Secara nasional, masyarakat yang memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak (3M) hanya 55 persen. Capaian ini perlu lebih ditingkatkan lagi dengan berbagai terobosan, mengingat kasus positif terus bertambah.
Oleh
Redaksi
·2 menit baca
Kepatuhan warga pada protokol kesehatan kian kendur, sementara korban Covid-19 terus berguguran. Rumah sakit pun kian kewalahan. Terobosan kebijakan diperlukan.
Kendurnya penerapan protokol bisa kita lihat dalam keseharian. Dengan mudah kita dapat menemukan warga yang tidak bermasker. Kalaupun bermasker, banyak yang tidak mengenakannya dengan benar. Mereka boleh jadi lelah menghadapi pandemi yang sudah menerpa hampir setahun penuh dan akhirnya pun lengah.
Secara nasional, masyarakat yang memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak (3M) hanya 55 persen (Kompas, 3/1/2020). Capaian ini perlu lebih ditingkatkan lagi dengan berbagai terobosan mengingat kasus positif terus bertambah. M pertama, yaitu penggunaan masker, jika perlu, diwajibkan. Hal ini untuk meminimalkan penularan yang kian hari kian menggila. ”Kita seperti menunggu giliran saja. Semakin hari semakin dekat,” begitu keluh warga.
Salah satu penelitian yang dipublikasikan di jurnal PNAS of USA menyimpulkan, 20 hari setelah penggunaan masker diwajibkan di banyak titik di Jerman terbukti dapat mengurangi jumlah infeksi baru sekitar 45 persen. Masker pun merupakan cara yang paling hemat biaya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menegaskan, masker harus digunakan sebagai bagian dari strategi tindakan komprehensif untuk menekan penularan dan menyelamatkan nyawa.
Oleh karena itu, pengadaan, distribusi, serta edukasi penggunaan masker penting dilakukan. Masker kain harus tiga lapis, hanya digunakan untuk masyarakat umum di bawah usia 60 tahun dan tidak memiliki penyakit penyerta. Sementara tenaga medis atau siapa pun yang sedang dalam kondisi tidak sehat, memiliki gejala ringan, seperti nyeri otot, batuk, dan sakit tenggorokan; menunggu hasil tes Covid-19, atau merawat yang dicurigai kasus Covid-19 di luar fasilitas kesehatan wajib mengenakan masker medis. Di titik inilah segenap jajaran pemerintah dari pusat hingga rukun tetangga harus memastikan adanya masker kain ataupun medis bagi siapa pun yang memerlukannya setiap saat.
Kendati begitu, mewajibkan bermasker saja tidaklah cukup. WHO pun mengingatkan penggunaan masker saja tidak cukup untuk memberikan perlindungan yang memadai terhadap Covid-19. Strategi, T pertama, yaitu tracing atau pelacakan, juga perlu diwajibkan. Pengakuan penyintas Covid-19, saat mereka terkonfirmasi positif, tidak ada otoritas yang melacak atau menelusuri pihak-pihak yang melakukan kontak erat. Mereka umumnya berinisiatif sendiri menghubungi rekan-rekannya dan melakukan tes mandiri. Bagaimana jika tidak peduli atau tidak punya biaya untuk tes?
Di banyak negara, penelusuran orang-orang yang berkontak erat dengan pasien Covid-19 dilakukan superserius menggunakan teknologi. Di titik-titik pasien pernah berinteraksi, di sanalah pengetesan masif dilakukan sehingga terarah dan efektif. Kita berharap mereka yang terinfeksi lebih cepat ditemukan, diisolasi, dan diobati, sembari menunggu vaksin.