingan keras, ada hal penting yang dapat menjadi dasar kerja sama kedua negara, yakni isu perubahan iklim serta denuklirisasi Korea Utara. Berbeda dengan Presiden Donald Trump, Biden memang mendukung partisipasi AS dalam mitigasi perubahan iklim.
Kesediaan Biden berbicara dengan Xi pada Kamis (11/2/2021) pagi waktu Beijing, atau menjelang Perayaan Tahun Baru Imlek 12 Februari, juga dinilai media China, Global Times, sebagai niat baiknya untuk membangun hubungan lebih konstruktif di antara kedua negara. Meski demikian, diakui oleh kedua pihak, tingkat persaingan dan perbedaan kepentingan AS-China pada masa mendatang terus tinggi.
Dunia kini menanti bagaimana hubungan kedua negara akan berlangsung dan dikelola. Sejarah bakal mencatatnya.