Menghargai perbedaan merupakan dasar dari pendidikan karakter. Ini dapat terwujud jika sekolah/guru menghadirkan nilai-nilai keberagaman dalam kegiatan belajar mengajar dan pergaulan di sekolah.
Oleh
Redaksi
·3 menit baca
Kasus SMK Negeri 2 Padang, Sumatera Barat mengingatkan kita pada kasus-kasus serupa di sejumlah daerah yang pernah menjadi perbincangan publik. Pada semua kasus tersebut, baik kewajiban maupun pelarangan penggunaan atribut agama di sekolah negeri, terjadi di mana mayoritas menjadi penentu.
Hal ini menimbulkan pertanyaan, bagaimana pendidikan di masyarakat yang sangat majemuk ini telah dijalankan. Sekolah di mana pendidikan formal diselenggarakan seharusnya menjadi tempat penyemaian nilai-nilai keberagaman yang menjadi kekayaan bangsa ini.
Paling tidak sejak sekolah dasar, siswa diajarkan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa majemuk, yang terdiri dari berbagai suku bangsa, bahasa, agama/kepercayaan. Semua elemen bangsa ini telah berkomitmen hidup bersama dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu sebagai bangsa indonesia.
Namun menyemai nilai-nilai keberagaman ini tidak bisa hanya dengan menyampaikan materi-materi tersebut agar siswa tahu, bahkan hapal dan akhirnya mendapatkan nilai bagus saat ujian. Tidak ada pelajaran khusus yang dapat menjadi media untuk menyemai nilai-nilai keberagaman. Sekolah dan juga guru terutama harus menghadirkan nilai-nilai keberagaman tersebut dalam kegiatan belajar mengajar dan pergaulan di sekolah.
Siswa harus diberi pengalaman agar dapat menerima dan menghargai perbedaan, dan untuk ini terlebih dahulu sekolah/guru harus menerima dan menghargai perbedaan yang ada pada diri masing-masing siswa. Perbedaan-perbedaan itu bukan untuk disetujui atau tidak disetujui, juga bukan untuk dihitung apalagi dipinggirkan jika jumlahnya sedikit.
Bukan hanya perbedaan suku bangsa, bahasa, agama/kepercayaan, tetapi lebih luas lagi perbedaan sosial ekonomi, geografis, kepribadian, gaya belajar, cara pandang/pendapat juga harus dihargai. Contoh sederhana, apakah guru menerima ketika siswa menyatakan apa yang disampaikan guru kurang tepat. Apakah guru memberi kesempatan siswa untuk menyampaikan alasan yang mendasari pendapatnya tersebut.
Sekolah negeri yang merupakan fasilitas pendidikan milik negara mempunyai tanggung jawab besar untuk menghadirkan nilai-nilai keberagaman. Sebagai sekolah dengan siswa yang majemuk, pertama-tama sekolah negeri mempunyai kewajiban memfasilitasi pembelajaran semua siswanya tanpa kecuali.
Menghargai perbedaan merupakan dasar dari pendidikan karakter yang dikuatkan dalam Kurikulum 2013. Pengalaman menghargai perbedaan bukan hanya akan menciptakan saling menghargai dan menghormati atar warga sekolah, lebih dari itu akan meningkatkan daya pemikiran kritis siswa karena siswa mendapatkan kesempatan yang setara dalam lingkungan pembelajaran yang demokratis.
Pengalaman menghargai perbedaan akan membantu siswa mengasah keterampilan untuk berkolaborasi dengan mereka yang mempunyai pandangan/pendapat berbeda. Hal ini akan membantu siswa beradaptasi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan di masyarakat.
Pendidikan yang menghargai keberagaman juga merupakan dasar untuk menciptakan kesetaraan pendidikan bagi masyarakat, dan ini harus dimulai dari pengambil kebijakan tentang pendidikan. Dan untuk ini, kita perlu jujur pada tujuan pendidikan nasional.